Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2023

Ġouzul-Fikr Di Streaming Media

Gambar
Di Hulu / Disney+ ada reality show series baru yang namanya "Secrets & Sisterhood: The Sozahdas". Saya tidak pernah menyukai yang namanya reality show, sebab bagi saya there's nothing real about the reality show. Apalagi ini menurut saya tak lebih dari sekedar copy-cat-nya "Meet the Kardashians", reality show ma‘ṣiyah dari keluarga rusak dalam masyarakat materialistik yang dekaden. Ternyata saya salah… Salah karena serial ini BUKAN hanya sekedar itu, akan tetapi ia adalah propaganda Barat untuk merusak Islām…! Merusak Islām bagaimana…? Jadi begini, pada trailer serial dari Secrets & Sisterhood yang berkisah tentang keseharian 10 perempuan dari keluarga Sozahda, yang merupakan anak-anak dari pasangan pengungsi dari Afghanistan yang datang ke Amrik pada awal Dekade 80an, bintangnya mengatakan: "We're Muslims Americans", dan inilah sales pitch utama serial ini. Ini adalah kuncinya, "We're Muslims Americans", dan inilah bentuk ser

Pintu Syurga Yang Tak Dirindukan?

Gambar
Ramai lagi istilah "Syurga yang tak dirindukan", maka terus terang saya heran mendengar istilah konyol ini. Bagaimana tidak…? 🔴 Pertama, sependek pengetahuan saya, pintu Syurga itu disebutkan oleh Baginda Nabī ﷺ‎ di dalam riwayat ada 8, di mana para ùlamā’ sepakat tentang 4 pintu Syurga tersebut, yaitu: ⑴ Bābuṣ-ṣolāh (pintu ṣolāt), yang dimasuki oleh orang-orang yang mendirikan ṣolāt dengan sempurna. ⑵ Bābul-jihād (pintu jihād), yang dimasuki oleh orang-orang yang berjihād tempur di jalan Allōh dengan benar. ⑶ Bābuṣ-ṣodaqoh (pintu ṣodaqoh), yang dimasuki oleh orang-orang yang gemar berṣodaqoh. ⑷ Bābur-royyān (pintu puasa), yang dimasuki oleh orang-orang yang suka berpuasa. Adapun sisa 4 nya lagi, para ùlamā’ berbeda pendapat tentangnya, yaitu kemungkinannya adalah sebagai berikut: ⑴ Bābul-kāẓimīnal-ġoiẓo wal-ȁfīna àn-nās (pintu menahan marah & mema'afkan manusia), yang dimasuki oleh orang-orang yang bisa mengendalikan amarahnya dan mema'afkan manusia. ⑵ Bābul-ai

Ada Hati Yang Tersakiti?

Gambar
Sebenarnya tak àdil dengan hanya mengangkat perkara "ada hati yang tersakiti" kalau untuk "menyerang" pernikāhan polygyny. Kenapa? Karena memangnya di dalam pernikāhan monogamy tidak ada yang namanya hati tersakiti ketika lakinya gemar "bertualang"? Memangnya tak ada yang namanya KDRT di pernikāhan monogamy? Memangnya tak ada istri dan anak yang ditelantarkan di pernikāhan monogamy? Sebaliknya memangnya tiada pernikāhan polygyny yang sukses? Ada, dan bahkan banyak juga…! Kalau mau mencari-cari kesalahan, maka itu perkara yang mudah. Makanya ada terminologi logical fallacy jenis "cherry picking". Adapun yang salah itu adalah "orang"nya, bukan Ṡarīàt-nya. Orang yang tidak menjalankan petunjuk Ṡarīàt, tak takut kepada Allōh ﷻ‎, maka mau monogamy pun ia akan menẓōlimi manusia. Bahkan, tidak menikāh sekalipun jika jauh dari agama dan suka memperturutkan hawa nafsu, maka akan menẓōlimi manusia. Jadi bersikaplah àdil, jangan ikut-ikutan dengan

Memberi Hadiah Guru = Tak Boleh?

Gambar
Seperti biasa, menjelang masa kenaikan kelas ini lagi-lagi terjadi perdebatan tentang "boleh atau tidaknya memberikan hadiah kepada guru", yang mana tentu saja diawali dengan fatwa gerombolan Neo Murji-ah PENDAKU Salafiy. Mereka melarang pemberian hadiah kepada guru dengan menukil ḥadīṫ mulia: هَدَايَا الْعُمَّالِ غُلُولٌ (arti) _“Hadiah bagi pejabat adalah ġulūl (khianat).”_ Atau ḥadīṫ mulia: مَنِ اسْتَعْمَلْنَاهُ عَلَى عَمَلٍ فَرَزَقْنَاهُ رِزْقًا فَمَا أَخَذَ بَعْدَ ذَلِكَ فَهُوَ غُلُولٌ (arti) _“Siapa saja yang dipekerjakan dalam suatu pekerjaan lantas ia mendapatkan gaji dari pekerjaan tersebut, kemudian ia mendapatkan tambahan lain dari pekerjaan itu, maka itu adalah ġulūl (khianat).”_ ❓ Pertanyaannya, benarkah pendapat yang seperti begitu? Maka mari kita lihat apa pendapat ùlamā’ tentang hal yang demikian… Ṡaiḳ Àbdul-Àzīz ibn Bāz رحمه الله تعالى ditanyakan tentang seorang guru menerima hadiah dari siswi-siswinya. Maka Beliau mengatakan: الواجب على المعلمة ترك قبول الهد

Indulgentia à la al-Zaytun

Gambar
Dalam ajaran Gereja Katholik Roma, Indulgentia adalah "cara" untuk mengurangi jumlah hukuman yang harus dijalani seseorang atas perbuatan dosa yang dilakukannya. Pada akhir Abad Pertengahan, Indulgentia digunakan untuk mendukung kegiatan amal untuk kepentingan sosial kemasyarakatan seperti pengobatan dan memberi makan orang miskin. Namun terjadi penyalahgunaan Indulgentia karena dikomersialisasi oleh oknum-oknum petinggi Gereja. Akibatnya, orang-orang kaya seakan bebas berbuat dosa, toh tinggal beli Indulgentia, beres! Vatican sendiri mengakui bahwa Indulgentia menjadi masalah serius, tetapi tidak dapat mengendalikannya secara efektif. Indulgentia inilah yang menjadi salah satu pokok dari "Reformasi Protestant"-nya Martin Luther dan para theolog Protestant lainnya seperti Huldrych Zwingli, John Calvin, Andreas Karlstadt, Philip Melanchthon, dll di Abad XVI. Pada akhirnya, Kontra-Reformasi Katholik berhasil menghentikan penyalahgunaan dan komersialisasi Indulgentia,

Benarkah Abū Lahab Bertauḥīd?

Salah satu yang menjadi titik tengkar antara kaum PENDAKU Salafiy dengan kaum PENDAKU Aswaja adalah pernyataan bahwa Abū Lahab (dan kaum Muṡrikīn di Makkah) itu bertauḥīd dalam Rububiyyah. Maka tentunya perlu ditanyakan benarkah hal itu? Jawaban perkara ini sebenarnya cukup panjang, namun saya berusaha meringkasnya sebaik mungkin… so bear with me, would you? Seperti kita ketahui, para ùlamā’ Aṫariyy membagi ìlmu tentang Ketauḥīdan itu dalam 3 komponen, yaitu: ▪ Tauḥīd Rububiyyah, yaitu mengesakan Allōh ﷻ di dalam penciptaan, pengaturan, dan pemeliharaan Alam Semesta. ▪ Tauḥīd Uluhiyyah, yaitu mengesakan Allōh ﷻ di dalam perìbādahan. ▪ Tauḥīd Asma’ waṣ-Ṣifat, yaitu mengesakan Allōh ﷻ di dalam ṣifat-ṣifat yang Allōh ﷻ nyatakan di dalam al-Qur-ān dan Baginda Nabī ﷺ‎ jelaskan di dalam al-Ḥadīṫ. Manusia itu dari awalnya, yaitu Nabī Ādam, Hawā’, dan anak-cucunya, sampai ke masa sebelum Nabī Nūh عليه السلام adalah bertauḥīd. Itulah fiṭroh manusia, yaitu meyakini adanya Allōh ﷻ sebagai tuhan,

Kedurhakaan Banī Isrōīl

Kalau membaca kisah-kisah Banī Isrōīl di dalam al-Qur-ān, dan kisah tentang mereka ini sangat banyak tersebar di berbagai surah di dalam al-Qur-ān, maka kita akan dapati betapa Banī Isrōīl ini amat sangat durhaka kepada Allōh ﷻ‎ dan bengal kepada para Nabiyullōh عليهم السلام Banī Isrōīl itu adalah anak keturunannya Nabī Ya‘qūb عليه السلام (Nabī Ya‘qūb digelari Isrōīl karena suka melakukan perjalanan di waktu malam) yang lalu pindah ke Mesir (dari Ṡām) karena mereka mengalami paceklik di masa Nabī Yūsuf عليه السلام. Mereka lalu beranak-pinak di Mesir, yang lalu mengalami penindasan oleh Firàun. Kemudian Allōh ﷻ‎ mengutus Nabī Mūsā عليه السلام untuk membebaskan mereka dari penindasan Firàun. Adalah Banī Isrōīl di masa Firàun inilah yang memulai pembangkangan dan kedurhakaan kepada Allōh ﷻ‎. Kedurhakaan Banī Isrōīl itu juga tak main-main, baik secara individual maupun secara komunal. Lihat saja, ketika Nabī Mūsā membela Banī Isrōīl yang berkelahi dan tak sengaja membunuh orang Mesir lawan

Firàun Mengīmāni Allōh di Atas Langit?

Terus terang saya tercengang heran dengan pemahaman oknum ini lah… 🔗 TKP: https://youtu.be/nKyI3zah1Ts Oknum ini bermaksud menerangkan firman Allōh ﷻ‎ tentang kisah Firàun yang memerintahkan Hāmān untuk membangun menara di QS Ġōfir / Mu’min (40) ayat 36-37: وَقَالَ فِرْعَوْنُ يَا هَامَانُ ابْنِ لِي صَرْحًا لَّعَلِّي أَبْلُغُ الْأَسْبَابَ ۝‎ أَسْبَابَ السَّمَاوَاتِ فَأَطَّلِعَ إِلَىٰ إِلَٰهِ مُوسَىٰ … (arti) _“Dan berkatalah (Firàun): "Wahai Hāmān, buatkanlah bagiku sebuah bangunan yang tinggi supaya aku sampai ke pintu-pintu, (yaitu) pintu-pintu Langit, supaya aku dapat melihat robb-nya Mūsā…”_ ☠️ Menurut oknum itu, Firàun mengakui bahwa robb-nya Mūsā, yaitu Allōh ﷻ‎, ada atas di Langit. Naȕżubillāhi min żālika wa nastaġfiruka wa natubu ilaika… ‼️ Ini benar-benar penafsiran yang KELIRU atas ayat suci tersebut…! Bagaimana tidak…? Firàun itu justru menentang keyakinan (dan apa yang dida‘wahkan oleh) Nabī Mūsā عليه السلام tersebut, terbukti pada lanjutan ayat suci itu Allōh ﷻ‎ justr

Krisis Sex?

Gambar
Berlalu di media lokal bahwa Pemerintah Jepang menggelontorkan dana senilai US$ 26milyar (Rp 385trilyun) karena panik akibat terjadinya "krisis sex". Well, media lokal memang suka menulis headline bombastis, yang terjadi bukanlah "krisis sex", karena orang Jepang tetap saja melakukan sex (namun bahasan ini bukan sekarang dan di sini), tetapi yang terjadi adalah Pemerintah Jepang sampai menganggarkan senilai US$ 26milyar (Rp 385trilyun) untuk "child care" dan "parenting support". Anggaran besar itu adalah akibat menurunnya Fertility Rate perempuan Jepang ke level 1,2565. Apa arti Fertility Rate 1,2565 itu? Artinya setiap perempuan Jepang (di usia produktif) secara rata-rata dianggap punya 1,2565 anak. Belum terbayang? Begini, coba bayangkan seorang pria menikāh dengan seorang perempuan, lalu si perempuan itu hanya punya 1 anak. Artinya jumlah keluarga itu berkurang atau bertambah? Nah, lipat gandakan keluarga yang cuma punya satu anak ini ke RT, l