Fenomena Demi Konten

Demi konten seorang perempuan menghardik dan memaki-maki anak magang.

Demi konten 3 orang perempuan meminumkan miras Soju kepada seekor kucing.

Demi konten seorang perempuan memakan eskrim batangan sambil jongkok di depan selangkangan seorang pria seakan ia sedang melakukan perbuatan cabul.

Demi konten seorang perempuan makan babi dengan baca "Basmalah"

Demi konten anak-anak muda melakukan perbuatan nekad menatang bahaya sehingga ada yang kehilangan nyawa.


Berharap konten sosial medianya viral dan dirinya menjadi terkenal…

Ada yang mengisi sosial medianya dengan postingan konten yang bermanfaat, seperti: ìlmu agama dan nasihat kebaikan, ulasan politik, self improvement, life hack…

Ada yang mengisi sosial medianya dengan konten yang memancing rasa iba dan tangis, semisal anak kucing berusia 2 pekan terlantar karena dibuang di pasar lalu tertabrak saat menyeberang jalanan lalu bangkainya dibiarkan tergeletak…

Ada yang mengisi sosial medianya dengan konten lucu-lucu nggak jelas atau prank…

Ada yang mengisi sosial medianya dengan konten ulasan tempat kuliner, resep masakan, review hotel, review skincare…

Ada yang mengisi sosial medianya dengan postingan dengan konten joget-joget, flexing kekayaan, jalan-jalan ke tempat exotis…

Macam-macam…

Kebanyakan berharap kontennya viral…

Kalau baik, mungkin memanggil orang beriklan, atau jadi terkenal karena kecerdasan, kecantikan, kekayaan, dlsb…

Kalau buruk, ya paling nangis-nangis minta ma'af saat dipersekusi, lalu tanda-tangan di atas meterai, atau malah dilaporkan ke Polisi karena melanggar hukum…

Akan tetapi, sadarkah kita bahwa hidup ini sebenarnya adalah konten juga?

Konten yang kelak akan Allōh ﷻ‎ putarkan kembali dengan detail dan tak ada sedetikpun yang terlewatkan…

Serta yang paling penting…

Allōh ﷻ‎ akan mengadili konten yang kita buat itu berserta dengan NIYAT yang mendasarinya…

Sehingga tak bisa lagi mengatakan:

"Ini cuma buat lucu-lucuan saja kok…", atau "Saya nggak bermaksud…", atau "Cuma iseng…"

Niyat yang salah akan membuat konten kehidupan yang kelihatannya wah lagi keren semisal:
- Orang yang terkenal berjihad dan wafat sebagai ṡuhadā’… ternyata supaya dianggap pemberani.
- Orang yang membaca dan mengajarkan Kitābullōh dan dikenal sebagai ùlamā’… ternyata supaya manusia memuliakannya sebagai orang berìlmu.
- Orang yang terkenal dermawan dan banyak ṣodaqoh… ternyata ingin dikenal sebagai donatur besar.

Malah membuat mereka menjadi orang yang pertama-tama dicampakkan ke dalam Neraka.

Karena konten kehidupan mereka walau benar, ternyata salah di dalam niyat…

Maka bagaimana lagi yang konten kehidupannya mayoritas buruk?

Kita berdo'a:

اٱللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لاَ أَعْلَمُ
{allōhumma innī aȕdzu bika an uṡrika bika wa anā a‘lamu wa astaġfiruka limā lā a‘lam}

(arti) _“Wahai Allōh, saya berlindung kepada-Mu dari mempersekutukan-Mu pada saat saya mengetahuinya, dan saya memohon ampunan-Mu (dari mempersekutukan-Mu) saat saya tak menyadarinya.”_

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rules of Engagement

Selektif Dalam Mencari Guru – Sebuah Tinjauan

Sutroh