Hati Sanubari

Seseorang itu menjadi manusia adalah dengan rūh-nya, bukan hanya dengan jasadnya semata. Jasad itu menua dan melemah, sedangkan rūh tidak, karena ia adalah bagian dari Alam Rūh yang ghoib.

Interaksi antara rūh dengan jasad itu adalah melalui hati sanubari / qolbū. Hati sanubari itu adalah segumpal daging di dalam dada, organ yang disebutkan oleh Baginda Nabī ﷺ‎ yang apabila ia baik maka baik pula manusianya. Organ yang 2x dikeluarkan oleh Malā-ikat Jibrīl dari dada Baginda Nabī ﷺ‎, lalu dibasuh agar bersih dari pengaruh Syaithōn.

Hati sanubari inilah yang menggerakkan manusia…

Apakah ia akan jadi sejahat Stalin, Hitler, Mao, PolPot, Leopold II, Timurleng, dan Genghis Khan…

Ataukah ia berbuat mulia menjadi sebaik-baik manusia seperti Abū Bakar ash-Shiddiq, ‘Umar ibn al-Khoththōb, ‘Utsmān ibn al-‘Affān, dan ‘Alī ibn Abī Thōlib رضي الله تعالى عنهم.

Hati sanubari inilah yang merasa iba dan simpati.
Hati sanubari inilah yang merasakan marah dan benci.
Hati saubari inilah yang merasakan sedih dan pilu.

Hati sanubari ini yang merasa galau jika jauh dari Allōh, dan hati sanubari ini pula yang merasakan ketenangan apabila dekat dengan Allōh.

Allōh ﷻ‎ telah menjadikan pembatas antara manusia dengan hati sanubarinya, sehingga tak seseorang pun yang bisa mengendalikan kapan ia sedih, senang, iba, simpati, dan marah…

Karena semua hati sanubari manusia ada di antara jari-jemari Allōh ﷻ‎ yang Maha Suci lagi Maha Agung, manusia hanya bisa memilih untuk menampakkan atau tidak sikap dari apa rasa di hati sanubarinya.

Dan…

Hati sanubari ini lah yang merasakan jatuh cinta… karenanya, tiada seorang pun yang bisa memilih kapan ia jatuh cinta dan kepada siapa.


Rasa cinta itu adalah Allōh yang Maha Lembut yang memasukkan ke dalam hati sanubari.

Kita memohon kepada Allōh ﷻ‎ yang Maha Membolak-balikkan Hati Sanubari semoga hati sanubari kita ditetapkan-Nya di atas agama-Nya yang lurus selama hayat dikandung badan.

Semoga Allōh ﷻ‎ panggil pulang kita dengan hati sanubari yang tenang dan selamat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rules of Engagement

Selektif Dalam Mencari Guru – Sebuah Tinjauan

Sutroh