Sorry Kalau Merasa

Ada 3 hal yang saya tak suka dari cara kebanyakan orang Endonesah ini kalau salah lalu mereka meminta ma'af, yaitu:

Pertama: kata yang digunakan itu adalah "sorry" atau "àfwān".

Kedua: ketika menerangkan sebab itu kalimatnya suka sekali memakai kata "kalau".

Ketiga: menggunakan kata "merasa".

Jadi saat meminta ma'af itu, mereka kira-kira mengatakan begini:

"Sorry, kalau perbuatan saya membuatmu merasa marah / tersinggung / resah."

Permintaan ma'af begini ini menurut saya bukanlah permintaan ma'af yang baik, karena terkesan "sombong" dan tak sincere (tulus) ya…?

Bagaimana tidak…?

Menggunakan kata "sorry" itu saja menurut saya sudah mengurangi bobotnya. Well, English or Àrabic is NOT your mother's tongue kan? Jadi katakan "ma'af", BUKAN "sorry" atau "àfwān".

Kemudian penggunaan kata "kalau" lalu ditambah "merasa". Itu kondisional sekali kan ya? Jadinya terasa bahwa orang yang meminta ma'af itu seakan tak merasa salah dengan perbuatannya itu, hanya kita saja yang merasa tersinggung atau marah karenanya.

Terasanya bagi kita si peminta ma'af itu tidak benar-benar tulus dalam memminta ma'af, ia minta ma'af sebab kita saja yang merasa-merasa dengan mamakai kata "kalau". Makanya ia cukup pakai kata "sorry" atau "àfwān"…

Begitu bukan rasanya di kita…?


Terus bagaimana kalimat yang "benar"…?

Ya katakan saja secara sederhana dan terus terang: "Saya minta MA'AF, KARENA perbuatan saya TELAH menyinggung kamu."

Begitu baru gentle…!

Bagaimana menurut temans…?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rules of Engagement

Selektif Dalam Mencari Guru – Sebuah Tinjauan

Sutroh