Perkenalkan Dirimu…!

Salah satu adab ketika berinteraksi khususnya dalam berda’wah itu adalah memperkenalkan diri.

Ingatkan kisah Nabī Mūsā عليه السلام yang bercakap-cakap dengan Allōh ﷻ‎?

Maka lihatlah betapa Allōh, robbul-ȁlamīn robbus-samāwāti wal-arḍi wa bainahumā, memperkenalkan diri-Nya:

إِنَّنِي أَنَا اللهَ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكْرِي

(arti) _“Sungguh-sungguh Aku ini adalah Allōh, tiada sesembahan yang berhak diìbādahi dengan benar selain dari Aku, maka ìbādahilah Aku dan dirikanlah ṣolāt untuk mengingat-Ku.”_ [QS Ṭō-Hā (20) ayat 14].

يَا مُوسَىٰ إِنَّهُ أَنَا اللهَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

(arti) _“(Allōh berfirman) Wahai Mūsā, sungguh-sungguh Aku adalah Allōh, yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”_ [QS an-Naml (27) ayat 9].

فَلَمَّا أَتَاهَا نُودِيَ مِن شَاطِئِ الْوَادِ الْأَيْمَنِ فِي الْبُقْعَةِ الْمُبَارَكَةِ مِنَ الشَّجَرَةِ أَن يَا مُوسَىٰ إِنِّي أَنَا اللهَ رَبُّ الْعَالَمِينَ

(arti) _“Maka tatkala Mūsā sampai ke (tempat) api itu, diserulah dia dari (arah) pinggir lembah yang sebelah kanan(nya) pada tempat yang diberkahi, dari sebatang pohon kayu: "Wahai Mūsā, sungguh-sungguh Aku adalah Allōh, Robb Semesta Alam."”_ [QS al-Qoṣoṣ (28) ayat 30].

⚠️ Sampai 3x Allōh ﷻ‎ mengisahkan kejadian ini di dalam al-Qur-ān, maka apalagi kalau bukan ini adalah pengajaran kepada manusia tentang adab memperkenalkan diri?

Bayangkan, Robbal-Ȁlamīn saja memperkenalkan diri-Nya siapa kepada hamba-Nya. Ini menunjukkan beginilah adab cara memulai da’wah, yaitu perkenalkan diri dulu.

Maka sungguh lucu bahkan memalukan ketika ada oknum-oknum yang mengaku-ngaku mengusung da’wah "Manhaj Salaf" tetapi tak punya adab dalam berda’wah sebagaimana screenshot terlampir.


Padahal, Baginda Nabī ﷺ‎ sangat membenci orang yang ditanya siapa, cuma menjawab "saya".

Perhatikan ḥadīṫ mulia berikut ini, bahwa Ṣoḥābat Jābir ibn Àbdillāh رضي الله تعالى عنه mengisahkan:

أَتَيْتُ النَّبِيَّ ﷺ‎ فِي دَيْنٍ كَانَ عَلَى أَبِي فَدَقَقْتُ الْبَابَ ، فَقَالَ مَنْ ذَا فَقُلْتُ أَنَا ، فَقَالَ أَنَا أَنَا كَأَنَّهُ كَرِهَهَا

(arti) _“Aku datang menemui Nabi ﷺ karena utang ayahku, lalu aku mengetuk pintu rumah Beliau. Beliau bertanya: "Siapakah itu?", lalu aku menjawab: "Saya". Maka Beliau bersabda: "Saya, saya!" seakan Beliau tak menyukai jawaban yang seperti itu.”_ [HR al-Buḳōriyy no 6250; Muslim no 2155; at-Tirmiżiyy no 2711; Ibnu Mājah no 3709; Aḥmad no 13670, *917, 14380; ad-Dārimiyy no 2672].

‼️ Intinya kalau mau berda’wah, maka harus jelas indentitasnya siapa.

Perkenalkan diri dulu, karena bukankah Baginda Nabī ﷺ‎ dikenal orang yang sangat dikenal kejujurannya. Sampai-sampai ada riwayat di mana Baginda Nabī ﷺ‎ membuktikan betapa kaum Quroiṡ itu mempercayai Beliau sehingga kalau Beliau mengatakan ada musuh di balik bukit mau menyerang sekalipun, maka orang Quroiṡ akan percaya tanpa keraguan?

Begitulah seharusnya, makanya para ùlamā’ terdahulu itu semua jelas dikenal siapa diri & nasabnya, background keìlmuan dan guru-gurunya, serta siapa teman-teman bergaulnya. Tak ada yang hanya pakai kuniyah apalagi pseudonym saja sehingga tak diketahui identitas aslinya. Kuniyah hanya dipakai oleh orang-orang terdekatnya saja, orang-orang yang betul-betul mengenalnya.

Sementara di Zaman Now sekarang ini, banyak yang sok-sok mau berda’wah tetapi pakai nama samaran (pseudonym), atau sok-sok pakai kuniyah "Abu Anu" atau "Ummu Nganu", kayak yang orang-orang pada kenal saja sama anak balita ingusannya bernama si Anu atau si Nganu itu.

Jadi bertanya, Salaf siapa yang mereka ikuti…???

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rules of Engagement

Selektif Dalam Mencari Guru – Sebuah Tinjauan

Sutroh