Mereka Suka Menyembunyikan Ayat & Memelintir Pemahamannya

GPK Kokohiyyun itu dalam rangka meng‘amalkan ‘aqidah "murji-ah ma‘al hukkâm" (menjilat kepada penguasa) yang mereka îmâni, maka mereka akan melakukan apapun juga untuk membela kezhôliman penguasa, termasuk dengan menyembunyikan ayat-ayat الله Subhânahu wa Ta‘âlâ dan memelintir pemahaman atasnya.

Salah satu contohnya adalah ketika penguasa telah jelas-jelas berbuat zhôlim, maka mereka akan mengeluarkan ayat suci berikut tentang perintah الله Subhânahu wa Ta‘âlâ kepada Nabî Mûsâ عليه الصلاة و السلام dan Nabî Harun عليه السلام untuk mulai menda‘wahi Fir‘aun dengan lemah-lembut.

📌 Kata الله Subhânahu wa Ta‘âlâ:

اذْهَبَا إِلَىٰ فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَىٰ ۞ فَقُولَا لَهُ قَوْلًا لَّيِّنًا لَّعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَىٰ

(arti) _“Pergilah kamu berdua kepada Fir‘aun, sungguh-sungguh dia telah melampaui batas. Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah-lembut, mudah-mudahan dia ingat atau takut.”_ [QS Thô-Hâ (20) ayat 43-44].

⇨ Ayat suci adalah kebenaran muthlaq, karena tentunya saat memulai da‘wah itu harus dilakukan dengan cara yang lemah-lembut, sebab tujuan dari da‘wah itu adalah mengingatkan akan dan mengajak kepada الله Subhânahu wa Ta‘âlâ.

☠ Jadi jikalau memulai da‘wah saja sudah dengan cara yang kasar lagi keras, suka mentahdzîr, menyesat-nyesatkan orang, menuduh orang bermanhaj rusak, maka siapakah yang mau menerima da‘wah yang semacam itu?

🔥 Ternyata GPK Kokohiyyun itu telah menyimpang dari Manhaj Salaf…! 🔥

❓ Kemudian pertanyaannya adalah: apakah da‘wah itu hanya statis sampai di tahap itu saja? Terus saja hanya pada titik "lemah-lembut" itu saja?

Perhatikan…

Ternyata, Fir‘aun sama sekali tidak menerima da‘wah Nabî Mûsâ عليه الصلاة و السلام yang dimulai dilakukan dengan cara lemah-lembut tersebut. Malah Fir‘aun menuduh Nabî Mûsâ ingin mendongkel kekuasaannya, kemudian malah menantang Nabî Mûsâ untuk duel sihir dengan para penyihir bayarannya.

📌 Kata الله Subhânahu wa Ta‘âlâ mengisahkan:

وَلَقَدْ أَرَيْنَاهُ آيَاتِنَا كُلَّهَا فَكَذَّبَ وَأَبَىٰ ۞ قَالَ أَجِئْتَنَا لِتُخْرِجَنَا مِنْ أَرْضِنَا بِسِحْرِكَ يَا مُوسَىٰ ۞ فَلَنَأْتِيَنَّكَ بِسِحْرٍ مِّثْلِهِ فَاجْعَلْ بَيْنَنَا وَبَيْنَكَ مَوْعِدًا لَّا نُخْلِفُهُ نَحْنُ وَلَا أَنتَ مَكَانًا سُوًى

(arti) _“Dan sungguh-sungguh telah Kami perlihatkan kepadanya (Fir‘aun) tanda-tanda kekuasaan Kami semuanya, maka ia mendustakan dan enggan (menerima kebenaran). Berkata (Fir‘aun): "Adakah kamu datang kepada kami untuk mengusir kami dari negeri kami (ini) dengan sihirmu, wahai Mûsâ? Dan kami pun pasti akan mendatangkan (pula) kepada kamu sihir semacam itu, maka buatlah suatu waktu untuk pertemuan antara kami dan kamu, yang kami takkan menyalahinya dan tak (pula) kamu, di suatu tempat yang pertengahan (letaknya)."”_ [QS Thô-Hâ (20) ayat 56-57].

Ternyata jawaban Nabî Mûsâ عليه الصلاة و السلام bukan lagi dengan cara "lemah-lembut"…

Perhatikan…

📌 Kata الله Subhânahu wa Ta‘âlâ mengisahkan tentang jawaban Nabî Mûsâ terhadap tantangan Fir‘aun itu:

قَالَ مَوْعِدُكُمْ يَوْمُ الزِّينَةِ وَأَن يُحْشَرَ النَّاسُ ضُحًى ۞ فَتَوَلَّىٰ فِرْعَوْنُ فَجَمَعَ كَيْدَهُ ثُمَّ أَتَىٰ ۞ قَالَ لَهُم مُّوسَىٰ وَيْلَكُمْ لَا تَفْتَرُوا عَلَى اللَّهِ كَذِبًا فَيُسْحِتَكُم بِعَذَابٍ ۖ وَقَدْ خَابَ مَنِ افْتَرَىٰ

(arti) _“Berkata (Mûsâ): "Waktu untuk pertemuan (kami dengan) kamu itu adalah di hari raya, dan hendaklah dikumpulkan manusia pada waktu Matahari telah naik sepenggalan!". Maka Fir'aun meninggalkan (tempat itu) untuk mengatur tipu dayanya, kemudian ia kembali datang. Berkata (Mûsâ) kepada mereka: "Celakalah kamu! Janganlah kamu mengada-adakan kedustaan terhadap Allôh sehingga Dia membinasakan kamu dengan adzab!". Dan sungguh-sungguh telah merugi orang yang mengada-adakan kedustaan.”_ [QS Thô-Hâ (20) ayat 59-61].

⇨ Ternyata Nabî Mûsâ menjawab tantangan Fir‘aun itu. Bahkan meminta agar orang-orang dikumpulkan di tempat terbuka pada hari raya untuk menyaksikan "adu kesaktian" antara sihir dari para penyihir bayaran Fir‘aun dengan mu‘jizat para Nabî yang diberikan langsung oleh الله Subhânahu wa Ta‘âlâ – namun ketika menjawab tantangan Fir‘aun tersebut, Nabî Mûsâ tidak tahu apakah bentuk Mu‘jizat yang akan الله karuniakan kepada Beliau.

☠ Ternyata, tidak ada yang namanya bahwa "nasihat kepada penguasa itu harus secara 4 mata" terus apabila kezhôliman dan kekufuran penguasa sudah secara terang-terangan dan terus membandel…!

🔥 Lagi-lagi GPK Kokohiyyun itu ternyata telah menyalahi Manhaj Salaf…! 🔥

Kelanjutan kisah antara Nabî Mûsâ dengan Fir‘aun tersebut banyak dari kita yang sudah mahfum, bahwa Nabî Mûsâ menaklukkan ribuan penyihir Fir‘aun, sehingga para penyihir itu kemudian tunduk dan berîmân kepada Nabî Mûsâ dan risalah yang dibawanya. Tetapi Fir‘aun tak terima para penyihir bayarannya itu berîmân kepada Nabî Mûsâ, dan kemudian malah membantai mereka dengan cara memotong tangan dan kaki para penyihir tersebut secara menyilang kemudian menyalib mereka di batang pohon Kurma.

Intinya, Fir‘aun semakin zhôlim setelah kesesatannya terungkap di depan rakyatnya, dan malah makin keji kepada Banî Isrô-îl…

Lalu apakah Nabî Mûsâ diam saja, tetap cukup da‘wah dengan lemah lembut, kemudian menyibukkan diri dengan majlis ta‘lim dan mencari nafkah saja, serta sibuk main dengan anak-istri, kemudian mendo'akan kebaikan bagi pemimpin seperti yang di‘amalkan oleh GPK Kokohiyyun itu?

Ternyata sama sekali tidak…!

Ternyata Nabî Mûsâ عليه الصلاة و السلام memang mendo'akan Fir‘aun, tapi dengan keburukan…!

📌 Kata الله Subhânahu wa Ta‘âlâ mengisahkan do'a Nabî Mûsâ tersebut:

رَبَّنَا إِنَّكَ آتَيْتَ فِرْعَوْنَ وَمَلَأَهُ زِينَةً وَأَمْوَالًا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا رَبَّنَا لِيُضِلُّوا عَن سَبِيلِكَ ۖ رَبَّنَا اطْمِسْ عَلَىٰ أَمْوَالِهِمْ وَاشْدُدْ عَلَىٰ قُلُوبِهِمْ فَلَا يُؤْمِنُوا حَتَّىٰ يَرَوُا الْعَذَابَ الْأَلِيمَ

(arti) _“Wahai Robb kami, sungguh Engkau telah memberi kepada Fir‘aun dan pemuka-pemuka kaumnya perhiasan dan harta kekayaan dalam kehidupan di Dunia. Wahai Robb kami, akibatnya mereka menyesatkan (manusia) dari jalan-Mu. Wahai Robb kami, binasakanlah harta benda mereka, dan kunci matilah hati mereka, mereka tak pernah akan berîmân hingga mereka melihat adzab yang pedih!”_ [QS Yûnus (10) ayat 88].

⇨ Ternyata Nabî Mûsâ mendo'akan keburukan bagi Fir‘aun dengan do'a yang sangat mengerikan!

☠ Para penguasa zhôlim yang pendusta, tidak amanah dan khianat, suka ingkar janji, suka berbuat fâjir, apalagi suka berbuat kekufuran, maka tentunya sangat pantas dido'akan keburukan - bukan malahan dido'akan dengan do'a kebaikan dan mau dipertahankan dengan alasan penggantinya belum tentu akan lebih baik.

🔥 Lagi-lagi GPK Kokohiyyun ternyata tidak berjalan di atas Manhaj Salaf…! 🔥

Kemudian Nabî Mûsâ عليه الصلاة و السلام diperintahkan oleh الله Subhânahu wa Ta'âlâ untuk membawa Banî Isrô-îl untuk hijroh ke al-Quds, Tanah Syâm, di mana ketika hendak mengejar dan membantai Nabî Mûsâ dan Banî Isrô-îl itulah kemudian الله timpakan adzab yang mengerikan yang membinasakan kepada Fir‘aun dan pasukannya, yaitu dengan ditenggelamkan di tengah lautan.

⚠ Lihat pelajaran penting di sini:
⑴. Bahwa memulai da‘wah memang harus lemah-lembut.
⑵. Bahwa jikalau penguasa terus zhôlim, berbuat kemungkaran dan kekufuran secara terang-terangan, maka harus dinasihati secara terang-terangan pula.
⑶. Bahwa do'a keburukan bagi penguasa yang zhôlim dan kufur itu adalah benar.

Last but never the least, sebagai peringatan kepada GPK Kokohiyyun yang kerjaannya suka menyembunyikan ayat dan memelintir pemahaman atas dalîl, takutlah akan firman الله Subhânahu wa Ta‘âlâ berikut ini…

📌 Kata الله Subhânahu wa Ta‘âlâ:

إِنَّ الَّذِينَ يَكْتُمُونَ مَا أَنزَلَ اللَّهُ مِنَ الْكِتَابِ وَيَشْتَرُونَ بِهِ ثَمَنًا قَلِيلًا ۙ أُولَٰئِكَ مَا يَأْكُلُونَ فِي بُطُونِهِمْ إِلَّا النَّارَ وَلَا يُكَلِّمُهُمُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلَا يُزَكِّيهِمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

(arti) _“Sungguh-sungguh orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah diturunkan Allôh, yaitu al-Kitâb, dan menjualnya dengan harga yang sedikit (murah), mereka itu sebenarnya tidaklah memakan (tak menelan) ke dalam perutnya melainkan api, dan Allôh takkan berbicara kepada mereka pada Hari Qiyâmat, dan takkan mensucikan mereka, dan bagi mereka adzab yang teramat pedih!”_ [QS al-Baqoroh (2) ayat 174].

Sebagai tentang kecurangan GPK Kokohiyyun dalam menyembunyikan dan memelintir dalîl atau perkataan ‘ulamâ’, berikut screenshot dari status seorang Miss Kokohiyyah.

Perhatikan, Miss Kokohiyyah ini menukil hadîts riwayat Imâm at-Tirmidzî dan menerjemahkannya sebagai: "Barang siapa yang menghina pemimpin di muka Bumi, niscaya Allôh akan menghinakannya".

Baiklah, mari kita lihat matan asli hadîts tersebut.

📌 Kata Baginda Nabî صلى الله عليه وسلم:

مَنْ أَهَانَ سُلْطَانَ اللَّهِ فِي الْأَرْضِ أَهَانَهُ اللَّهُ

(arti) _“Siapa saja yang menghinakan penguasa Allôh di Bumi, niscaya Allôh akan menghinakannya.”_ [HR at-Tirmidzî no 2224].

Perhatikan…!

Apa yang berbeda…?

☠ Iya, di screenshotnya hanya dituliskan sebagai "pemimpin" (sulthôn / سلطان) saja, sedangkan pada matan hadîtsnya jelas-jelas dituliskan "sulthônallôh" (سلطان الله)…!!!

❗ Beda jauh antara sekedar penguasa (sulthôn) dengan yang namanya "sulthônallôh".

Sebab, sulthônallôh adalah penguasa yang:
⒜ menegakkan agama الله (iqomatuddîn), dan
⒝ mengatur urusan Dunia dengan agama الله (siyasatuddunya biddîn).

Curang kan…???

Jikalau dalîl seperti begitu diterjemahkannya, maka Kim Jong Un, itu sulthôn, Putin itu sulthôn, Donal Terompah itu sulthôn, Basyar al-Fasâd itu sulthôn, Hassan Rouhani itu sulthôn. Karena penguasa itu ya pasti "sulthôn".

Lantas apakah menghina mereka akan dihinakan pula oleh الله…???

Hadeeeh… akal mana akal…???

Sekarang pertanyaannya adalah…

⁉ Apakah masih mau merujuk masalah agama kepada GPK Kokohiyyun yang suka curang dalam menukil dalîl itu…???

▪ IQ itu given, stupid itu pilihan.

نسأل الله السلامة والعافية

Demikian - والله أعلمُ بالـصـواب - semoga dapat dipahami.

نَسْأَلُ اللهَ الْسَلَامَةَ وَالْعَافِيَةَ

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rules of Engagement

Selektif Dalam Mencari Guru – Sebuah Tinjauan

Sutroh