Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2018

Ketika Ruwaibdhoh Berbicara

Gambar
📌 Suatu ketika Rosûlullôh صلى الله عليه و سلم pernah berkata: سَيَأْتِي عَلَى النَّاسِ سَنَوَاتٌ خَدَّاعَاتٌ يُصَدَّقُ فِيهَا الْكَاذِبُ وَيُكَذَّبُ فِيهَا الصَّادِقُ وَيُؤْتَمَنُ فِيهَا الْخَائِنُ وَيُخَوَّنُ فِيهَا الأَمِينُ وَيَنْطِقُ فِيهَا الرُّوَيْبِضَةُ (arti) _“Akan datang kepada manusia tahun-tahun pengkhianatan, ketika pendusta dianggap jujur, dan orang yang jujur dianggap sebagai pendusta, pengkhianat dianggap sebagai orang yang amanah, sedang orang yang amana dianggap sebagai pengkhianat, dan ruwaibidhoh akan memutuskan perkara.”_ Ada yang bertanya: "Siapakah ruwaibidhoh itu?" (قِيلَ وَمَا الرُّوَيْبِضَةُ) Beliau صلى الله عليه و سلم menjawab: الرَّجُلُ التَّافِهُ فِي أَمْرِ الْعَامَّةِ (arti) _“Seorang dungu yang mengendalikan urusan orang banyak.”_ [HR Ibnu Mâjah no 4036; Ahmad no 7571, 8105, 12820]. Maka perhatikan, masa hidup zaman now ini adalah masa ruwaibidhoh berbicara! Perhatikanlah screenshot di bawah ini… . . 🔴 Pertama, oknum tersebut telah

Bersama Itu Bahagia

Islâm itu adalah agama sosial, agama yang mengajarkan berbagi apa yang dimiliki dengan sesama. Muslim yang bergaul dan sabar atas kelakuan manusia itu lebih baik dari Muslim yang tidak gaul. Bahkan tinggal bersendirian di pelosok terpencil itu sangat tidak dianjurkan. Sedangkan Muslim yang paling utama adalah Muslim yang paling bermanfaat bagi orang lain, baik ‘ilmu, ‘amal, maupun hartanya. Dalam kesehariannya pun, seorang Muslim itu ditekankan untuk sholât fardhu 5 waktu yang ditegakkan secara berjamâ‘ah di Jami’ (Masjid). Bahkan keluar sehari menolong saudara Muslim untuk suatu keperluan lebih disukai daripada i‘tikaf selama sebulan. Makanya Muslim itu dikatakan sebagai "Ahlus-Sunnah wal-Jamâ‘ah". Kebahagiaan di Dunia ini adalah rahasia yang hanya dikenal oleh jiwa-jiwa ikhlâsh lagi toleran yang tawadhu’. Jiwa-jiwa yang selalu berpikir dalam kerangka "kami", bukan hanya "saya" dalam peng‘amalan tawâshou bil-haq, tawâshou bish-shobr, dan tawâshou b

Standard Ganda à la GPK-YKW

Gambar
Beredar screenshot oknum Gerombolan Pengacau Keummatan "You Know Who" (GPK-YKW) yang mendo'akan semoga Ust Abdul Somad حفظه الله segera dicari dan dihajar sama orang gila… Mendidih pasti hati melihat tulisan keji itu. Namun ingat kah ketika Ummat Islâm mendo'akan kejelekan kepada penguasa yang melindungi bahkan membela si Kâfir Penista Kitâbullôh, lalu malah Ummat Islâm dianggap Khowârij oleh GPK-YKW itu? Kata mereka, do'a yang begitu adalah menyalahi Ahlus-Sunnah, dan mereka ambil perkataan Imâm al-Barbahari رحمه الله di dalam kitâbnya, Syarhus-Sunnah… Padahal, definisi "ulil amri" menurut Imâm Ibnu Katsîr mencakup juga ‘ulamâ’… Lucunya, kenapa mereka boleh-boleh saja mendo'akan keburukan kepada ‘ulamâ’, da‘iyah, dan pemimpin yang mereka anggap terafiliasi dengan IM, sehingga serangan kepada mereka dianggap sebagai pertanda bahwa orang gila pun tak suka kepada ahlul bid‘ah? Hebat sekali kerancuan keyakinan mereka itu!?! Pemahaman agama macam

Pelakor & Polygami

Ribut-ribut tentang "PELAKOR", maka perlu diingatkan bahwa: First of all, perempuan yang dipolygami - dalam arti dinikahi baik-baik secara syar‘i - bukanlah "pelakor", whatsoever. Lebih tepat julukan pelakor itu adalah kepada perempuan, baik bersuami atau tidak, yang main-main dengan suami orang tidak untuk tujuan dinikahi tapi hanya untuk kesenangan duniawi belaka. Adapun jika dinikahi secara syar‘i, maka sudah ketentuan yang diturunkan dari atas Langit bahwa laki-laki boleh menikahi lebih dari satu perempuan. 📌 Kata الله Subhânahu wa Ta‘âlâ: وَإِنْ خِفْتُمْ أَلَّا تُقْسِطُوا فِي الْيَتَامَىٰ فَانْكِحُوا مَا طَابَ لَكُمْ مِنَ النِّسَاءِ مَثْنَىٰ وَثُلَاثَ وَرُبَاعَ ۖ فَإِنْ خِفْتُمْ أَلَّا تَعْدِلُوا فَوَاحِدَةً أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ ۚ ذَٰلِكَ أَدْنَىٰ أَلَّا تَعُولُوا (arti) _“Dan apabila kamu takut takkan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah perempuan-perempuan (lain) yang kamu senangi

Mereka Memang Murji-ah…!

‘Aqidah rusak Murji-ah yang dianut oleh gerombolan Kokohiyyun yang mengaku-ngaku Salafiy itu adalah ‘aqidah rusak sempalan. Inti dari ajaran ‘aqidah rusak Murji-ah itu adalah memisahkan ‘amal dari îmân. Maksudnya, îmân atau tidaknya seseorang itu hanyalah cukup dari pengakuan orang tersebut di hati dan ucapan di lisannya saja, di mana îmân orang itu tidak ada hubungannya dengan apapun keadaan ‘amalannya. Jadi mau orang itu tidak ber‘amal, mau orang itu malas-malasan ber‘amal, bahkan ekstrimnya jika bedapun apa yang ia ‘amalkan dengan apa yang dia yakini, tetap saja ia dianggap berîmân secara utuh oleh penganut ‘aqidah rusak Murji-ah. ❔ Benarkah begitu? Sungguh ‘aqidah rusak Murji-ah tersebut dibantah telak oleh hadîts mulia berikut ini… 📌 Kata Nabî صلى الله عليه و سلم: الْإِيمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ ، أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّونَ شُعْبَةً ، فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ : لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ ، وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الْأَذَى عَنِ الطَّرِيقِ ، وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ الْإِيمَانِ (arti

Mustahil

Gambar
Gerombolan Kokohiyyun itu selalu berteriak-teriak bahwa tidak ada persatuan kalau tidak di atas manhaj à la mereka. Mereka dengan lancangnya berani mengatakan bahwa Ummat Islâm yang bersatu pada Aksi Bela Islâm itu semuanya adalah "Ahlul Bid‘ah", sedangkan persatuan yang terjadi hanyalah "Persatuan Kebun Binatang" yang pada akhirnya hanya akan saling cakar-cakaran. Benarkah begitu…? Benarkah Para Pengaku Salafiy itu bersatu di atas manhaj…? Jika diteliti betul, jangankan mengajak Ummat Islâm yang mereka gelari sebagai "Harokiyyin" untuk bersatu di atas manhaj à la mereka itu, itu sudah terlalu jauh karena "beda kamar", sebab dengan sesama para Pengaku Salafiy saja mereka tak bisa untuk saling bersatu…! Buktinya…? Mereka, sesama Pengaku Salafiy itu, baik dari gerombolan Kokohiyyun maupun gerombolan Sejatiyyun yang notabene sama tempat belajarnya, sama rujukan kitâb dan ‘ulamâ’-nya, tetapi beda Marja’ Taqlîd-nya saja tak bisa saling bersatu. M

Penguasa Zhōlim Belum Tentu Cerminan Rakyat Yang Buruk

🔵  Oleh sebagian orang, saat menyikapi penguasa yang zhōlim, seringkali dibawakan perkataan Imām Ibnu al-Qoyyim al-Jauziyyah  رحمه الله تعالى  berikut:   وتأمل حكمته تعالى في ان جعل ملوك العباد وأمراءهم وولاتهم من جنس اعمالهم بل كأن أعمالهم ظهرت في صور ولاتهم وملوكهم فإن ساتقاموا استقامت ملوكهم   (arti) _“Sungguh di antara hikmah Allōh Ta‘ālā dalam keputusan-Nya memilih para raja, pemimpin, dan pelindung ummat manusia, adalah sama dengan ‘amalan rakyatnya, bahkan perbuatan rakyat seakan-akan adalah cerminan dari pemimpin dan penguasa mereka.”_ [lihat: Miftāh Dāris-Sa‘ādah II/177-178].   Sehingga seakan mengatakan: "Terima saja kezhōliman penguasa itu, sebab toh penguasa yang buruk itu bisa berkuasa karena pilihan dari rakyat yang buruk juga!"   Namun, jika kita pelajari baik-baik sejarah ummat manusia, maka ungkapan bahwa pemimpin itu adalah cerminan dari rakyatnya adalah qoidah yang tidaklah 100% benar. Sebab, ia dibantah sendiri oleh perjalanan sejarah kemanusiaan.   Lihat