Menyiram Minyak ke Api

Menyiram minyak ke api, itulah fenomena yang kerap terjadi di media sosial, yang bahkan juga dilakukan oleh para Ahli Ìlmu (baca: ustāż) sekalipun.

❓ Bagaimana tidak?

Cobalah lihat, baru saja akan reda kasus AM & Fh dengan pengumuman tahzīr & hajr (yang diberi judul "Pernyataan Sikap"), tetiba ada oknum yang menulis-nulis dengan tidak memperhatikan timing.

Mungkin maksudnya baik, yaitu mau menasihati agar jangan ġībah, atau agar jangan berlebihan dalam melakukan nahyi munkar.

Akan tetapi, mungkin mereka lupa pepatah orang Àrab ini:

لِكُلِّ مَقَامٍ مَقَالٌ وَلِكُلِّ مَقَالٍ مَقَامٌ

(arti) _“Untuk setiap ucapan ada tempat terbaiknya, dan untuk setiap tempat ada ucapannya terbaiknya.”_

Iya mungkin sebagian emak-emak Netijah itu ada yang terjerumus ke dalam ġībah.
Iya mungkin sebagian emak-emak Netijah itu ada yang berlebihan dalam melakukan "nahyi munkar".

Akan tetapi tepatkah menasihati dengan memakai analogi "Mercedes second tapi full service vs Mobil Sejuta Ummat", atau malah memakai diksi menantang dengan membuat pernyataan "tak takut digeprek emak-emak"…???

🚫 What a foolish thing to do, mate…!

🔥 Api sedang membara itu didinginkan dan dihilangkan supply O²nya, BUKAN malah disiram dengan minyak pembakar…!


Ya marak lagi lah apinya…?!? 😓

Sekarang apakah tercapai tujuan nasihat…?

❌ Jelas tidak, karena emak-emak Netijah jadi mengamuk lagi, dan lebih buruk lagi akibatnya adalah para asatiż jadi tidak dihargai… 😔

Lihat saja bagaimana mereka dirujak dengan pedas (pakai cabe 2 lusin) di TS-TSnya…?

⚠️ Padahal, awal da’wah itu adalah trust, dan trust itu seuatu yang harus dimenangkan, tak bisa dibeli… trust must be earned.

Contohlah Baginda Nabī ﷺ‎ yang pada suatu ketika Beliau ﷺ‎ sedang kumpul-kumpul dengan para Ṣoḥābat رضي الله تعالى عنهم di rumah Ibunda Ȁiṡah رضي الله تعالى عنها, lalu salah satu dari istri Beliau yang lain mengutus ARTnya membawa makanan ringan. Lantas melihat itu Ibunda Ȁiṡah cemburu dan menepuk piring makanan itu hingga jatuh pecah dan makanannya berserakan di lantai.

Maka apakah Baginda Nabī ﷺ‎ marah? Tersinggung diperlakukan begitu di depan para Ṣoḥābat?

Eh ternyata tidak tuh…

Dengan santai sambil tersenyum dengan senyumannya Beliau yang teramat indah, Baginda Nabī ﷺ‎ berkata:

غَارَتْ أُمُّكُمْ … غَارَتْ أُمُّكُمْ …

(arti) _“Ibu kalian sedang cemburu… Ibu kalian sedang cemburu…”_ [HR al-Buḳōriyy no 5225; Abū Dāwūd no 3567; Ibnu Mājah no 2334; an-Nasāiyy no 3955-6; Aḥmad no 11589, 13273; ad-Dārimiyy no 2640].

Lalu Beliau ﷺ‎ mengumpulkan makanan ringan yang berserakan dari lantai dan mempersilakan para Ṣoḥābat untuk makan.

Tak ada Baginda Nabī ﷺ‎ menasihati, atau marah apalagi sampai berbuat kasar. Karena Beliau ﷺ‎ langsung mempraktekkan:

إِنَّ الْمَرْأَةَ خُلِقَتْ مِنْ ضِلَعٍ ، لَنْ تَسْتَقِيْمَ لَكَ عَلَى طَرِيْقَةٍ ، فَإِنِ اسْتَمْتَعْتَ بِهَا اِسْتَمْتَعْتَ بِهَا وَفِيْهَا عِوَجٌ ، وَإِنْ ذَهَبْتَ تُقِيْمُهَا كَسَرْتَهَا وَكَسْرُهَا طَلاَقُهَا

(arti) _“Sungguh-sungguh perempuan itu diciptakan dari tulang rusuk, ia takkan bisa lurus untukmu di atas satu jalan. Bila kamu ingin bernikmat-nikmat dengannya, maka kamu bisa bernikmat-nikmat dengannya, namun padanya ada kebengkokan. Jika kamu memaksa untuk meluruskannya, kamu akan mematahkannya, dan patahnya itu adalah ṭolāqnya.”_ [HR Muslim no 1468].

Lalu Baginda Nabī ﷺ memberikan piring yang masih bagus kepada ART yang diutus oleh istri yang lain itu sebagai pengganti piring yang telah dipecahkan.

Selesai masalah, dan rumah tangga pun aman tenteram.

✅ Begitulah contoh laki-laki super cool yang memiliki pengendalian emosi level tertinggi.

‼️ Nasihat itu ada tempat dan caranya, bukan langsung main hantam saja. Karena selain akan tampak tak elok & tak bijak, nasihatnya juga takkan diterima.

هدانا الله وإياكم أجمعين

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rules of Engagement

Selektif Dalam Mencari Guru – Sebuah Tinjauan

Sutroh