Ummat Islâm Akan Mengikuti Ummat-Ummat Sebelumnya

Kalau dilihat, Kokohiyyun (GPK-YKW) itu kelakuannya sudah persis kelakuan Nashrônî di Abad Pertengahan, ketika Gereja menjual Indulgence (Surat Pengampunan Dosa) kepada jamâ‘ah yang tukang maksiyat.

Jadi kalau habis berbuat maksiyat, cukup beli Indulgence, lalu habis perkara. Tidak perlu taubat lagi, karena dosanya sudah diampuni.

Begitu pula keadaan GPK-YKW itu sekarang…

Coba perhatikan, itu gerombolan Kokohiyyah, jilbabnya besar iya… cadaran iya… tapi kalau sudah ngumpul di kajian, sering tidak ada bedanya dengan orang awam yang belum kenal kajian…

Iya, karena ada yang pamer harta, ada yang pamer perhiasan, ada yang pamer mobil, atau pamer bisnis, pamer ini dan itu…

Ada pula yang maunya ngumpul sama yang kaya, nggak mau sama yang dianggapnya miskin.

Ada pula yang maunya ngumpul sama yang sudah lama ngaji, nggak mau gaul sama akhowat yang baru ngaji, apalagi awam.

Nuansa kesombongan terkesan sekali, mereka mudah sekali merendahkan yang dianggap kurang darinya.

Bukan itu saja, kelakuan di kajian kadang buruk sekali… alih-alih menyimak kajian dengan seksama, yang ada malah ngrumpiin ini dan itu saat kajian..

Keadaan ikhwannya juga tak lebih baik, obrolannya pun tak lebih dari ta‘adud, minyak lintah, vanili strong, kuliner, akhowat bening, janda muda, dlsb.

Semua obrolan rendahan itu disertai dengan kutipan ayat atau hadîts atau perkataan ‘ulamâ’ untuk memberi kesan ilmiyyah dan menjadi pembenaran.

Lucunya, ketika pulang kajian, mereka malah berasa suci dari dosa…

Karena sudah "kokoh" mengaji dengan ngustad-ngustad yang direkomendasikan.

Persis seperti dulu orang Nashrônî habis bermaksiyat lalu membeli Indulgence.

Benarlah apa yang disabdakan oleh Baginda Rosûlullôh, bahwa Ummat Islâm ini perlahan-lahan akan mengikuti ummat-ummat sebelum mereka.

📌 Kata Baginda Nabî صلى الله عليه وسلم:

لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَأْخُذَ أُمَّتِى بِأَخْذِ الْقُرُونِ قَبْلَهَا ، شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ ؛ فَقِيلَ : يَا رَسُولَ اللَّهِ ، كَفَارِسَ وَالرُّومِ ؟ ؛ فَقَالَ : وَمَنِ النَّاسُ إِلاَّ أُولَئِكَ ؟

(arti) _“Qiyâmat takkan terjadi hingga ummatku mengikuti jalan generasi sebelumnya sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta.”_
_Ada yang bertanya: “Apakah mereka itu mengikuti seperti kaum Persia dan Romawi?”_
_Beliau menjawab: “Selain mereka, lantas siapa lagi?”_ [HR al-Bukhôrî no 7319].

Di dalam lafazh yang lain:

لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ دَخَلُوا فِى جُحْرِ ضَبٍّ لاَتَّبَعْتُمُوهُمْ ؛ قُلْنَا : يَا رَسُولَ اللَّهِ آلْيَهُودَ وَالنَّصَارَى ؟ ؛ قَالَ : فَمَنْ ؟

(arti) _“Sungguh kalian akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta sampai jika orang-orang yang kalian ikuti itu masuk ke lubang dhob (biawak gurun), pasti kalian pun akan mengikutinya.”_
_Kami (para Shohâbat) bertanya: “Wahai Rosûlullôh, apakah yang diikuti itu adalah kaum Yahûdi dan Nashrônî?”_
_Beliau menjawab: “Lantas siapa lagi?”_ [HR Muslim no 2669].

نسأل الله السلامة والعافية

🌐 www.facebook.com/sahabatacad

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rules of Engagement

Selektif Dalam Mencari Guru – Sebuah Tinjauan

Sutroh