Bersama Itu Bahagia

Islâm itu adalah agama sosial, agama yang mengajarkan berbagi apa yang dimiliki dengan sesama.

Muslim yang bergaul dan sabar atas kelakuan manusia itu lebih baik dari Muslim yang tidak gaul. Bahkan tinggal bersendirian di pelosok terpencil itu sangat tidak dianjurkan.

Sedangkan Muslim yang paling utama adalah Muslim yang paling bermanfaat bagi orang lain, baik ‘ilmu, ‘amal, maupun hartanya.

Dalam kesehariannya pun, seorang Muslim itu ditekankan untuk sholât fardhu 5 waktu yang ditegakkan secara berjamâ‘ah di Jami’ (Masjid).

Bahkan keluar sehari menolong saudara Muslim untuk suatu keperluan lebih disukai daripada i‘tikaf selama sebulan.

Makanya Muslim itu dikatakan sebagai "Ahlus-Sunnah wal-Jamâ‘ah".

Kebahagiaan di Dunia ini adalah rahasia yang hanya dikenal oleh jiwa-jiwa ikhlâsh lagi toleran yang tawadhu’.

Jiwa-jiwa yang selalu berpikir dalam kerangka "kami", bukan hanya "saya" dalam peng‘amalan tawâshou bil-haq, tawâshou bish-shobr, dan tawâshou bil-marhamah.

Jiwa-jiwa yang menggunakan:
✓ akal ketika bersama dengan ‘ulamâ’,
✓ ‘ilmu ketika bersama dengan penguasa,
✓ adab ketika bersama dengan teman,
✓ kelembutan ketika bersama dengan keluarga,
✓ kesabaran ketika bersama dengan orang yang bodoh,
✓ keberanian saat berhadapan dengan musuh.

Jiwa-jiwa yang selalu bersama dengan الله ‘Azza wa Jalla di dalam dzikir-dzikirnya, dan selalu bersama dengan dirinya sendiri saat ia menasehati.

Jiwa-jiwa yang sadar betul bahwa segala sesuatu pasti akan berkurang saat dibagikan untuk orang lain… terkecuali hanya kebahagiaan, di mana kebahagiaan itu justru bertambah saat dibagikan kepada orang lain.

Jiwa-jiwa yang meyakini bahwa keîmânannya takkan sempurna sampai ia menginginkan kebaikan bagi saudaranya apapun kebaikan yang ia inginkan bagi dirinya.

نسأل الله السلامة والعافية

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rules of Engagement

Selektif Dalam Mencari Guru – Sebuah Tinjauan

Sutroh