Ribut-Ribut Nasab

Ribut-ribut nasab Bāàlawiyy bagi saya sebenarnya "sederhana" saja.


Iya sederhana, karena bagi saya penghormatan atas seseorang itu terkait dengan al-walā’ wal-barō’.


⚠️ Semakin seseorang itu bertaqwa kepada Allōh ﷻ‎ dan Rosūl-Nya ﷺ‎, maka semakin besar pula rasa hormat saya kepadanya.


📌 Dalīlnya adalah firman Allōh ﷻ‎:


إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللهِ أَتْقَاكُمْ


(arti) _“Sungguh-sungguh orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allōh ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu.”_ [QS al-Ḥujurōt (49) ayat 13].


Itu kenapa saya sangat hormat kepada sosok Hb MRS ataupun Hb Salim Segaf al-Jufri.


❓ Apa alasannya?


Karena àmalan keduanya, bukan sekadar karena "keturunan" atau "nasab" keduanya.


Nasab tidak berarti jikalau àmalan apalagi àqidah tidak lurus.


🔴 Di dalam al-Qur-ān Allōh ﷻ‎ menyatakan ayah - anak tidaklah memuliakan seseorang apabila àmalannya buruk, seperti:


▫️ Anak Nabī Nūh:


قَالَ يَا نُوحُ إِنَّهُ لَيْسَ مِنْ أَهْلِكَ إِنَّهُ عَمَلٌ غَيْرُ صَالِحٍ فَلَا تَسْأَلْنِ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنِّي أَعِظُكَ أَن تَكُونَ مِنَ ٱلْجَاهِلِينَ


(arti) _“Katakanlah wahai Nūh: "Sungguh-sungguh dia bukanlah termasuk keluargamu!". Sungguh-sungguh (perbuatan)nya perbuatan yang tidak baik. Sebab itu janganlah kamu memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tak mengetahui (hakikat)nya. Sungguh-sungguh Aku memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan termasuk orang-orang yang tidak berìlmu!”_ [QS Hūd (11) ayat 46].


▫️ Ayah Nabī Ibrōhīm:


وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيْمُ لِأَبِيْهِ آزَرَ أَتَتَّخِذُ أَصْنَامًا آلِهَةً إِنِّيْ أَرَاكَ وَقَوْمَكَ فِيْ ضَلَالٍ مُبِيْنٍ


(arti) _“(Ingatlah) Ketika Ibrōhīm berkata kepada ayahnya, Azar: "Apakah pantas kamu menjadikan berhala-berhala itu sebagai tuhan? Sungguh-sungguh aku melihatmu dan kaummu dalam kesesatan yang nyata!'"”_ [QS al-Anȁm (6) ayat 74].


🔴 Allōh ﷻ‎ juga menyatakan bahwa 2 perempuan yang istri Nabiyullōh yang mereka divonis kāfir:


ضَرَبَ ٱللهَ مَثَلًا لِّلَّذِينَ كَفَرُوا ٱمْرَأَتَ نُوحٍ وَٱمْرَأَتَ لُوطٍ كَانَتَا تَحْتَ عَبْدَيْنِ مِنْ عِبَادِنَا صَالِحَيْنِ فَخَانَتَاهُمَا فَلَمْ يُغْنِيَا عَنْهُمَا مِنَ ٱللهِ شَيْئًا وَقِيلَ ٱدْخُلَا ٱلنَّارَ مَعَ ٱلدَّاخِلِينَ


(arti) _“Allōh menjadikan isteri Nūh dan isteri Lūth sebagai perumpamaan atas orang-orang yang kāfir. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang ṣōlih di antara hamba-hamba Kami, lalu kedua isteri itu berkhianat kepada suaminya (masing-masing), maka suaminya itu tiada dapat membantu mereka sedikitpun dari (siksa) Allōh, dan dikatakan (kepada keduanya): "Masuklah ke dalam Jahannam bersama orang-orang yang masuk (Jahannam)!"”_ [QS at-Taḥrīm (66) ayat 10].


📌 Baginda Nabī ﷺ‎ memperingatkan:


وَمَنْ بَطَّأَ بِهِ عَمَلُهُ لَمْ يُسْرِعْ بِهِ نَسَبُهُ


(arti) _“Siapa saja yang lambat àmalnya, maka nasabnya tidak bisa mempercepat (memuliakan)nya.”_ [HR Muslim no 2699; Abū Dāwūd no 3643; Ibnu Mājah no 225; at-Tirmiżiyy no 2945].


📌 Kemudian ketika Allōh mewahyukan firman-Nya:


وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الْأَقْرَبِينَ


(arti) _“Dan berilah peringatan kepada keluargamu yang terdekat.”_ [QS aṡ-Ṡuàrō’ (26) ayat 214].


Maka Baginda Nabī ﷺ‎ mengumumkan:


يَا مَعْشَرَ قُرَيْشٍ أَوْ كَلِمَةً نَحْوَهَا ٱشْتَرُوا أَنْفُسَكُمْ لَا أُغْنِي عَنْكُمْ مِنْ ٱللهِ شَيْئًا ، يَا بَنِي عَبْدِ مَنَافٍ لَا أُغْنِي عَنْكُمْ مِنْ ٱللهِ شَيْئًا ، يَا عَبَّاسُ بْنَ عَبْدِ ٱلْمُطَّلِبِ لَا أُغْنِي عَنْكَ مِنْ ٱللهِ شَيْئًا ، وَيَا صَفِيَّةُ عَمَّةَ رَسُولِ ٱللهِ لَا أُغْنِي عَنْكِ مِنْ ٱللهِ شَيْئًا ، وَيَا فَاطِمَةُ بِنْتَ مُحَمَّدٍ سَلِينِي مَا شِئْتِ مِنْ مَالِي لَا أُغْنِي عَنْكِ مِنْ ٱللهِ شَيْئًا


(arti) _“Wahai Kaum Quroiṡ atau ucapan semacamnya, peliharalah diri kalian karena aku tak dapat membela kalian sedikitpun di hadapan Allōh. Wahai Banī Àbdi Manāf, aku tak dapat membela kalian sedikitpun di hadapan Allōh. Wahai Àbbās ibn Àbdul-Muṭṭolib, aku tak dapat membelamu sedikitpun di hadapan Allōh. Wahai Ṣofiyyah bibi Rosūlullōh, aku tak dapat membelamu sedikitpun di hadapan Allōh. Wahai Fāṭimah putri Muḥammad, mintalah kepadaku apa yang kamu mau dari hartaku, sungguh aku tak dapat membelamu sedikitpun di hadapan Allōh.”_ [HR al-Buḳōriyy no 2753, 4771; Muslim no 206; an-Nasāiyy no 3645-7; Aḥmad no 8246, 8812, 10307; ad-Dārimiyy no 2774].


📍 Itulah kenapa Ṣoḥābat mulia Salmān al-Fārisiyy رضي الله تعالى عنه mengatakan:


إِنَّ ٱلْأَرْضَ لَا تُقَدِّسُ أَحَدًا وَإِنَّمَا يُقَدِّسُ ٱلْإِنْسَانَ عَمَلُهُ


(arti) _“Sungguh-sungguh tanah suci tidak mensucikan siapapun, adapun yang mensucikan manusia adalah àmalannya.”_ [Aṫar Riwayat Mālik no 1524].


Jadi kalau ada yang mengaku ḥabib, tetapi kelakuannya yang tidak-tidak, tukang dusta dan mengada-ada, maka sorry yeee sorry yeee… no respect for you!


Sebaliknya, kalau itu orang biasa, bahkan miskin, tapi àmalannya sangat baik, maka muliakan! Seperti dahulu Baginda Nabī ﷺ‎ memerintahkan Ḳolīfah Ùmar رضي الله تعالى عنه meminta doa kepada Uwais ibn Ȁmir al-Qoroniyy رضي الله تعالى عنه.


❓ Lalu bagaimana soal tuduhan mengaku-ngaku keturunan Baginda Nabī ﷺ‎ itu?


Well, itu bukan urusan kita!


📌 Karena bagi mereka sudah ada ancaman dosa besar sebagaimana yang Baginda Nabī ﷺ‎ peringatkan:


مَنِ ٱدَّعَى إِلَى غَيْرِ أَبِيْهِ وَهُوَ يَعْلَمُ أَنَّهُ غَيْرُ أَبِيْهِ فَالْجَنَّةُ عَلَيْهِ حَرَامٌ


(arti) _“Siapa saja yang mengaku-ngaku berayah kepada selain dari ayah (yang sebenar)nya sedangkan ia tahu bahwa itu bukan ayahnya, maka Syurga diḥarōmkan atasnya!”_ [HR al-Buḳōriyy no 6766-7; Ibnu Mājah no 2610; Aḥmad no 1375, 1414, *7, *22, 19501, *66; ad-Dārimiyy no 2572, 2902].


Demikian, semoga bermanfaat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rules of Engagement

Selektif Dalam Mencari Guru – Sebuah Tinjauan

Sutroh