Musik di Masjid & Aḳlāq

Viral video seorang pria marah-marah di Masjid karena ada remaja yang latihan menabuh rebana di Masjid.


🔗 TKP: https://tinyurl.com/2k87mfta

Saya langsung senyum miris ketika melihat videonya, ya lagi-lagi dari kelompok orang yang merasa dirinya "paling nyunnah" sedunia. Saya pernah menjadi bagian dari mereka, dan dulu menganggap cara yang dilakukan oknum itu adalah nahyi mungkar yang benar. Namun, alḥamdulillāh Allōh menyadarkan saya betapa kelirunya cara-cara yang demikian itu.

Salahnya di mana…?

Aḳlāq…!

Ada 2 sū’ul-ḳuluq dalam kejadian itu, yaitu:

Perkara pertama, sū’ul-ḳuluq terhadap Allōh dan rumah-Nya.

Masjid itu adalah tempat mengìbādahi Allōh. Adalah TIDAK PANTAS membuat kegaduhan di dalam Masjid, baik itu berupa bermain musik apalagi marah-marah dan bertengkar.

Terlepas dari hukum boleh atau tidaknya alat musik yang bernama rebana, memainkan rebana di dalam Masjid itu SALAH. Sebab membaca al-Qur-ān keras-keras di dalam Masjid saja ditegur sama Baginda Nabī ﷺ‎ karena berpotensi mengganggu orang lain yang sedang ṣolāt. Maka apalagi halnya bermain rebana?

Namun, menegur dengan keras bahkan sampai mata melotot-melotot dan menunjuk-nunjuk muka orang itu juga sangat salah, dan itu masuk ke…

Perkara kedua, sū’ul-ḳuluq kepada manusia.

Memang iya seorang Muslim itu wajib nahyi munkar, wajib tawāṣou bil-ḥaqq. Namun cara-caranya juga tak boleh keras dan kasar begitu, sebab ada kewajiban untuk tawāṣou biṣ-ṣobr dan tawāṣou bil-marḥamah.

Anak-anak yang bermain rebana itu belum tentu tahu hukumnya apa. Rasanya tak mungkin mereka bermaksud buruk ingin membuat kegaduhan dalam Masjid. Tak bisa serta merta ditunjuk: "Ini kemungkaran!"

Jika ujug-ujug berlaku kasar begitu, maka nasihat menjadi tak diterima dan ditolak, bahkan akan diolok-olok. Kan sedih…?

Maka perlu ditimbang mana yang berat kesalahan di antara keduanya, memainkan musik di Masjid atau menegur dengan kasar?

Well, soal main musik di Masjid memang sū’ul-ḳuluq kepada Allōh ﷻ‎, akan tetapi kalau itu didasari ketidaktahuan, maka Allōh itu Maha Pengampun dan Maha Pemberi Ma'af.

Sedangkan sū’ul-ḳuluq terhadap manusia, ini akibatnya bisa panjang. Ada hati yang tersakiti, bahkan lebih jauh lagi, da‘wah bisa jadi terhambat karenanya.

Karena itu, bijaklah berda‘wah, sampaikanlah kebenaran dengan cara yang baik. Ingatlah bahwa yang dida‘wahi itu adalah saudara-saudara Muslimīn juga.

هَدَانَا ٱللهُ وَإِيَّاكُمُ أَجْمَعِينَ

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rules of Engagement

Selektif Dalam Mencari Guru – Sebuah Tinjauan

Sutroh