Sunnah Itu Lembut

Ketika sudah belajar Sunnah, lalu tahu bahwa ternyata banyak kebiasaan di lingkungan yang dianggap tak sesuai Sunnah…

Maka banyak yang cenderung menutup semua pintu-pintu bermasyarakat dengan alasan menjauhi kebid‘ahan…

Tak datang ulang-tahunan…
Tak datang tahlilan kematian…
Tak datang yasinan mingguan…
Tak datang maulidan…

Bahkan sekedar untuk senyum pun tak diberikan juga kepada saudaranya karena dianggapnya "Ahlul Bid‘ah"…

Wajar saja akhirnya orang pun memusuhi dirinya…

Memang adalah hak الله dan Rosûl-Nya harus didahulukan daripada hak manusia…

Sunnah harus ditegakkan dan kebid‘ahan harus dipadamkan…

Namun bukan berarti lantas karena itu ukhuwah jadi rusak…!

Karenanya…

Apabila menutup pintu yang satu, maka bukalah pintu-pintu kebaikan yang lain…

Tidak datang ke acara-acara yang dianggap bid‘ah, maka buatlah acara lain dengan tetangga yang murni kemasyarakatan dan tidak bid‘ah seperti makan-makan…

Atau buatlah ta‘lim yang netral saja temanya dan lembut penyampaiannya… ta‘lim yang diisi oleh da‘i yang mengajak kepada kebenaran, bukan hakim yang memvonis…

Atau sering-seringlah memberi hadiah, atau mengirim makanan kepada tetangga…

Dan kalau di jalan, banyaklah tersenyum dan menebarkan salâm…

Menutup satu pintu, tetapi membuka pintu-pintu kebaikan yang banyak…

Itulah Sunnah yang sesungguhnya…!

Bukan karena alasan menolak kebid‘ahan lantas menjauh, bahkan berlalu kasar, terhadap manusia dengan alasan nyunnah…

Lantas ketika dimusuhi manusia karena adab yang buruk, tetapi malahan merasa diri al-ghuroba’ dan penggenggam bara api…

Itu keliru…!

Sunnah tidaklah begitu…

Karena Ahlus-Sunnah itu adalah yang paling tahu akan kebenaran, namun paling lembut kepada sesama manusia…

نسأل الله السلامة والعافية

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rules of Engagement

Selektif Dalam Mencari Guru – Sebuah Tinjauan

Sutroh