Senjata Makan Tuan

Beginilah akibat dari mengajarkan fanatisme kelompok yang dibungkus dengan judul "ìlmu"…


Akhirnya perkataan ustāż paling seniornya sendiri pun ditolak dengan dalih "perkataan siapapun boleh ditolak" karena tak sesuai dengan hawa nafsunya.

Kalau jamāàhnya saja bisa ngomong begini, bagaimana lagi dengan level ngustadnya?

Maka sudah kebaca sebenarnya gerombolan yang hanya memperturutkan hawa nafsunya saja itu tidak solid. Ngustadnya tunduk pada keinginan jamāàh, dan jamāàh bisa mengendalikan ngustadnya. Jadi ngustad-ngustad gerombolan itu sebenarnya mereka ibarat "memberikan makan serigala jahat".

Kenapa?

Sebab selama ini mereka tak pernah mengajarkan agama dengan àdil & baik. Yang diajarkan hanya pendapat yang mereka anggap sesuai saja, dan itu diindoktrinasikan ke jamāàhnya sebagai pemahamannya Salaf (Salafuṣ-Ṣōliḥ).

Lalu supaya muridnya takut menyelisihinya, maka dikatakanlah bahwa mereka itu adalah "firqoh an-najjiyah" tersebut, sedangkan di luar mereka adalah yang 72 golongan "firqoh hālikah"…

Sembari dengan ringan mengobral dakwaan "bidàh" dan menuduh orang yang menyelisihi mereka sebagai "Ahlul-Bidàh".

Lalu hambur-hambur motto:
- "ṡubhat menyambar-nyambar sedangkan hati ini lemah",
- "duduk dengan Aḥlul-Bidàh lebih buruk daripada bertetangga dengan anjing & babi".

Kemudian agar jamāàhnya merasa keren, sekalipun aneh & menyimpang, maka ditanamkan di benak mereka agar mereka merasa diri sebagai "al-ġurobā’" yang "sedang menggenggam bara api".

Akibatnya…

Lahirlah murid-murid bodoh yang keras hati, yang ketika sudah memegang suatu pendapat sesuai keinginan nafsunya, maka tak ada yang bisa mengubah itu. Bahkan ketika ngustadnya dianggap berbeda, maka mereka pun takkan sungkan membantah & menghujat habis-habisan ngustadnya itu.

Sebab, selama ini begitu yang diajarkan oleh mayoritas ngustad-ngustadnya dari level paling atas sampai level paling rendah.

Jadi memang kesalahan sistemik:
- pada materi ajar,
- pada pola pengajaran, dan
- pada sikap & adab para dari para pengajarnya.

Ngustad²nya itu ibarat orang yang memberi makan serigala, namun yang diberi makannya itu adalah serigala jahat dan rakus, sehingga ketika mereka berhenti memberi makan maka si seringala jahat itu malah memakan si pemberi makan…!

Demikian.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rules of Engagement

Selektif Dalam Mencari Guru – Sebuah Tinjauan

Sutroh