Hidup Adalah Transaksi – Pamrih & Ikhlāsh

Hidup ini adalah transaksi, apapun yang kita lakukan pasti ada motivasi (niyat) yang melandasinya. Sedangkan motivasi itu bisa bentuknya apapun, mulai dari motivasi kebendaan sampai dengan yang abstrak seperti kasih-sayang.

Seorang pekerja, motivasinya ingin mencari penghasilan.
Seorang pelajar, motivasinya mencari ‘ilmu.
Seseorang menikah motivasinya mencari pasangan untuk memenuhi kebutuhannya akan berumah-tangga, seksual, ketenangan, dlsb.

Tiada satupun perbuatan manusia itu yang tak dilandasi motivasi, bahkan seorang ibu yang membesarkan anaknya dengan penuh kasih sayang pun punya motivasi di balik itu semua.

Di dalam agama kita, Allōh ﷻ‎ juga menyebutkan:

إِنَّ الَّذِينَ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَأَنفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلَانِيَةً يَرْجُونَ تِجَارَةً لَّن تَبُورَ ۝‎ لِيُوَفِّيَهُمْ أُجُورَهُمْ وَيَزِيدَهُم مِّن فَضْلِهِ إِنَّهُ غَفُورٌ شَكُورٌ ۝‎

(arti) _“Sungguh-sungguh orang-orang yang selalu membaca Kitābullōh, dan mendirikan sholāt, dan menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang takkan pernah merugi, agar Allōh menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sungguh-sungguh Allōh adalah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.”_ [QS Fāthir (35) ayat 29-30].

Pada ayat suci tersebut, bahkan sholāt dan shodaqoh pun adalah transaksi perniagaan, di mana ia dilakukan dengan motivasi mengharapkan balasan dari Allōh ﷻ‎ berupa pahala dan karunia-Nya. Inilah ayat yang mengajarkan kita tentang "ikhlāsh", di mana ‘ibādah itu bukanlah tanpa pamrih, tetapi memurnikan kepamrihan kita hanya kepada Allōh ﷻ‎ dengan menolak semua keinginan mendapatkan balasan dari makhluq.

Kenapa Allōh ﷻ‎ mengajarkan pamrih dalam bentuk ikhlāsh tersebut?

Tidak lain untuk kebaikan kita juga, agar terlindung dari kekecewaan ketika hasil yang diperoleh tak sesuai dengan harapan.

Iya, orang yang keikhlāshannya sempurna, ia takkan pernah kecewa.

Jadi murnikanlah niyat kita dalam bertransaksi dalam kehidupan ini. Entah itu belajar, bekerja, mengajar, berjuang, bahkan menikah dan membesarkan anak, murnikan niyat hanya mengharapkan balasan dari Allōh ﷻ‎ semata. Agar tak mudah kecewa dan down ketika hasil tak sesuai pengharapan.

نسأل الله السلامة والعافية في الدنيا والآخرة

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rules of Engagement

Selektif Dalam Mencari Guru – Sebuah Tinjauan

Sutroh