Huruf "ر" & Talaqqi

Salah satu yang membuat saya makin yakin bahwa belajar al-Qur-ān adalah harus dengan terus-menerus "talaqqi" adalah pada saat menghadapi huruf "ر" (ro).


Talaqqi, atau metode belajar dengan mendengarkan guru, adalah metode yang diajarkan dari Langit.

Huruf "ر" (ro) dalam bahasa Àrab ini unik cara pelafalannya, karena ia bisa dilafalkan tebal (tafḳim) – mirip cara native speaker Inggris melafalkan huruf "r", yaitu semisal melafalkan kata "dear" atau "right" (lidah tak boleh bergetar terus) – atau ia bisa dilafalkan secara tipis (tarqiq), seperti cara orang Indonesia melafalkan "ri" pada kata "riang" atau "riak".

Ada 8 keadaan pelafalan tafḳim pada huruf ro, yaitu:
⑴. Apabila huruf ro berbaris fatḥah, seperti pada kata "رَمَضَانَ".
⑵. Apabila huruf ro sukun dan sebelumnya huruf yang berbaris fatḥah, seperti pada kata "مَرْيَمَ".
⑶ . Apabila huruf ro sukun dan sebelumnya adalah huruf sukun selain dari huruf "ya", dan sebelumnya pula huruf berbaris fatḥah, seperti pada kata "وَٱلْعَصْرْ".
⑷. Apabila huruf ro berbaris ḍommah, seperti pada kata "كَفَرُوا".
⑸. Apabila huruf ro sukun dan sebelumnya huruf berbaris ḍommah, seperti pada kata "ٱلْقُرْءَانْ".
⑹. Apabila huruf ro sukun dan sebelumnya huruf sukun, dan sebelumnya pula huruf berbaris ḍommah, seperti pada kata "خُسْرْ".
⑺. Apabila huruf ro sukun dan sebelumnya huruf berbaris kasroh ȁriḍoh (yang bukan kasroh asli, baik itu dilafaẓkan atau tidak), seperti pada kata "ٱلَّذِى ٱرْتَضَىٰ لَهُمْ".
⑻. Apabila huruf ro sukun dan sebelumnya huruf berbaris kasroh, dan setelah huruf isti‘lā’ (huruf: خ ص ض غ ط ق ظ) yang bukan bertanda kasroh, seperti pada kata "قِرْطَاسٍ", "وَإِرْصَادًا", "فِرْقَةٍ".

Adapun huruf ro dibaca tipis (tarqiq) pada 4 keadaan, yaitu:
⑴. Apabila huruf ro berbaris kasroh, seperti pada kata "كَرِيمٌ".
⑵. Apabila huruf ro sukun dan sebelumnya huruf berbaris kasroh asli, dan selepasnya bukan huruf isti‘lā’, seperti pada kata "فِرْعَونَ".
⑶. Apabila huruf ro sukun, sebelumnya huruf sukun yang bukan huruf isti‘lā’, dan sebelumnya lagi huruf berbaris kasroh, seperti pada kata "قَدِيرْ".
⑷. Apabila huruf ro sukun dan sebelumnya huruf yā (yang) līn, seperti pada kata "خَيْرْ", "ضَيْرْ".

Nah, walaupun teorinya sudah ada dibuatkan oleh para ùlamā’ ahli qirōat, akan tetapi jikalau kita mempelajarinya sendiri (otodidak) apalagi tak bisa pula berbahasa Àrab, maka PASTI akan salah-salah. Maka dari itu WAJIB belajar al-Qur-ān secara talaqqi.

Tak perlu malu untuk belajar al-Qur-ān secara talaqqi ini, karena Malā-ikat Jibrīl selalu mendengarkan bacaan hafalan Baginda Nabī ﷺ setiap tahun 1x, dan pada tahun terakhir kehidupan Baginda Nabī ﷺ, Malā-ikat Jibrīl melakukannya 2x.

Begitu pula tak perlu malu belajar membaca al-Qur-ān dengan benar pada usia tua, sebab Imām al-Buḳōrī meriwayatkan bahwa sangat banyak dari Ṣoḥābat رضي الله تعالى عنهم yang belajar al-Qur-ān ketika usia mereka telah senja.

Ayo semangat memperbaiki bacaan al-Qur-ān kita dengan belajar talaqqi, baik secara langsung tatap muka ataupun secara online via Zoom atau Google Meet.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rules of Engagement

Selektif Dalam Mencari Guru – Sebuah Tinjauan

Sutroh