Ambil Baiknya, Buang Buruknya

Ada tulisan dari Gerombolan Pengacau Keummatan "You Know Who" (GPK-YKW) yang membantah prinsip "ambil baiknya, buang buruknya"…

Bantahan untuk tulisan bantahan itu sederhana saja, masa kita harus pakai prinsip "ambil buruknya lalu buang baiknya"…?

Anak kecil juga tahu kalau itu bodoh namanya…!

Bertentangan dengan fitroh manusia.

Lagian, yang diberikan adalah contoh atsar-atsar ‘ulamâ’ terdahulu yang tidak mau mendengar apalagi mengambil ‘ilmu dari orang-orang yang terafiliasi dengan aliran yang sudah divonis sesat oleh ‘ulamâ’ terdahulu seperti misalnya: Mu’tazilah, Khowârij, Murji-ah, Jahmiyyah, Qodariyyah, Jabariyyah, Rôfidhoh.

Sementara, atsar-atsar itu mereka ditujukan untuk menyerang Ummat Islâm yang berbeda harokah dengannya, yang berbeda madzhab darinya, yang lalu mereka vonis sendiri (secara sepihak) sebagai "Ahli Bid‘ah"…

Ya enggak cocok lah…!!!

Jakasembung bawa golok itu namanya…

Kebiasaan menggunakan sesuatu yang tidak pada tempatnya, akhirnya melahirkan kebodohan-kebodohan saja, seperti misalnya perkataan:

✗ No debate ⇒ Padahal hakikatnya adalah tidak bisa membantah hujjah orang karena keterbatasan ‘ilmu yang parah, sudah terbukti ngaco kemudian dibantah dengan baik sehingga lalu mati kutu dan mengeluarkan statement itu demi menjaga muka yang sudah kebanting. Kemudian akan bilang: "saya tidak mau debat, karena anda hanya mencari pembenaran saja".

✗ Sudah tabayyun belum? ⇒ Kalau itu tuduhan kepada asatidz di luar gerombolan mereka, maka mereka sendiri tidak tahu yang benar bagaimana. Sebab mereka hanya menelan mentah-mentah apa yang dari da‘i-da‘I mereka saja, padahal da‘i-da‘i mereka itu juga tidak pernah tabayyun sama sekali. Bahkan yang ma’rûf kelakuan da‘i-da‘i mereka adalah sangat suka menjadikan tuduhan (fitnahan) sebagai bukti dengan memelintir hadîts Abû Huroiroh membawakan perkataan Syaithôn yang dibenarkan oleh Baginda Nabî صلى الله عليه و سلم...

Adapun kalau itu yang ditujukan kepada da‘i-da‘i mereka yang memang sudah terbukti jelas ngaco, mengeluarkan fatwa dungu, atau tahdzîran kampungan, maka mereka menyuruh-nyuruh orang untuk tabayyun dengan datang langsung ke da‘i-da‘i mereka itu. Padahal fakta dan buktinya jelas, ada rekaman video, screenshot dari broadcast atau status akun Socmednya sendiri.

✗ Jangan ghîbah ⇒ Ketika da‘i-da‘i mereka dibongkar kesesatan dan kengacoannya yang jelas terbukti tidak dengan telak, tidak bisa dibantah dengan "sudah tabayyun belum?", maka keluarlah statement: "jangan ghîbah".

Sebaliknya ketika mereka jelas-jelas mengghîbah atau memfitnah da‘i-da‘i di luar gerombolan mereka, lalu diperingatkan agar "jangan ghîbah", maka mereka akan beralasan bahwa menerangkan dan memperingatkan kesesatan itu adalah wajib. Padahal hakikatnya mereka jelas memfitnah.

Dan terakhir kalau semua jurus di atas tidak berhasil, maka akan keluar:

✗ "Silakan bicara apa saja, kelak anda akan mempertanggungjawabkannya di Âkhirot ⇒ Seakan orang lain yang menentang mereka itu yang pasti salah dan harus bertanggung-jawab, sedangkan mereka adalah pembawa kebenaran yang dizhôlimi. Bagaimana mereka tidak diejek dengan sindiran "Pemegang Kunci Syurga" kalau begitu caranya?

Apakah anda punya pengalaman yang sama dengan gerombolan "you know who" itu, atau anda sering mendengar kata-kata cliché yang sering mereka ulang-ulang itu?

Kalau iya, maka anda tahu dengan jelas siapa mereka!

نَسْأَلُ اللهَ الْسَلَامَةَ وَالْعَافِيَةَ

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rules of Engagement

Selektif Dalam Mencari Guru – Sebuah Tinjauan

Sutroh