Postingan

Ribut-Ribut Nasab

Ribut-ribut nasab Bāàlawiyy bagi saya sebenarnya "sederhana" saja. Iya sederhana, karena bagi saya penghormatan atas seseorang itu terkait dengan al-walā’ wal-barō’. ⚠️ Semakin seseorang itu bertaqwa kepada Allōh ﷻ‎ dan Rosūl-Nya ﷺ‎, maka semakin besar pula rasa hormat saya kepadanya. 📌 Dalīlnya adalah firman Allōh ﷻ‎: إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللهِ أَتْقَاكُمْ (arti) _“Sungguh-sungguh orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allōh ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu.”_ [QS al-Ḥujurōt (49) ayat 13]. Itu kenapa saya sangat hormat kepada sosok Hb MRS ataupun Hb Salim Segaf al-Jufri. ❓ Apa alasannya? Karena àmalan keduanya, bukan sekadar karena "keturunan" atau "nasab" keduanya. Nasab tidak berarti jikalau àmalan apalagi àqidah tidak lurus. 🔴 Di dalam al-Qur-ān Allōh ﷻ‎ menyatakan ayah - anak tidaklah memuliakan seseorang apabila àmalannya buruk, seperti: ▫️ Anak Nabī Nūh: قَالَ يَا نُوحُ إِنَّهُ لَيْسَ مِنْ أَهْلِكَ إِنَّهُ عَمَلٌ غَيْرُ

Panggillah Dia, Merengeklah Kepada-Nya…!

Salah satu ayat yang menurut saya paling menyentuh dan memberikan harapan kepada manusia adalah firman-Nya: وَقَالَ رَبُّكُمُ ٱدْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ ٱلَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ (arti) _“Dan Robb-mu berfirman: "Panggillah (berdoalah kepada) Aku, niscaya akan Aku jawab kamu. Sungguh-sungguh orang-orang yang menyombongkan diri dari mengìbādahi-Ku akan masuk Neraka Jahannam dalam keadaan hina dina!"”_ [QS Ġofir / Mu’min (40) ayat 60]. Di ayat suci firman-Nya ini jelas-jelas Allōh mengatakan "ٱدْعُونِي" – di mana terjemahannya adalah "berdoalah kepada Aku", namun adalah lebih intim rasanya di hati jika itu diterjemahkan sebagai "panggillah Aku". Lalu Allōh mengatakan "أَسْتَجِبْ لَكُمْ" – "niscaya akan aku jawab (panggilan) kamu". Ini luar biasa indah… bagaimana tidak? Coba bayangkan… kita ini cuma maḳlūq hamba Allōh yang hina, tidak ada artinya kita ini, akan tetapi Robbu

Siapa Pemimpin Kekanak-kanakan Itu?

Gambar
Hari-hari ini kita sepantasnya banyak berdoa: ٱللّٰهُمَّ إنَّا نَعُوذُبِكَ مِنْ إِمَارَةِ ٱلصِّبْيَانِ وَٱلسُّفَهَاءِ (arti) _“Wahai Allōh, sungguh-sungguh kami berlindung kepada-Mu dari pemimpin yang kekanak-kanakan dan yang bodoh.”_ Itu adalah doa yang diajarkan oleh junjungan kita, Baginda Nabī ﷺ‎. Lalu apa yang dimaksud dengan "pemimpin yang kekanak-kanakan lagi bodoh" itu? Baginda Nabī ﷺ‎ menjelaskan: إِنْ أَطَعٍتُمُوهُمْ هَلَكْتُمْ ، وَإِنْ عَصَيْتُمُوهُمْ أَهْلَكُوكُمْ (arti) _“Apabila kalian menaatinya kalian akan binasa, dan jika kalian tidak menaatinya mereka akan membinasakan kalian.”_ Itu petunjuk dari junjungan kita. Sekarang pikir dengan àql sehat dan hati nurani, apakah mau pilih pemimpin yang kerjanya cuma joget-joget saja, dan kalau disuruh kerja benaran bikin lumbung pangan malah gagal total? Mau pemimpin yang malah menyuruh ibu hamil diberikan H²SO⁴? ☠️ Mengikuti pemimpin model begitu, ya binasa…! Sedangkan kalau menentangnya… ya lihat saja track record-nya

Politik Identitas?

"Kampanye politik jangan bawa-bawa agama!" kata sebagian orang. Sungguh itulah ṡubhat dari kalangan sekuler yang mereka memang ingin memisahkan agama dari kehidupan kaum Muslimīn. Padahal, di dalam àqīdah Islām agama itu harus dibawa ke dalam hal apapun juga. Bagaimana tidak…? Cobalah ingat, ketika bangun tidur ada doanya, lalu ketika mau tidur ada pula doanya pula (bahkan ada tata cara sunnahnya). Masuk ke kamar mandi itu ada doanya, buang hajat ada aturannya, dan keluar dari wc pun ada doanya. Dari ujung kepala sampai ke ujung kaki ada aturannya, ada doanya. Begitu pula dari lahir sampai kita mati harus atas dasar agama, apalagi "hanya" urusan politik? Orang jadi imām ṣolāt saja dipermasalahkan di dalam masa kampanye, padahal setidaknya itu justru menunjukkan keberpihakkannya kepada Islām, dan identitas diri sesuai dengan pesan al-Qur-ān "iṡhadū bi anna muslimūn" (arti: persaksikan bahwa kami ini orang Islām). Politik identitas itu adalah HARUS, dan bahk

Kenapa Barat Mati²an Mendukung Isra-Hell?

Gambar
Pertanyaan ini mungkin terngiang-ngiang di benak kita semua dan jawabannya bermacam-macam. Adapun jawaban yang paling umum adalah "guilty feeling" bangsa Eropa terhadap kaum Yahūdi akibat mereka melakukan pengusiran atas kaum Yahūdi Askhenazi selama lebih dari 700 tahun, dimulai dari di Inggris (1290), Hongaria (1349), Prancis (1394), Austria (1421), Sisilia & Spanyol (1492), Lithuania (1495), Portugis (1497), Nuremberg (1499), Napoli (1510), dan Milan (1597). Pengusiran Yahūdi itu baru diakhiri secara de-facto di Abad XVII & XVIII, bahkan Spanyol baru mengakhirinya di Abad XIX. Makanya hal itu menimbulkan wacana Zionisme yang diusung oleh Theodor Herzl pada pamfletnya yang berjudul "Der Judenstaat" di tahun 1896. Sebenarnya orang waras pasti bisa menarik benang merah, ada apa sih dengan kaum ini kenapa mereka diusir berkali-kali dari tanah asal mereka sendiri, lalu dari negeri-negeri yang mereka beremigrasi. Ya apalagi kalau bukan kaum Yahūdi itu menjadi &q

Tentang Nazar

Lagi ramai pembicaraan tentang nazar, maka perlu diingat bahwa: ⚠️ Nazar itu TIDAK membuat keinginan yang dinazarkan tersebut dijadikan kenyataan oleh Allōh dikarenakan nazar tersebut → apa yang Allōh taqdirkan tidaklah dipengaruhi oleh nazar. 📌 Kata Baginda Nabī ﷺ‎: النَّذْرُ لاَ يُقَدِّمُ شَيْئًا وَلاَ يُؤَخِّرُهُ وَإِنَّمَا يُسْتَخْرَجُ بِهِ مِنَ الْبَخِيلِ (arti) _“Nazar sama sekali tidak memajukan atau mengakhirkan apa yang Allōh taqdirkan. Sungguh nazar hanyalah keluar dari orang yang pelit.”_ [HR Muslim no 1639]. Di dalam riwayat yang lain… 📌 Kata Baginda Nabī ﷺ‎ إِنَّ النَّذْرَ لاَ يُقَرِّبُ مِنِ ابْنِ آدَمَ شَيْئًا لَمْ يَكُنِ اللَّهُ قَدَّرَهُ لَهُ وَلَكِنِ النَّذْرُ يُوَافِقُ الْقَدَرَ فَيُخْرَجُ بِذَلِكَ مِنَ الْبَخِيلِ مَا لَمْ يَكُنِ الْبَخِيلُ يُرِيدُ أَنْ يُخْرِجَ (arti) _“Sungguh nazar tidaklah membuat dekat seseorang kepada apa yang tidak Allōh taqdirkan. Hasil nazar itulah yang Allōh taqdirkan. Nazar hanyalah dikeluarkan oleh orang yang pelit. Orang yang bernazar t

Tak Perlu Disesali

Tak perlu menyesal karena pernah mendukungnya, berjuang untuknya dengan sungguh-sungguh… Karena kita berjuang BUKAN melihat sosok pribadinya itu. Akan tetapi karena kita tak punya pilihan lain atas calon yang kita dukung yang bisa mengakomodasi nilai-nilai yang kita yakini… Kita mengikuti petunjuk para ùlamā’ yang kita percayai ketika itu… Kita memilih pilihan yang muḍorot-nya paling kecil, atau istilah fiqihnya: "aḳofuḍ-ḍororoin". Maka ketika ia berbalik meninggalkan ùlamā’ & ummat, justru ia telah memperlihatkan hakikat jatidirinya yang sebenarnya. Apa yang kita lihat sekarang adalah wajah aslinya bagaimana… Sangat ambisius. Tak ada etika. Kasar dan suka olok-olok. Meremehkan orang, bahkan merendahkan kaum Muslimīn di Ġazah. Jadi kalau ia mengatakan menyesal pernah didukung kaum Muslimīn, maka kita tak perlu ikut-ikutan menyesal pula pernah mendukungnya. Karena yang kita dukung dulu bukan sosok pribadinya yang kita juga tahu dari dulu penuh catatan buruk! Ingatlah bahwa