Apa Itu Ghîbah

Saat kelakuan hina anggota Gerombolan Pengacau Keummatan You Know Who (GPK-YKW) itu tereskspose ke publik dan menjadi viral…

Sepertinya misalnya ngustad predator 65 anak yang merupakan guru sebuah SDIT yang terafiliasi dengan GPK-YKW, dan oknumnya juga lulusan STAI yang terafiliasi dengan GPK-YKW…

Atau status / komentar mesum dari seorang ikhwan senior pemilik blog keagamaan yang sangat dikenal di kalangan GPK-YKW…

Maka muncullah pembelaan-pembelaan konyol dari pengikut GPK-YKW tersebut…

Mulai dari ditanyakan apakah sudah bertabayyun?

Padahal…

⚠ Bukti screenshot / link berita jelas ada dan terverifikasi, sehingga adalah TSK yang wajib mengklarifikasi, bukan yang mendatangkan bukti.

Kemudian lucunya, kalau dibantah begitu, maka keluarlah "jurus sakti" andalan mereka, yaitu: "Bukankah itu aib, jadi kan ghîbah?", lalu keluarlah ancaman: "Apa anda nggak takut kalau aib anda juga dibukakan oleh الله?"

Nah, umumnya orang akan terdiam jika dibawakan kalimat begitu…

Tetapi benarkah begitu?

Mari kita tinjau hadîts tentang ghîbah tersebut…

📌 Kata Baginda Nabî صلى الله عليه وسلم:

أَتَدْرُونَ مَا الْغِيبَةُ

(arti) _“Tahukah kamu apa itu ghîbah?”_

Para Shohâbat mengatakan: "Allôh dan Rosûl-Nya yang lebih mengetahui."

Nabî menjawab:

ذِكْرُكَ أَخَاكَ بِمَا يَكْرَهُ

(arti) _“Kalian menceritakan tentang kejelekan saudara kalian yang ia tak suka jika itu diketahui orang.”_

Para Shohâbat lalu bertanya: "Bagaimana jika yang disebutkan sesuai kenyataan?"

Nabî menjawab:

إِنْ كَانَ فِيهِ مَا تَقُولُ فَقَدِ اغْتَبْتَهُ وَإِنْ لَمْ يَكُنْ فِيهِ فَقَدْ بَهَتَّهُ

(arti) _“Bila sesuai kenyataan berarti kamu telah mengghîbahnya. Bila tak sesuai, berarti kamu telah melakukan buhtan (memfitnah).”_ [HR Muslim no 2589; Ahmad no 4183].

Apa pelajaran yang dapat kita ambil?

Perhatikan perkataan Baginda Nabî صلى الله عليه وسلم ketika menjelaskan tentang apa itu ghîbah…

Yaitu: "ذِكْرُكَ أَخَاكَ بِمَا يَكْرَهُ" – kamu menceritakan tentang keburukan saudaramu yang ia tak suka apabila orang mengetahuinya.

Artinya?

Ia melakukannya diam-diam! Tidak diketahui publik.

Misalnya si Fulân suka ngupil, dan Fulân ini malu jika orang tahu dia suka ngupil. Maka menceritakan ke mana-mana fakta bahwa si Fulân itu suka ngupil itu adalah ghîbah.

Paham ya?

Sementara oknum yang malah bangga menuliskan status / komentar yang bernada cabul / mesum, lalu kita memperingatkan Ummat Islâm akan oknum tersebut, ya jelas bukan termasuk ghîbah, dong…!?!

☠ Malah orang yang suka menampakkan kemesumannya itu ada namanya, yaitu: "al-Mujâhirîn"…!!!

📌 Kata Baginda Nabî صلى الله عليه وسلم:

كُلُّ أُمَّتِيْ مُعَافًى إِلَّا الْمُجَاهِرِيْنَ وَإِنَّ مِنَ الْمُجَاهِرِةِ أَنْ يَعْمَلَ الرَّجُلُ بِالْلَيْلِ عَمَلًا ثُمَّ يُصْبِحُ وَقَدْ سَتَرَهَ اللهُ فَيَقُوْلُ يَا فُلَانُ عَمِلْتُ البَارِحَةَ كَذَا وَكَذَا وَقدْ بَاتَ يَسْتُرُهُ رَبُّهُ وُيُصْبِحُ يَكْشِفُ سَتَرَ اللهُ عَنْهُ

(arti) _“Setiap ummatku akan mendapatkan ampunan (dari Allôh) kecuali al-Mujâhirîn, yaitu semisal ada seseorang yang mengerjakan sebuah perbuatan keji pada malam hari, kemudian ia menjumpai waktu Shubuh dan Allôh telah menutupi aibnya tersebut. Lalu orang tersebut mengatakan: "Wahai Fulân, aku telah mengerjakan sebuah perbuatan keji begini dan begitu". Maka itulah orang yang malamnya Allôh telah menutup aibnya lalu ia membuka aibnya sendiri di waktu Shubuh.”_ [HR al-Bukhôrî no 6069; Muslim no 2990].

Nah itu untuk untuk perbuatan keji yang tidak merugikan orang lain, itu saja kalau oknumnya sendiri yang menyebarkannya, maka dia terancam takkan diampuni dosanya!

Ya iyalah, logikanya kan dia malah berbangga diri dengan kemesumannya?

Maka apalagi oknum predator 65 anak SD itu? Masa jelas-jelas berbuat kriminal yang menjijikkan lalu mau ditutup-tutupi dengan dalîl-dalîl agama???

Nanti bisa-bisa orang maling pun akan bilang: "Gue kan malingnya diam-diam, ya jangan diumbar dong kelakuan maling gue itu? Itu ghîbah terhadap gue…!"

Please deh…?!?

⁉ Pertanyaannya: apa masih mau merujuk masalah agama kepada gerombolan tukang plintir dalîl itu?

▪ IQ itu given, stupid itu pilihan.

نسأل الله السلامة والعافية

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rules of Engagement

Selektif Dalam Mencari Guru – Sebuah Tinjauan

Sutroh