Hijab

Seminggu ini, negeri ini diributkan dengan 2 issue bertolak-belakang 180°.

Di sisi kanan, ada beberapa mahasiswi institusi pendidikan tinggi Islâm plat merah yang hendak di-DO oleh pihak rektorat karena tak mau "dibina" agar membuka niqobnya selama perkuliahan.

Di sisi kiri, ada artis perempuan yang berdemo membela haknya agar bisa seminim mungkin berpakaian di muka umum.

Supaya adil, saya cover both sides… dan ini –disclaimer– adalah pandangan pribadi saya.
.
.
⭕ Hak Berniqob

Sependek pengetahuan saya, saya mengambil pendapat ‘ulamâ’ yang menyatakan bahwa niqob itu bukanlah wajib, tapi ia adalah kemuliaan. Buktinya, ketika sholât dan thowâf tidak boleh berniqob.

Perempuan yang berniqob, adalah perempuan yang berusaha menjaga kemuliaan dirinya.

Apa alasannya tak boleh berniqob?

Security reason?

Security apa? Apa takut ujian ybs pakai joki? Kalau iya, ya tinggal buat saja aturan kalau ujian tak boleh berniqob, atau harus lihatkan wajahnya kepada pengawas / dosen.

Selesai.

Kenapa perempuan yang ingin berpakaian tertutup demi mencari kemuliaan harus dilarang, sementara di sisi lain ada yang mengampanyekan hak berpakaian minim malah dibela?
.
.
⭕ Hak Berpakaian Minim?

Para pengusung hak perempuan untuk berpakaian minim mengatakan bahwa dirinya punya hak penuh atas tubuhnya mau dia apakan juga.

Benarkah tubuh kita ini milik kita?

Di dalam QS al-Baqoroh (2) ayat 156, الله Subhânahu wa Ta‘âlâ memerintahkan kita beristirja’ jika mendapatkan mushîbah.

📌 Kata الله Subhânahu wa Ta‘âlâ:

الَّذِيْنَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُوْنَ

(arti) _“(Yaitu) Orang-orang yang apabila ditimpa mushîbah mereka mengucapkan: "Sungguh kita ini milik Allôh dan kepada-Nya lah kita akan kembali".”_

Jadi…

⇛ Tubuh kita ini BUKAN milik kita, tapi milik الله.

Iyalah, pastinya…!

Bukankah الله adalah Sang Maha Pencipta Alam Semesta?
Bukankah الله adalah Sang Maha Pemberi Rezeki?

Maka tentunya yang ada di dalam Alam Semesta ini, segala sesuatu milik الله bukan? Itu konsekwensi logis saja, the sole creator is the owner. Because no co-creator, no co-provider. Thus الله is the One and Only creator, the One and Only provider, thus the owner of the whole Universe.

Jadi kalau kita ini milik الله, ketika pulang nantinya kepada الله, maka tentunya الله akan tanya: apa yang telah kamu gunakan terhadap milik-Nya ini?

📌 Kata الله Subhânahu wa Ta‘âlâ:

أَيَحْسَبُ الْإِنسَانُ أَن يُتْرَكَ سُدًى

(arti) _“Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa adanya pertanggungjawaban)?”_ [QS al-Qiyâmah (75) ayat 36].

Tubuh ini pemberian الله.
Rezeki ini pemberian الله.
Umur ini pemberian الله.

⚠ Semua pemberian الله, kita tak punya apa-apa walau hanya secuil dan atau setipis apapun…!

Jadi wajar kalau kelak الله akan minta pertanggungjawabannya kita akan milik-Nya yang kita pinjam pakai ini…

📌 Kata الله Subhânahu wa Ta‘âlâ:

إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا

(arti) _“Sungguh pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggunganjawabannya.”_ [QS al-Isrô’ (17) ayat 36].

📌 Kata Baginda Nabî صلى الله عليه وسلم:

لاَ تَزُوْلُ قَدَمَا ابْنِ آدَمَ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ مِنْ  عِنْدِ  رَبِّهِ  حَتىَّ يُسْأَلَ عَنْ خَمْسٍ: عَنْ عُمْرِهِ فِيْمَا أَفْنَاهُ وَ عَنْ شَبَابِهِ فِيْمَا أَبْلاَهُ وَ عَنْ  مَالِهِ  مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَ فِيْمَا أَنْفَقَهُ وَ مَا ذَا عَمِلَ فِيْمَا عَلِمَ

(arti) _“Kedua kaki anak Âdam takkan beranjak pada Hari Qiyâmat dari sisi Robb-nya hingga ditanya tentang 5 perkara: tentang umur pada apa ia habiskan, kepemudaannya pada apa ia lewatkan, hartanya dari mana ia peroleh dan ke mana ia belanjakan, dan apa yang telah ia kerjakan terhadap apa yang ia ketahui (‘ilmu).”_ [HR at-Tirmidzî no 2416].

Nah…

Kalau sudah tahu begitu, tahu bahwa tubuhnya dan hartanya, bahkan nyawanya, apapun adalah milik الله…

⚠ Maka الله ternyata memerintahkan kepada perempuan untuk berhijab.

📌 Kata الله Subhânahu wa Ta‘âlâ:

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُل لِّأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِن جَلَابِيبِهِنَّ ذَٰلِكَ أَدْنَىٰ أَن يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَّحِيمًا

(arti) _“Wahai Nabî, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu, dan isteri-isteri orang mu’min: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenali, karena itu mereka tak diganggu. Dan Allôh adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”_ [QS al-Ahzâb (33) ayat 59].

Perhatikan ayat tersebut…!

⚠ Ternyata jilbab itu untuk mengenali (identitas) perempuan berîmân dan agar ia tak diganggu.

Ini sekaligus bantahan terhadap logika sungsang gerombolan feminist kebablasan itu.

Yang memakai jilbab yang rapi dan sesuai syari‘at, ya hanya perempuan yang berîmân.

Yang kâfir atau munâfiq, atau fâsiq, ya tak usah ribut kepada yang memakai…!

Selesai.

Juga tiada kaitannya dengan argumen rusak: "jilbabin hati dulu", karena sampai kuda nil bisa terbang pun tak bakal ada ditemukan perintah menjilbabkan hati itu lah…!?!

Jilbab itu jelas keterangannya: "فَلَا يُؤْذَيْنَ" –  agar tidak diganggu!

Kenapa kucing jadi pelakor (pencuri lauk orang)?

Ya karena lauknya dibiarkan begitu saja di atas meja, tak ditutupi, bahkan pintu pun dibiarkan terbuka lebar-lebar…

Lantas disalahkan pulak si kucing jadi pelakor?

Ingat, kejahatan itu terjadi bukan hanya karena ada niyat buruk pelakunya. Tapi karena adanya kesempatan dan godaan Syaithôn yang membisik-bisikkan untuk melakukan kemaksiyatan…!

نسأل الله السلامة والعافية

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rules of Engagement

Selektif Dalam Mencari Guru – Sebuah Tinjauan

Sutroh