Pemilihan Suami à la Kokohiyyun

Perhatikan screenshot di bawah ini, seseakun GPK Kokohiyyun mengqiyâskan hubungan antara presiden dengan rakyatnya adalah layaknya hubungan suami dengan istrinya.

Konsekwensinya ada 2, yaitu:
(1). Ada pemilihan suami (PilSu), yang mana bisa terjadi PilSu putaran ke-2 dan PilSu ulang jikalau ada hal-hal luar biasa.
(2). Istrinya GPK Kokohiyyun itu layaknya istri kontrakan, dikontrak untuk kawin selama periode 5 tahunan.

Agak bingung?

Mari ikuti penjelasan berikut ini…

Alkisah, untuk memilih suami maka perempuan GPK Kokohiyyun (sebut saja: Ummu Kokohiyyah) harus melalu masa pendaftaran calon suami, masa seleksi calon suami, masa penetapan calon suami, lalu masa kampanye calon… di mana semuanya dikelola oleh KPS (Komisi Pemilihan Suami).

Para lelaki calon suami (sebut saja: Abû Kokoh) itu kemudian harus berkampanye, di mana mereka berbicara tentang ini dan itu, menjanjikan ini dan itu, dan bakal bikin program ini dan itu yang akan menghasilkan manfaat ini dan itu pula...

Lalu berpikir lah para Ummu Kokohiyyah itu selama minggu tenang.

Kemudian tibalah hari pencoblosan, maka datanglah para Ummu Kokohiyyah ke TPS (Tempat Pemilihan Suami) untuk mencoblos "Surat Suami"…

Kemudian dihitunglah suara suara yang sah untuk menentukan siapa Abû Kokoh yang terbanyak mendapatkan suara. Setelah didapatkan pemenangnya, maka ditetapkanlah Abû Kokoh sebagai suami yang definitif dari Ummu Kokohiyyah.

Kemudian harus menunggu periode beberapa bulan untuk menghabis periode suami sebelumnya dari si Ummu Kokohiyyah. Kemudian dilantiklah Abû Kokoh yang baru sebagai suami dari Ummu Kokohiyyah dengan akad nikah mut‘ah (kontrak) 5 tahun pernikahan, dengan catatan dapat menikah kembali untuk hanya untuk 1 periode berikutnya saja.

Ketika sudah jadi suami, ternyata si Abû Kokoh itu malah berasyik-masyuk dengan perempuan Cungkok, malah menghambur-hamburkan harta seenak-enaknya untuk perempuan Cungkok itu. Lebih parah lagi, Abû Kokoh itu malah memasukkan perempuan Cungkok ke rumahnya.

Sementara istri Kokohiyyahnya yang sah, malah dibebani urusan dapur-sumur-kasur, dan parahnya malah terus-terusan dipalak dan disuruh mencari nafkah sendiri…!

Lalu sebagai protes, si Ummu Kokohiyyah membuat kaos oblong dengan sablonan bertuliskan #2019GantiSuami yang mana ternyata malah membikin si Abû Kokoh jadi sangat baper!

Si Abû Koloh itu bilang bahwa dia tidak takut sama kaos oblong, karena tidak mungkin kaos oblong bisa menggantikannya sebagai suami.

Lalu si Abû Kokoh itu pun keliling ke mana-mana sambil membagi-bagikan sembako beserta kaos oblong dengan sablonan bertuliskan: #Suami2Periode atau #2019TetapSuami plus juga dia suka melempar-lempar kado dari jendela mobil yang sedang berjalan…

Ternyata, ini sudah tahun 2018, dan tahun 2019 itu kontrak suami-istri akan berakhir dan bakal ada Pemilsu (Pemilihan Suami) lagi.

Maka pada 2019 si Ummu Kokohiyyah karena kepolosannya, dia mau saja dibego-begoin oleh si Abû Kokoh. Plus ditambah lagi si Ummu Kokohiyyah itu punya short term memory akut, ya akhirnya dia malah memilih lagi si Abû Kokoh untuk memut'ah dirinya 1 periode berikutnya…

Disclaimer: Demikianlah kira-kira analogi dari rumah tangga GPK Kokohiyyun itu jikalau mengambil qiyâs seperti status tersebut.

▪ IQ itu given, stupid itu pilihan.

نسأل الله السلامة والعافية

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rules of Engagement

Selektif Dalam Mencari Guru – Sebuah Tinjauan

Sutroh