Kenapa Barat Mati²an Mendukung Isra-Hell?

Pertanyaan ini mungkin terngiang-ngiang di benak kita semua dan jawabannya bermacam-macam. Adapun jawaban yang paling umum adalah "guilty feeling" bangsa Eropa terhadap kaum Yahūdi akibat mereka melakukan pengusiran atas kaum Yahūdi Askhenazi selama lebih dari 700 tahun, dimulai dari di Inggris (1290), Hongaria (1349), Prancis (1394), Austria (1421), Sisilia & Spanyol (1492), Lithuania (1495), Portugis (1497), Nuremberg (1499), Napoli (1510), dan Milan (1597). Pengusiran Yahūdi itu baru diakhiri secara de-facto di Abad XVII & XVIII, bahkan Spanyol baru mengakhirinya di Abad XIX. Makanya hal itu menimbulkan wacana Zionisme yang diusung oleh Theodor Herzl pada pamfletnya yang berjudul "Der Judenstaat" di tahun 1896.


Sebenarnya orang waras pasti bisa menarik benang merah, ada apa sih dengan kaum ini kenapa mereka diusir berkali-kali dari tanah asal mereka sendiri, lalu dari negeri-negeri yang mereka beremigrasi. Ya apalagi kalau bukan kaum Yahūdi itu menjadi "penyakit masyarakat"…!

Kelakuan yang paling dibenci dari kaum Yahūdi itu adalah mereka menjadi rentenir lintah darat. Ya memang mereka tukang ribā karena sepertinya gen rentenir sudah ada dalam genetik mereka (bahkan para ahli sejarah mengatakan sistem ribā diciptakan oleh kaum Yahūdi!). BTW, sekarang pun kaum Yahūdi tetap saja jadi rentenir, namun namanya saja dibikin "cantik" jadi "financial institution". Yang berkecimpung di industry finansial pasti akrab dengan nama-nama: Rothschild, Sassoon, Sebag-Montefiori, Warburg, Lehman, Goldman, Sachs, Kadoorie, Salomon, Schroeder, Hambro, Seligman, Péreire, Montagu, Lazard, Seif, Stern, Goldschmidt, Wasserman, Hirsch, Speyer-Elissen, Erlanger, Gutmann, Wagg, Lippman, Meyer, Erlanger, Japhet, Cassel, Wertheimer, Gompertz. Selain menjadi rentenir bagi masyarakat, kaum Yahūdi Askhenazi itu juga menjadi rentenir bagi para raja-raja di Eropa yang kesulitan dana dalam membiayai perang dan gaya hidup mereka. Itulah yang membuat mereka punya akses kuat kepada pemegang kekuasaan dan para politikus. Namun yang paling buruk, Yahūdi Askhenazi itu menjadi "ulat bulu" dan "penyakit masyarakat", di mana mereka merusak keharmonisan masyarakat.

Adalah lobby Yahūdi Askhenazi yang menjadi penguasa di sektor finansial yang membuat keluarnya Sykes-Picot Agreement (1916) dan Balfour Declaration (1917), keduanya lah yang menyiapkan dasar bagi koloni Yahūdi Zionist di Filasṭīn. Perang Dunia II kemudian menjadi gong bagi migrasi besar-besar kaum Yahūdi Askhenazi ke Filasṭīn dengan alasan mencegah terjadi lagi pengusiran terhadap kaum Yahūdi seperti apa yang dilakukan oleh rezim Nationalsozialistische Deutsche Arbeiterpartei-nya si Adolf H. Semua pasti tahu lah bagaimana Yahūdi Askhenazi itu memanipulasi kata "holocaust" & "anti semitism" untuk membungkam Dunia terhadap kekejaman yang mereka lakukan terhadap bangsa Àrab di Filasṭīn.

Namun apakah memang benar alasan itu yang menjadikan Barat mati-matian mendukung koloni pemukim illegal Yahūdi Zionist Isra-Hell itu?

Well… TIDAK.

Itu memang benar alasan, tapi bukan alasan utamanya.

Lalu apa alasan utamanya?

Agama. Iya agama…!

Kaum Yahūdi & Naṣrōnī itu tahu bahwa setelah Fasisme & Komunisme mereka kalahkan – padahal ideolog Fasisme GWF Hegel dan ideolog Komunisme Karl Marx itu keduanya adalah keturunan Yahūdi Askhenazi juga – maka eventually mereka harus menghadapi kaum Muslimīn. Apalagi saat itu mereka masih belum bisa lepas dari rasa kekalahan mereka dari Ḳulafā-ur-Rōṡidīn (kehilangan tanah Ṡām), lalu Ḳilāfah Umāwiyyah (kehilangan tanah Iberia), Ḳilāfah Àbbāsiyyah, lalu Perang Salib, dan terakhir terhadap Daulah Ùṫmāniyyah (kehilangan Konstantinopel).

Apa akal mereka?

Maka kaum Zionist, baik Naṣrōnī maupun Yahūdi, berupaya membuat suatu outpost (benteng di perbatasan) yang diletakkan di pusat kaum Muslimīn. Maka lahirlah koloni pemukim illegal Yahūdi Zionist Isra-Hell.

Jadi memang koloni pemukim illegal Yahūdi Zionist Isra-Hell itu adalah anak ḥarōm dari pasangan Naṣrōnī Zionist dan Yahūdi Zionist untuk memerangi Islām & kaum Muslimīn.

Ya lihat saja kelakuannya dimulai dari 1948 hingga sekarang, mereka menjadi pemecah-belah kaum Muslimīn. Mengadu domba ḥarokah kaum Muslimīn. Jika mereka melihat kaum Aṡàriyy kuat, maka mereka dukung kaum Aṫariyy untuk melawannya. Jika Salafiyy Jihādis kuat, mereka dukung kaum Ṣufi Tasawwuf untuk melawannya.

Mereka adu-domba kaum Muslimīn, termasuk dengan cara menyebarkan ideologi "Neo Murji-ah" yang penjilat penguasa lalim (baik kepada Aṫariyy sehingga muncul gerombolan PENDAKU Salafiyy maupun kepada Aṡàriyy sehingga muncul gerombolan PENDAKU Aswaja) sehingga akhirnya kaum Muslimīn sibuk berkelahi sendiri.

Kaum yang tak bersatu adalah kaum yang mudah dikalahkan, itulah taktik "devide et impera".

Jadi, siapa bilang Filasṭīn itu semata adalah soal penjajahan, TIDAK, Filasṭīn itu adalah soal agama.

Kata Baginda Nabī ﷺ‎:

رَأْسُ اْلأَمْرِ اْلإِسْلاَمُ

(arti) _“Pokok dari urusan adalah Islām.”_

Demikian, semoga bermanfaat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rules of Engagement

Selektif Dalam Mencari Guru – Sebuah Tinjauan

Sutroh