Apakah Bangkai Ikan Paus Ḥalāl?

Diriwayatkan dari Ṣoḥābat Abū Àbdullōh Jābir ibn Àbdullōh رضي الله تعالى عبه:

بَعَثَنَارَسُولُ الله ﷺ‎ وَأَمَّرَ عَلَيْنَا أَبَا عُبَيْدَةَ نَتَلَقَّى عِيرًا لِقُرَيْشٍ وَزَوَّدَنَا جِرَابًا مِنْ تَمْرٍ لَمْ يَجِدْ لَنَا غَيْرَهُ فَكَانَ أَبُو عُبَيْدَةَ يُعْطِينَا تَمْرَةً تَمْرَةً ، قَالَ : فَقُلْتُ كَيْفَ كُنْتُمْ تَصْنَعُونَ بِهَا ، قَالَ : نَمَصُّهَا كَمَا يَمَصُّ الصَّبِيُّ ثُمَّ نَشْرَبُ عَلَيْهَا مِنَ الْمَاءِ فَتَكْفِينَا يَوْمَنَا إِلَى اللَّيْلِ وَكُنَّا نَضْرِبُ بِعِصِيِّنَا الْخَبَطَ ثُمَّ نَبُلُّهُ بِالْمَاءِ فَنَأْكُلُهُ ، قَالَ وَانْطَلَقْنَا عَلَى سَاحِلِ الْبَحْرِ فَرُفِعَ لَنَا عَلَى سَاحِلِ الْبَحْرِ كَهَيْئَةِ الْكَثِيبِ الضَّخْمِ فَأَتَيْنَاهُ فَإِذَا هِيَ دَابَّةٌ تُدْعَى الْعَنْبَرَ ، قَالَ : قَالَ أَبُو عُبَيْدَةَ : مَيْتَةٌ ثُمَّ قَالَ : لاَ بَلْ نَحْنُ رُسُلُ رَسُولِ الله ﷺ‎ وَفِي سَبِيلِ الله وَقَدِ اضْطُرِرْتُمْ فَكُلُوا ، قَالَ : فَأَقَمْنَا عَلَيْهِ شَهْرًا وَنَحْنُ ثَلاَثُ مِائَةٍ حَتَّى سَمِنَّا ، قَالَ : وَلَقَدْ رَأَيْتُنَا نَغْتَرِفُ مِنْ وَقْبِ عَيْنِهِ بِالْقِلاَلِ الدُّهْنَ وَنَقْتَطِعُ مِنْهُ الْفِدَرَ كَالثَّوْرِ - أَوْ كَقَدْرِ الثَّوْرِ - فَلَقَدْ أَخَذَ مِنَّا أَبُو عُبَيْدَةَ ثَلاَثَةَ عَشَرَ رَجُلاً فَأَقْعَدَهُمْ فِي وَقْبِ عَيْنِهِ وَأَخَذَ ضِلَعًا مِنْ أَضْلاَعِهِ فَأَقَامَهَا ثُمَّ رَحَلَ أَعْظَمَ بَعِيرٍ مَعَنَا فَمَرَّ مِنْ تَحْتِهَا وَتَزَوَّدْنَا مِنْ لَحْمِهِ وَشَائِقَ فَلَمَّا قَدِمْنَا الْمَدِينَةَ أَتَيْنَا رَسُولَ الله ﷺ‎ فَذَكَرْنَا ذَلِكَ لَهُ ، فَقَالَ ‏: هُوَ رِزْقٌ أَخْرَجَهُ الله لَكُمْ فَهَلْ مَعَكُمْ مِنْ لَحْمِهِ شَىْءٌ فَتُطْعِمُونَا ‏، قَالَ : فَأَرْسَلْنَا إِلَى رَسُولِ الله ﷺ‎ مِنْهُ فَأَكَلَهُ

(arti) _“Rosūlullōh ﷺ‎ pernah mengutus kami untuk mencegat kafilah dagang milik Quraisy, dan Beliau menunjuk Abū Ùbaidah sebagai komandan kami. Rosūllōh memberikan kami sekarung qurma sebagai bekal, selain itu Beliau tak menemukan apa pun untuk kami. Abū Ùbaidah menjatah kami qurma sebutir sehari. Jābir ditanya: "Apa yang kamu lakukan dengan itu?", Beliau jawab: "Kami menghisapnya seperti bayi menyusu, kemudian kami minum air setelahnya, itu cukup bagi kami seharian sampai malam. Kami juga biasa memukuli daun pohon dengan tongkat kami, lalu merendamnya dalam air dan memakannya.". Jābir melanjutkan: "Kami kemudian menuju daerah pantai di mana sesuatu seperti gundukan besar muncul di hadapan kami. Saat kami datangi, kami temukan itu adalah bangkai binatang yang disebut al-Ànbar (Sperm Whale). Abū Ùbaidah lalu berkata: "Itu adalah bangkai binatang.", kemudian ia berkata lagi: "Tidak, kita adalah utusan Rosūlullōh ﷺ, dan kita keluar di jalan Allōh. Sekarang kita dipaksa karena kebutuhan, jadi kita bisa memakan ini.". Kami pun terus memakannya selama sebulan sampai kami jadi gemuk, dan kami berjumlah 300 orang. Dan memang, aku melihat bagaimana kami mengambil lemak dari rongga matanya di dalam kendi, lalu kami memotongnya seperti sapi atau seukuran sapi. Abū Ùbaidah membawa 13 orang dari kami dan mendudukkan mereka di dalam rongga matanya. Abu Ùbaidah mengambil salah satu tulang rusuk dan menancapkannya ke tanah, lalu ia menaiki unta terbesar yang kami miliki dan unta itu lewat di bawah (tulang rusuk)nya itu. Kami mengambil potongan besar dagingnya sebagai bekal untuk perjalanan pulang. Ketika kami tiba di Madīnah, kami mendatangi Rosūlullōh ﷺ dan menceritakan semua itu kepada Beliau. Setelah itu, Beliau berkata: "Ini adalah rezeki yang Allōh keluarkan untukmu. Apakah kamu memiliki sesuatu dari dagingnya yang dengannya kamu dapat memberi makan kami?". Kami mengirimkan sebagian dagingnya kepada Rosūlullōh ﷺ‎ yang kemudian Beliau makan.”_ [HR Muslim no 1935 ; kisah ini juga diriwayatkan oleh al-Buḳōrī, Abū Dāwūd, an-Nasāī, Ibnu Mājah, Aḥmad, dan Mālik].

Dari ḥadīṫ mulia tersebut di atas, jelas bahwa bangkai binatang laut (selama belum busuk) adalah ḥalāl dimakan, baik dalam keadaan normal apalagi terpaksa.

Seberapa besar Sperm Whale itu?

Sederhananya, berat jantan dewasanya mencapai 50 ton. Bahkan testis (خصية) sepasang beratnya bisa mencapai 1.000kG…! 😬


Demikian, semoga bermanfaat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rules of Engagement

Selektif Dalam Mencari Guru – Sebuah Tinjauan

Sutroh