Malu

Dahulu Ibunda Maryam aṣ-Ṣiddīqoh رضي الله تعالى عنها ketika akan melahirkan, hatinya galau dan kacau karena Beliau merasa sangat malu…

Allōh ﷻ‎ kisahkan di dalam firman-Nya, Ibunda Maryam saat hendak melahirkan, sampai-sampai Beliau mengatakan:

فَأَجَاءَهَا الْمَخَاضُ إِلَىٰ جِذْعِ النَّخْلَةِ قَالَتْ يَا لَيْتَنِي مِتُّ قَبْلَ هَٰذَا وَكُنتُ نَسْيًا مَّنسِيًّا

(arti) _“Maka rasa sakit saat akan melahirkan anak memaksanya (bersandar) pada pangkal pohon qurma, ia pun berkata: "Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi barang yang tak berarti lagi dilupakan."”_

Semua itu berangkat dari rasa malu Ibunda Maryam. Malu karena hamil tanpa suami, dan tak mau disangka telah berma’ṣiyah. Padahal Ibunda Maryam adalah perawan suci, sedangkan janin yang dikandungnya adalah Nabi Suci Ȉsā ibn Maryam عليه الصلاة والسلام. Salah satu dari 5 Ūlul-Àzmi.

Sementara miris kita membaca judul artikel yang terlampir ini…


Yang dipersoalkan adalah anaknya lahir tak ada "bapak"nya (baca suaminya) yang mengażānkan.

Padahal, ażān itu ḳilāfiyyah karena ada yang menganggap "sunnah", dan ada juga yang menganggap "bidàh". Artinya ada kelapangan di sana.

Sementara hal yang pokok jelas diterangkan larangannya di dalam al-Qur-ān, yaitu: "wa lā taqrobuz-zinā innahū kāna fāḥiṡatawwa sā-a sabīlā".

Ya memang rasa malu itu adalah salah satu cabang dari cabang-cabang keīmānan, sebagaimana sabda Baginda Nabī ﷺ‎:

َاْلإِيْمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُوْنَ أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّوْنَ شُعْبَةً ، فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ ، وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ اْلأَذَى عَنِ الطَّرِيْقِ ، وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ َاْلإِيْمَانُ

(arti) _“Īmān memiliki lebih dari 70 atau 60 cabang. Cabang yang paling tinggi adalah perkataan "lā ilāha illallōh" dan yang paling rendah adalah menyingkirkan duri dari jalanan. Adapun malu adalah salah satu cabang īmān.”_

Rasa malu itu adalah aḳlāq dari agama Islām, sebagaimana sabda Baginda Nabī ﷺ‎:

إِنَّ لِكُلِّ دِيْنٍ خُلُقًا وَخَلُقُ اْلإِسْلاَمِ الْـحَيَاءُ

(arti) _“Sungguh-sungguh setiap agama memiliki aḳlāq, dan aḳlāq Islām adalah malu.”_

Kita berdo'a:

لاَ إِلَـٰهَ إِلاَّ أَنْتَ ، سُبْحَانَكَ ، إِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِيْنَ
{lā ilāha illā anta subḥānaka innī kuntu minaẓ-ẓōlimīn}

(arti) _“Tiada sesembahan yang berhak diìbādahi dengan benar melainkan hanya Engkau, Maha Suci Engkau, sungguh saya adalah termasuk orang-orang yang ẓōlim.”_

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rules of Engagement

Selektif Dalam Mencari Guru – Sebuah Tinjauan

Sutroh