Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2022

Laki-laki & Kesayangannya

Adalah sangat biasa laki-laki itu punya kendaraan kesayangan semisal mobil yang dipelihara, dijaga, dan dirawatnya baik-baik. Biasa sekali kita lihat laki-laki mencuci mobil kesayangannya di kala senggang… Dibawa ke salon mobil / car spa… Dibelikan peralatan perawatan kendaraan yang bagus dan mahal… Laki-laki menjaga betul pemakaian kendaraan kesayangannya. Jangan sampai overload. Jangan sampai disenggol orang di jalanan, bahkan kalau keserempet, bisa ribut berantem di jalan. Padahal itu cuma kendaraan… Sementara ada satu milik paling berharga seorang laki-laki yang terkadang diabaikan… Padahal ia membawa beban berat berbulan-bulan… Kadang tubuhnya harus ditoreh pisau demi menghantarkan buah hati si laki-laki ke Dunia… Bertahun ia menyusui dan membesarkan buah hati si laki-laki… Menghabiskan usianya mendampingi si laki-laki dalam susah dan senang… Tetapi… Adakah ia diberikan peralatan perawatan tubuh yang paling oke…? Atau dibawa ke salon perawatan kecantikan yang mahal…? Atau yang &qu

Peran Suami, Peran Super

Gambar
Ada hadīts mulia yang saya lama baru bisa memahaminya, yaitu: لَوْ كُنْتُ آمِرًا أَحَدًا أَنْ يَسْجُدَ لِأَحَدٍ، لَأَمَرْتُ الْمَرْأَةَ أَنْ تَسْجُدَ لِزَوْجِهَا (arti) _“Seandainya saya boleh menyuruh seorang manusia untuk bersujud kepada manusia lainnya, niscaya akan saya suruh seorang perempuan untuk bersujud kepada suaminya.”_ [HR at-Tirmidzī no 1159; Abū Dāwūd no 2140; Ibnu Mājah no 1852-3; Ahmad no 18591, 20983; ad-Dārimī no 1505]. Hadīts itu menunjukkan LARANGAN untuk bersujud kepada manusia (makhluq), namun sekaligus menunjukkan betapa tingginya kedudukan suami bagi istrinya di dalam Islām. Saya tak berani menentang hadīts, namun menurut pemikiran saya yang dho‘if, seharusnya yang paling dimuliakan oleh seorang perempuan itu adalah bapaknya. Namun semalam dalam diskusi saya dengan my Better Half, Allōh ﷻ‎ berikan saya hidayah untuk memahami hadīts mulia di atas… Bahwa suami yang memenuhi kewajiban secara Syari‘at dan Sosial itu memang pantas untuk menjadi yang paling utama di d

To Be Loved Is To Give Love

Gambar
Para pakar relationship mengatakan bahwa, there's only one rule of love which is to be loved you must first give love. Hal tersebut, sebenarnya di dalam agama kita telah diajarkan oleh Baginda Nabī ﷺ‎ lebih 1.400 tahun lalu. 📌 Kata Baginda Nabī ﷺ‎: مَنْ لا يَرْحَمُ لا يُرْحَمُ (arti) _“Siapa saja yang tidak menyayangi, maka ia tidak akan disayangi.”_ [HR al-Bukhōrī no 5997, 6013, 7376; Muslim no 2318; dan yang lainnya]. Perasaan cinta itu awalnya memang dari Allōh ﷻ‎, akan tetapi untuk menumbuhkannya lebih dalam di hati dan melanggengkannya, maka ia memerlukan usaha, yaitu dengan memberikan cinta juga berupa: memperlihatkan emosi (emotion), menunjukkan afeksi (affection), dan tentunya setelah itu melakukan devotion (kesetiaan, keta'atan, dan bhakti). ➡️ Itulah yang dikenal dengan: "Labor of Love". Mencinta itu memerlukan usaha, tidak bisa tidak, tidak mungkin tidak, walau cinta itu tidak meminta pembuktian, akan tetapi seseorang yang mencintalah yang harus membuktika

Malu

Hampir semua Muslimīn pasti tahu hadīts mulia bahwa rasa malu itu adalah salah satu cabang dari cabang-cabang keīmānan… yang mana konsekwensinya adalah tidak punya rasa malu, maka rusak keīmānannya. Namun masalahnya sekarang adalah bukan tidak punya (atau rendahnya) rasa malu, tapi salah menempatkan rasa malu itu. Rasa malu itu seharusnya adalah malu ketika melakukan melakukan maksiyat. Contohnya, beberapa waktu lalu viral postingan seseorang yang bangga membelikan istrinya pembalut wanita (sanitary napkin), di mana muncul pro kontra. Pihak yang kontra mengatakan kok ya nggak punya malu… Halah halah… saya sebagai orang yang pernah bekerja di manufaktur sanitary napkin terbesar di Dunia ketawa bacanya, karena dulu tiap bulan pasti membawa pulanf pembagian pembalut hasil produksi. Saya santai saja, apanya yang dimaluin? Kan bukan saya yang pakai, dan barangnya pun halāl didapatkannya. Bahkan seorang suami membelikan istrinya lingerie pun tak perlu malu, selama itu dipakainya sesuai perun

Perempuan – Antara Fitnah Terbesar Dunia & Nikmat Dunia Terbesar

Dari perjalanan sejarah manusia, obsesi manusia (baca: laki-laki) itu tak lebih dari 2 hal saja: Fountain of Youth & Aphrodisiac. Iya, cuma dua itu… bagaimana cara awet muda, dan bagaimana cara kuat berhubungan dengan perempuan. Tapi kan katanya, "harta, tahta, dan wanita"? Well, buat apa sih harta & tahta itu…? Ya ujung-ujungnya buat mendapatkan perempuan lah…!? Buat apa awet muda itu…? Ya lagi-lagi agar bisa langgeng menikmati perempuan juga…!? Intinya, obsesi laki-laki di Dunia itu hanyalah seputar perempuan… Ini sesuai dengan apa yang Baginda Nabī ﷺ‎ katakan: الدُّنْيَا مَتَاعٌ وَخَيْرُ مَتَاعِ الدُّنْيَا الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ (arti) _“Sungguh-sungguh Dunia itu (seluruhnya) adalah perhiasan, sedangkan sebaik-baik perhiasan Dunia adalah perempuan shōlihah.”_ [HR Muslim no 1467; an-Nasā-ī no 3232; Ahmad no 6279]. Jadi memang puncak kenikmatan di Dunia itu adalah perempuan. Makanya Baginda Nabī ﷺ‎ memperingatkan: مَا تَرَكْتُ بَعْدِي فِتْنَةً أَضَرَّ عَلَى الرِّجَ

Hidup Adalah Transaksi – Pamrih & Ikhlāsh

Hidup ini adalah transaksi, apapun yang kita lakukan pasti ada motivasi (niyat) yang melandasinya. Sedangkan motivasi itu bisa bentuknya apapun, mulai dari motivasi kebendaan sampai dengan yang abstrak seperti kasih-sayang. Seorang pekerja, motivasinya ingin mencari penghasilan. Seorang pelajar, motivasinya mencari ‘ilmu. Seseorang menikah motivasinya mencari pasangan untuk memenuhi kebutuhannya akan berumah-tangga, seksual, ketenangan, dlsb. Tiada satupun perbuatan manusia itu yang tak dilandasi motivasi, bahkan seorang ibu yang membesarkan anaknya dengan penuh kasih sayang pun punya motivasi di balik itu semua. Di dalam agama kita, Allōh ﷻ‎ juga menyebutkan: إِنَّ الَّذِينَ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَأَنفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلَانِيَةً يَرْجُونَ تِجَارَةً لَّن تَبُورَ ۝‎ لِيُوَفِّيَهُمْ أُجُورَهُمْ وَيَزِيدَهُم مِّن فَضْلِهِ إِنَّهُ غَفُورٌ شَكُورٌ ۝‎ (arti) _“Sungguh-sungguh orang-orang yang selalu membaca Kitābullōh, dan mendirikan sholāt, da