Istirja’ Saat Tertimpa Mushībah

Adalah sudah kebiasaan sebagian besar kaum Muslimīn di Negeri ini ketika mendengar orang meninggal lantas otomatis mengucapkan istirja’. Mungkin beranggapan bahwa istirja’ itu adalah untuk mendo'akan orang yang meninggal.

Mari kita lihat lagi dasar perintah beristirja’ itu…

📌 Kata Allōh ﷻ‎ di dalam firman-Nya:

الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ

(arti) _“(Yaitu) Orang-orang yang apabila ditimpa mushībah, maka mereka mengucapkan: "innā lillāhi wa innā ilayhi rōji‘ūn".”_ [QS al-Baqoroh (2) ayat 156].

‼️ Perhatikan kalimatnya, yaitu: "الَّذِينَ" (arti: orang-orang yang), "إِذَا" (arti: apabila), lalu "أَصَابَتْهُم" (arti: menimpa mereka), dan "مُّصِيبَةٌ" (arti: sebuah mushībah) → kuncinya adalah pada kata ganti "هُم" (arti: mereka), sehingga perintah mengucapkan istirja’ itu hanyalah kepada orang yang ditimpa mushībah langsung.

Misal, ketika anak kematian orangtuanya, maka anak mengucapkan istirja’ karena itu adalah mushībah bagi si anak. Atau seseorang yang kehilangan seorang yang telah begitu banyak berjasa pada dirinya, maka ia boleh beristirja’.

Intinya: istirja’ bagi yang ditimpa mushībah langsung, tidak harus kematian, bahkan kehilangan barang atau mengalami kecelakaan, maka ucapkanlah istirja’.

Makanya kalau seorang Muslim, kehilangan orang yang dekat dan banyak membantunya sekalipun kāfir, tak mengapa ucapkan istirja’. Iya sebab bukankah arti istirja’ itu adalah: "Sungguh kita semua milik Allōh, dan sungguh kepada-Nya lah kita akan kembali".

Jadi istirja’ itu bukan mendo'akan orang yang meninggal ya, karena istirja’ itu permohonan agar Allōh ﷻ‎ memberikan ganti atas mushībahnya itu.

Adapun do'a untuk orang yang meninggal adalah:

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ وَعَافِهِ وَاعْفُ عَنْهُ
{allōhummaghfirlahu warhamhu wa‘āfihi wa‘fu‘anhu}***

(arti) _“Wahai Allōh, ampunilah ia, kasihanilah ia, sejahterakanlah ia, dan ampunilah segala dosa dan kesalahannya.”_

Do'a ini DILARANG oleh Allōh ﷻ‎ untuk diucapkan bagi orang kāfir yang mati.

📌 Kata Allōh ﷻ‎ di dalam firman-Nya:

مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَنْ يَسْتَغْفِرُوا لِلْمُشْرِكِينَ وَلَوْ كَانُوا أُولِي قُرْبَى مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُمْ أَصْحَابُ الْجَحِيمِ

(arti) _“Tidaklah sepatutnya bagi Nabī dan orang-orang mu’min untuk memintakan ampun bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat(nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni (Neraka) Jahīm.”_ [QS at-Tawbah (9) ayat 113].

Demikian, semoga dapat dipahami.

هدانا الله و إياكم أجمعين

… … …

***do'a ini adalah apabila yang wafat adalah laki-laki, adapun jika perempuan maka diganti kata gantinya dengan "ها".

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rules of Engagement

Selektif Dalam Mencari Guru – Sebuah Tinjauan

Sutroh