Jangan Pernah Meninggalkan Jihâd Menegakkan Amar Ma‘rûf Nahyi Munkar…!

Salah satu kerusakan ‘aqidah GPK Kokohiyyun itu adalah mereka mengatakan bahwa jihâd syar‘i itu tak ada di zaman sekarang.

Benarkah seperti itu?

⚠ Perhatikan…!

📌 Kata الله Subhânahu wa Ta‘âlâ:

قُلْ إِن كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُم مِّنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّىٰ يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ ۗ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ

(arti) _“Katakanlah (wahai Muhammad): "Apabila bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, isteri-isterimu, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allôh dan Rosûl-Nya dan dari berjihâd di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allôh mendatangkan keputusan-Nya!", dan Allôh tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fâsiq.”_ [QS at-Taubah (9) ayat 24].

Nah mari kita ingat betapa GPK Kokohiyyun itu selalu menggadang-gadang slogan "nikmat aman" versi mereka.

Yaitu aman beranak-pinak, aman ngaji-ngaji, aman olahraga, aman BAB/BAK, aman ngobrolin gossip / mesum / obat kuat / therapy strong, aman ta‘adud diam-diam, aman jualan gamis / herbal / kitâb di emperan kajian…

Jadi cukup diserahkan urusan Dunia kepada penguasa, dan mereka cukup ngaji-ngaji saja. Sedangkan kalau penguasa itu salah, maka cukup ambil tangannya, diajak mojok utuk dinasihati 4 mata… karena bagi mereka menasihati penguasa itu cukup 4 mata dan diam-diam… kalau nasihatnya diterima ya bagus, kalau tidak, maka menurut mereka sudah lepas kewajibannya.

Namun pada prakteknya, qoidah itu entah bagaimana dan entah kapan mereka melakukannya?

Padahal…

⚠ Jelas pada ayat suci tersebut di atas, الله Subhânahu wa Ta‘âlâ menyebutkan apabila lebih mencintai:
✓ orang tua,
✓ anak keturunan,
✓ isteri,
✓ sanak saudara,
✓ harta benda,
✓ bisnis yang digeluti, dan
✓ rumah tinggal,
daripada الله, Rosûl-Nya, dan berjihâd di jalan-Nya

Maka…

🔥 Sungguh-sungguh الله akan timpakan kehinaan, dan الله tidak akan memberikan hidayah-Nya kepada mereka, dan mereka itu digolongkan sebagai orang yang fâsiq…!

Jadi sungguh sangat kalau aneh ada yang mengaku-ngaku meda‘wahkan ketauhîdan, mengaku-ngaku mengusung Sunnah Nabî dengan pemahaman Salafush-Shôlih, akan tetapi mengingkari jihâd menegakkan al-haq…?!?

📌 Kata Baginda Nabî صلى الله عليه و سلم:

إِذَا تَبَايَعْتُمْ بِالْعِينَةِ وَأَخَذْتُمْ أَذْنَابَ الْبَقَرِ وَرَضِيتُمْ بِالزَّرْعِ وَتَرَكْتُمُ الْجِهَادَ سَلَّطَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ ذُلاًّ لاَ يَنْزِعُهُ حَتَّى تَرْجِعُوا إِلَى دِينِكُمْ

(arti) _“Apabila kalian telah melakukan jual beli secara ‘iynah, dan kalian berpegang kepada ekor-ekor sapi, dan kalian puas dengan bertani, kemudian kalian meninggalkan jihâd, maka niscaya Allôh akan menyelimuti kalian dengan kehinaan, yang mana Dia takkan mencabutnya hingga kalian kembali kepada agama kalian.”_ [HR Abû Dâwud no 3462].

Dalam riwayat lain, kata Baginda Nabî صلى الله عليه و سلم:

مَا تَرَكَ قَوْمٌ الْجِهَادَ عَمَّهُمُ الله بِالْعَذَابُ

(arti) _“Tidaklah suatu kaum meninggalkan jihâd melainkan Allôh meratakan adzab terhadap mereka.”_ [HR ath-Thobrônî, Shohîh at-Targhib wat-Tarhîb no 1392].

⚠ Perhatikan…!

🔥 Jikalau meninggalkan jihâd demi kenyamanan hidup… maka justru bukan kenyamanan hidup yang didapatkan, akan tetapi malah kehinadinaan…!!!

Apabila sesengustad GPK Kokohiyyun mengatakan bahwa tidak ada jihâd yang syar‘i saat ini, maka sungguh-sungguh itu adalah pernyataan konyol lagi dungu, karena jelas-jelas dibantah oleh hadîts yang shohîh berikut ini…

📌 Kata Baginda Nabî صلى الله عليه و سلم:

لاَ تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي يُقَاتِلُونَ عَلَى الْحَقِّ ظَاهِرِينَ عَلَى مَنْ نَاوَأَهُمْ حَتَّى يُقَاتِلَ آخِرُهُمُ الْمَسِيحَ الدَّجَّالَ

(arti) _“Akan senantiasa ada di antara ummatku sekelompok orang yang bertempur membela kebenaran dan unggul atas lawan-lawan mereka, hingga orang yang terakhir di antara mereka memerangi al-Masîh ad-Dajjâl.”_ [HR Abû Dâwud no 2484; Ahmad no 19073].

Jadi bagaimana mungkin tidak ada jihâd jikalau jihâd menegakkan al-haq itu akan ada secara terus-menerus sampai dengan menjelang Qiyâmat?

Sebab…

Tidak bisa tidak, tidak bisa dinafikan, apalagi mau disembunyikan, bahwa…

❗ Berjihâd menegakkan al-haq itu adalah ciri utama dari orang-orang yang berîmân.

📌 Kata الله Subhânahu wa Ta‘âlâ:

كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِالل

(arti) _“Kamu adalah ummat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'rûf dan mencegah dari yang mungkar, dan berîmân kepada Allôh.”_ [QS Âli 'Imrôn (3) ayat 110].

Bahkan…

❗ Berjihâd menegakkan amar ma‘rûf nahyi munkar itu adalah pembeda antara orang berîmân dengan orang munâfiq.

📌 Kata الله Subhânahu wa Ta‘âlâ:

وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَآءُ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاَةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَيُطِيعُونَ اللهَ وَرَسُولَهُ

(arti) _“Dan orang-orang yang berîmân, laki-laki dan perempuan, sebagian dari mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma‘rûf dan mencegah dari yang mungkar, mendirikan sholât, menunaikan zakat, dan mereka ta'at kepada Allôh dan Rosûl-Nya.”_ [QS at-Taubah (9) ayat 71].

⚠ Perhatikan…!

Pada kedua ayat suci di atas الله Subhânahu wa Ta‘âlâ mendahulukan penyebutan ‘amal shôlih menegakkan yang ma'rûf mencegah kemungkaran.

Jadi…

⇨ Jihâd menegakkan amar ma‘rûf nahyi munkar is really special…!

Ingat…

❗ Jihâd itu berdasarkan "alat yang dipakai" terbagi menjadi 3, yaitu: ⒜ dengan lisan, ⒝ dengan harta benda, dan ⒞ dengan jiwa.

📌 Kata Baginda Nabî صلى الله عليه و سلم:

جَاهِدُوا الْمُشْرِكِينَ بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ وَأَلْسِنَتِكُمْ

(arti) _“Berjihâdlah kalian melawan orang-orang musyrik dengan harta benda kalian, dengan jiwa kalian, dan dengan lisan kalian.”_ [HR Abû Dâwud no 2504; an-Nasâ-î no 3096; Ahmad no 11798, 12097, 13146; ad-Dârimî no 2475].

Adapun berdasarkan hukumnya, maka jihâd terbagi menjadi: ⒜ fardhu, dan ⒝ sunnah.

Sedangkan berdasarkan target / sasarannya, maka jihâd terbagi menjadi:
⒜ jihâd melawan hawa nafsu dan Syaithôn,
⒝ jihâd melawan orang-orang kâfir dan musyrik,
⒞ jihad melawan orang-orang munâfiq, dan
⒟ jihâd melawan orang yang fâsiq dan zhôlim.

Maka dari itu, jihâd itu tidaklah selalu artinya berperang di medan tempur menggunakan senjata. Karena menggunakan harta untuk membela kehormatan agama dan mencegah pemurtadan adalah jihâd.

Begitu juga ada jihâd yang harus ditegakkan dengan mengatakan kebenaran dan melarang perbuatan yang mungkar.

📌 Kata Baginda Nabî صلى الله عليه و سلم:

أَفْضَلُ الْجِهَادِ كَلِمَةُ عَدْلٍ عِنْدَ سُلْطَانٍ جَائِرٍ

(arti) _“Jihâd yang paling utama adalah mengatakan kebenaran di hadapan penguasa yang bengis.”_ [HR Abû Dâwud no 4344; at-Tirmidzî no 2174; Ibnu Mâjah no 4011].

Tentunya apa yang dimaksud di dalam hadîts mulia tersebut jelas bukanlah memberontak dengan senjata, tetapi melakukan kritik membangun dan meluruskan kekeliruan penguasa.

Adapun orang-orang yang pengecut, yang tak mau membela kebenaran, bahkan sekalipun itu adalah membela kehormatan Kitâbullôh, yang berusaha menafikannya dengan menggunakan berbagai alasan pembenaran yang diambil dari memelintir dalîl, maka jelas ada tanda-tanda kemunâfiqan dalam diri mereka.

📌 Kata Baginda Nabî صلى الله عليه و سلم:

مَنْ مَاتَ وَلَمْ يَغْزُ وَلَمْ يُحَدِّثْ بِهِ نَفْسَهُ مَاتَ عَلَى شُعْبَةٍ مِنْ نِفَاقٍ

(arti) _“Siapa saja yang wafat sementara ia belum pernah berjihâd tempur atau meniyatkan dirinya untuk berjihâd tempur, maka ia mati di atas satu cabang dari kemunâfiqan.”_ [HR Muslim no 1910; Abû Dâwud no 2502; an-Nasâ-î no 3097; Ahmad no 8510].

Kita berdo'a:

اللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا ، وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلاً ، وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ

(arti) _“Wahai Allôh, perlihatkanlah kepada kami yang benar itu benar, dan karuniakanlah kepada kami kamampuan untuk dapat mengikutinya, dan perlihatkanlah kepada kami yang salah itu salah, dan karuniakanlah kepada kami kemampuan untuk dapat menghindarinya.”

نَسْأَلُ اللهَ الْسَلَامَةَ وَالْعَافِيَةَ

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rules of Engagement

Selektif Dalam Mencari Guru – Sebuah Tinjauan

Sutroh