Kesombongan, Asal Kedurhakaan Iblīs

Kita semua pasti tahu kenapa Iblīs diusir dari Syurga, dan dila‘nat selama-lamanya, yaitu karena ia menolak saat diperintahkan untuk bersujud kepada Ādam.

Namun, pernahkah kita membayangkan bagaimana kejadiannya waktu itu…?

Mari tadabburi firman-Nya pada QS al-Ḥijr ayat 29 s/d 40 ini…

Allōh ﷻ‎ berfirman mengisahkan:

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي خَالِقٌ بَشَرًا مِّن صَلْصَالٍ مِّنْ حَمَإٍ مَّسْنُونٍ ۝‎ فَإِذَا سَوَّيْتُهُ وَنَفَخْتُ فِيهِ مِن رُّوحِي فَقَعُوا لَهُ سَاجِدِينَ ۝‎ فَسَجَدَ الْمَلَائِكَةُ كُلُّهُمْ أَجْمَعُونَ ۝‎ إِلَّا إِبْلِيسَ أَبَىٰ أَن يَكُونَ مَعَ السَّاجِدِينَ

(arti) _“Dan (ingatlah) ketika Robb-mu berfirman kepada para Malā-ikat: "Sungguh-sungguh Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan ke dalamnya rūh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud!". Maka bersujudlah para Malā-ikat itu semuanya bersama-sama, kecuali Iblīs. Ia enggan ikut besama-sama (Malā-ikat) yang bersujud itu.”_

Bayangkan… adalah majlis agung di mana Allōh Robbul-Ȁlamīn, Sang Maha Pemilik & Penguasa Alam Semesta, mengumpulkan para hamba-Nya, para budak-Nya, dari golongan Malā-ikat, termasuk Iblīs yang dari golongan jinn.

Lalu di majlis itu Allōh ﷻ‎ memberitahukan tentang ciptaan-Nya yang terbaru, yaitu Ādam, yang mana jikalau Ādam sudah Allōh hidupkan, maka Allōh memerintahkan agar semuanya bersujud kepada Ādam sebagai bentuk penghormatan, dan semua pun bersujud karena ta'at kepada perintah Allōh ﷻ‎.

Namun ada budak-Nya yang menolak perintah langsung-Nya, yaitu: Iblīs…

Maka Allōh bertanya kepada Iblīs:

قَالَ يَا إِبْلِيسُ مَا لَكَ أَلَّا تَكُونَ مَعَ السَّاجِدِينَ

(arti) _“Berfirman: "Wahai Iblīs, apa sebabnya kamu tidak (ikut sujud) bersama-sama dengan mereka yang sujud itu?"”_

Allōh ﷻ‎ tidaklah bertanya karena tidak tahu, tidak. Karena Allōh ﷻ‎ itu Maha Tahu atas segala sesuatunya, sedangka apa yang Iblīs lakukan itu sudah Allōh tulis di Lauḥul-Maḥfūẓ 50.000 tahun sebelum Alam Semesta Allōh ciptakan. Akan tetapi Allōh hendak mengajarkan kepada hamba-Nya agar bertabayyun secara langsung.

Namun… apa jawab Iblīs?

قَالَ لَمْ أَكُن لِّأَسْجُدَ لِبَشَرٍ خَلَقْتَهُ مِن صَلْصَالٍ مِّنْ حَمَإٍ مَّسْنُونٍ

(arti) _“Berkata: "Aku sekali-kali takkan bersujud kepada manusia yang Engkau telah menciptakannya dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk!"”_

Di dalam ayat suci lain:

قَالَ يَا إِبْلِيسُ مَا مَنَعَكَ أَن تَسْجُدَ لِمَا خَلَقْتُ بِيَدَيَّ أَسْتَكْبَرْتَ أَمْ كُنتَ مِنَ الْعَالِينَ

(arti) _“(Allah) Berfirman: "Wahai Iblīs, apa yang menghalangimu untuk bersujud kepada yang telah Ak ciptakan dengan kedua tangan-Ku? Apakah kamu menyombongkan diri, ataukah kamu termasuk orang-orang yang (merasa lebih) tinggi?"”_ [QS Ṣod ayat 75].

Inilah kesombongan Iblīs, ia merasa dirinya yang berasal dari api adalah lebih mulia daripada Ādam yang berasal dari tanah.

Kata Iblīs sebagaimana yang Allōh kisahkan di dalam firman-Nya:

قَالَ أَنَا۠ خَيْرٌ مِّنْهُ خَلَقْتَنِى مِن نَّارٍ وَخَلَقْتَهُۥ مِن طِينٍ

(arti) _“Berkata (Iblīs): "Saya lebih baik daripadanya. Engkau ciptakan saya dari api, sedangkan ia Engkau ciptakan dari tanah!"”_ [QS al-A‘rōf ayat 12].

Bayangkan, ada budak ciptaan yang nekad melawan perintah langsung dari Sang Maha Pencipta. Ada budak yang besar kepala merasa dirinya lebih baik sehingga ia berani menolak perintah Sang Maha Penguasa Alam Semesta.

Maka, murka lah Allōh ﷻ‎:

قَالَ فَاخْرُجْ مِنْهَا فَإِنَّكَ رَجِيمٌ ۝‎ وَإِنَّ عَلَيْكَ اللَّعْنَةَ إِلَىٰ يَوْمِ الدِّينِ

(arti) _”Berfirman: "Keluarlah darinya (Syurga)! Karena sungguh-sungguh kamu terkutuk! Dan sungguh-sungguh kutukan itu tetap menimpamu sampai Hari Qiyāmat!"”_

Bukannya segera bertaubat atas kedurhakaannya itu, Iblīs justru menambah lagi kedurhakaannya.

Allōh ﷻ‎ berfirman mengisahkan:

قَالَ رَبِّ فَأَنظِرْنِي إِلَىٰ يَوْمِ يُبْعَثُونَ

(arti) _“(Iblīs) Berkata: "Wahai Robb-ku, (kalau begitu) maka beri tangguhlah aku sampai hari (manusia) dibangkitkan?"”_

Perhatikan, Iblīs itu tetap memohon kepada Allōh, dan permohonan itu buruk.

Apa jawaban Allōh ﷻ?

قَالَ فَإِنَّكَ مِنَ الْمُنظَرِينَ ۝‎ إِلَىٰ يَوْمِ الْوَقْتِ الْمَعْلُومِ

(arti) _“Berfirman: "(Kalau begitu,) Maka sungguh-sungguh kamu termasuk orang-orang yang diberi tangguh, sampai hari (suatu) waktu yang telah ditentukan!"”_

Ternyata permohonan buruk Iblīs itu dikabulkan oleh Allōh. Di sini kita bisa mengambil pelajaran bahwa keburukan itu terjadi atas izin Allōh namun Allōh sama sekali tidak riḍō sedikitpun dengan keburukan

Merasa do'anya dikabulkan, kedurhakaan Iblīs malah semakij menjadi-jadi, ia bahkan nekad menantang Allōh dengan menyatakan niyatnya menyesatkan manusia di muka Bumi.

Allōh berfirman mengisahkan:

قَالَ رَبِّ بِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِي الْأَرْضِ وَلَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ ۝‎ إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ

(arti) _“(Iblīs) Berkata: "Wahai Robb-ku, oleh karena Engkau telah memutuskan bahwa aku ini sesat, maka pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma’ṣiyah) di muka Bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang iḳlāṣ di antara mereka."”_

Di dalam firman-Nya yang lain:

قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ ۝‎ ثُمَّ لَآتِيَنَّهُم مِّن بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَن شَمَائِلِهِمْ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ

(arti) _“(Iblīs) Berkata: "Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka, dan Engkau takkan mendapati mayoritas mereka bersyukur!"”_ [QS al-A‘rōf ayat 16-17].

Di dalam ayat suci yang lain:

قَالَ فَبِعِزَّتِكَ لَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ ۝‎ إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ

(arti) _“(Iblīs) Berkata: "Demi kekuasaan Engkau, aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang iḳlāṣ di antara mereka!"”_ [QS Ṣōd ayat 82-83].

Dari kisah Iblīs ini, kita bisa mengambil pelajaran bahwa kesombongan itu hanyalah menyembabkan kehancuran. Bayangkan, seorang budak ciptaan nekad melawan Sang Maha Pencipta di hadapan-Nya langsung hanya karena ia merasa dirinya lebih baik dari hamba-Nya yang lain.

Bahkan kesombongan itu mengantarkan Iblīs berbuat durhaka lebih jauh lagi, yaitu ia menantang Allōh menyesatkan Banī Ādam.

Itulah mengapa kita harus benar-benar menghilangkan rasa sombong di hati kita, karena ia teramat sangat berbahaya dan mematikan!

Catatan: sesombong-sombongnya Iblīs, ia tetap memohon kepada Allōh, bersumpah dengan keagungan Allōh. Maka alangkah amat sangat buruknya orang yang tidak mau berdo'a kepada Allōh…!

Demikian, semoga bermanfaat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rules of Engagement

Selektif Dalam Mencari Guru – Sebuah Tinjauan

Sutroh