Waliyullōh Bisa Terbang



Ternyata Waliyullōh bisa terbang itu adalah benar adanya…!


Siapa Waliyullōh itu di dalam al-Qur-ān telah Allōh jelaskan person-nya, yaitu:

وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَٰئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللهَ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ ۚ وَحَسُنَ أُولَٰئِكَ رَفِيقًا

(arti) _“Dan siapa saja yang mentaati Allōh dan Rosūl-Nya, mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allōh, yaitu: para nabī, para ṣiddīqīn, para ṡuhadā’, dan orang-orang yang ṣōlih. Dan mereka itulah sebaik-baiknya teman.”_ [QS an-Nisā’ (4) ayat 69].

✅ Para mujahiddīn fī sabilillāh dari Brigade Ìzzud-dīn al-Qossām Ḥarokah al-Muqōwamah al-Islāmiyyah inṡā’Allōh adalah para Waliyullōh yang bisa terbang itu.


BUKAN:
❌ orang kurang àql yang meminta-minta ke Netijah supaya fotonya dipasang, atau
❌ orang ½ gila yang kerjanya merusak mobil orang, atau
❌ orang yang suka duduk rokok-an di warung berpakaian ½ telanjang, atau
❌ orang yang malas ṣolāt Jumàt lalu tidur di kamar tetapi mengaku² ṣolāt di Makkah, atau
❌ orang yang malas tilawah cuma tidur di kamar lalu mengaku² telah ḳotam al-Qur-ān 100.000x dalam semalam, atau
❌ orang yang mengaku² punya tombak nuklir aktif, bisa membalikkan panser hanya dengan sebelah tangan, bisa keliling Jawa berjalan kaki hanya dalam 3 hari saja.

BTW, kita semua sepakat kan Waliyullōh yang paling tinggi itu adalah para Nabiyullōh, bukan? Sedangkan penghulu dari para Nabiyullōh adalah Baginda Nabī ﷺ‎.

Maka Baginda Nabī ﷺ‎ itu:
⑴. Ketika Hijroh, itu melakukannya diam-diam dengan taktik dan sembunyi di dalam gua, BUKAN pakai ìlmu ajian "panglimunan".
⑵. Ketika Hijroh itu Baginda Nabī ﷺ‎ memakai kendaraan unta, BUKAN pakai ajian "melipat bumi".
⑶. Ketika Baginda Nabī ﷺ‎ itu berperang, Beliau memakai baju besi dan senjata, BUKAN pakai ajian "rawa rontek" dan ajian "lembu sekilan", dan Baginda Nabī ﷺ‎ pun terluka ketika berperang.

Paham kan ya…? 😉

#ÀmaliyahṬoufānilAqṣō

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rules of Engagement

Selektif Dalam Mencari Guru – Sebuah Tinjauan

Sutroh