Supporter Maho = Kâfir

Menjadi pendukung / supporter kaum Maho, walaupun tidak berbuat maho itu sendiri, adalah sama saja buruknya.

☠ Bahkan kâfir karena artinya menghalâlkan apa yang diharômkan oleh الله Subhânahu wa Ta‘âlâ.

Contohnya adalah istri dari Nabî Lûth.

📌 Kata الله Subhânahu wa Ta‘âlâ:

ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا لِلَّذِينَ كَفَرُوا امْرَأَتَ نُوحٍ وَامْرَأَتَ لُوطٍ ۖ كَانَتَا تَحْتَ عَبْدَيْنِ مِنْ عِبَادِنَا صَالِحَيْنِ فَخَانَتَاهُمَا

(arti) _“Allôh membuat istri Nûh dan istri Lûth sebagai contoh tentang orang-orang yang kâfir. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang shôlih di antara hamba-hamba Kami, lalu kedua istri itu berkhianat kepada suaminya (masing-masing).”_ [QS at-Tahrîm (66) ayat 10].

Nabî Lûth عليه السلام itu memiliki istri yang secara zhohir berîmân kepadanya. Adapun khianat yang dimaksud pada ayat suci di atas kata para ‘ulamâ’ bukanlah dalam artian selingkuh atau zinah, apalagi jadi Lines.

Tidak, bukan itu.

Istri Nabî Lûth, yang menurut salah satu riwayat bernama Wa‘ilah, itu bukanlah pezinah / peselingkuh, apalagi seorang Lines. Karena tidaklah mungkin seorang Nabiyullôh yang terhormat dan ma’shum bisa menikahi perempuan yang buruk dan suka berbuat kekejian.

Lalu apa kesalahannya sehingga ia dikatakan kâfir…?

Istri Nabî Lûth itu memberi tahu kaumnya tentang tamu-tamu Nabî Lûth عليه السلام, yaitu para Malâ-ikat yang merupakan diri sebagai laki-laki yang sangat tampan. Tujuannya memberitahukan adalah agar kaum Lûth yang rusak itu bisa berbuat perbuatan keji maho.

🔥 Makanya ketika الله menurunkan adzab-Nya, istri Lûth itu termasuk dari yang diadzab.

📌 Kata الله Subhânahu wa Ta‘âla menceritakan:

قَالُوا يَا لُوطُ إِنَّا رُسُلُ رَبِّكَ لَن يَصِلُوا إِلَيْكَ فَأَسْرِ بِأَهْلِكَ بِقِطْعٍ مِّنَ اللَّيْلِ وَلَا يَلْتَفِتْ مِنكُمْ أَحَدٌ إِلَّا امْرَأَتَكَ إِنَّهُ مُصِيبُهَا مَا أَصَابَهُمْ إِنَّ مَوْعِدَهُمُ الصُّبْحُ أَلَيْسَ الصُّبْحُ بِقَرِيبٍ

(arti) _“Para utusan (Malâ-ikat) berkata: 'Wahai Lûth, sesungguhnya kami adalah utusan-utusan Robb-mu, sekali-kali mereka tidak akan dapat mengganggu kamu. Sebab itu pergilah dengan membawa keluarga dan pengikut-pengikut kamu di akhir malam dan janganlah ada seseorang pun di antara kamu yang tertinggal, kecuali istrimu. Sungguh dia akan ditimpa adzab yang menimpa mereka, karena sungguh saat jatuhnya adzab kepada mereka ialah di waktu Shubuh. Bukankah Shubuh itu sudah dekat?'”_ [QS Hûd (11) ayat 81].

Pelajaran bagi kita di masa sekarang ini.

⚠ Berhati-hatilah dengan keberpihakan, karena itu bisa menjadi sebab mendapat nikmat yang kekal atau adzab yang kekal. Jangan korbankan Âkhirot yang selamanya demi nilai-nilai palsu sok asik atas nama politically correctness.

نسأل الله السلامة والعافية

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rules of Engagement

Selektif Dalam Mencari Guru – Sebuah Tinjauan

Sutroh