Ketika Pendeta Ahlul-Kitāb Berislām

Beberapa hari lalu beredar berita tentang berislāmnya Hilarion Heagy, seorang pendeta Naṣrōnī Orthodox Timur yang cukup terkenal. Maka langsung lah para pendeta Naṣrōnī lain menjelek-jelekkan & berusaha membunuh karakter Hilarion Heagy (namanya kini: Said Abdul Latif).


Sebenarnya kejadian character assassination ini adalah kisah lama yang terus berulang & berulang terus apabila ada tokoh agama Ahlul-Kitāb yang berislām. Kita tahu kisah dari misionaris Yusuf (Joseph) Estes, kisah pendeta David Benjamin Chaldean, kisah pendeta Adam Neuser, dan kisah Ksatria Templar Robert of St Alban. Semuanya berusaha dibunuh karakternya oleh kaum agama asalnya dengan berbagai tuduhan, mulai dari yang paling ringan seperti: hanya ingin cari sensasi, ingin cari pengikut, sampai ke yang berat seperti: tuduhan pendusta, kena gangguan kejiwaan.

Adapun kisah tentang pendeta Ahlul-Kitāb yang paling terkenal ketika ia berislām lalu berusaha dibunuh karakternya adalah kisah dari Shoḥābat mulia Àbdullōh ibn Salām رضي الله تعالى عبه.

Àbdullōh ibn Salām, yang nama aslinya adalah al-Ḥusain, yang berasal dari Banī Qoinuqō‘. Saat kabar kedatangan Baginda Nabī ﷺ‎ di Madīnah sampai kepada al-Ḥusain, ia pun bergegas datang menemui Baginda Nabī ﷺ‎ untuk mengajukan beberapa pertanyaan yang hanya bisa dijawab dengan baik oleh seorang Nabiyullōh. Saat pertanyaannya itu dijawab dengan baik oleh Baginda Nabī ﷺ‎, maka al-Ḥusain pun langsung mempersaksikan dengan mengucapkan dua kalimah ṡahādah. Baginda Nabī ﷺ‎ pun mengganti nama al-Ḥusain menjadi "Àbdullōh".

Namun Àbdullōh meminta Baginda Nabī ﷺ‎ untuk merahasiakan keislāmannya itu dari orang-orang Yahūdi lainnya karena ia sangat tahu bahwa kaum Yahūdi itu adalah para penipu yang jahat. Untuk membuktikan hal itu, Àbdullōh meminta Baginda Nabī ﷺ‎ menanyakan kepada orang Yahūdi tentang keadaan dirinya sehingga mereka memberitahu kepada Baginda Nabī ﷺ‎ seperti apa kedudukannya di antara mereka pada asalnya. Sebab, seandainya mereka mengetahui tentang keislāman Àbdullōh, maka mereka pasti akan berbohong & mencela dirinya. Baginda Nabī ﷺ‎ pun setuju atas permintaan Àbdullōh ibn Salām itu.

Maka Baginda Nabī ﷺ‎ pun mengundang orang-orang Yahūdi datang, yang mana Àbdullōh sudah datang lebih namun bersembunyi. Lalu Baginda Nabī ﷺ‎ pun bertanya kepada orang-orang Yahūdi tentang bagaimana kedudukan al-Ḥusain ibn Salām di antara mereka.

Orang-orang Yahūdi pun menjawab pertanyaan tersebut dengan mengatakan bahwa al-Ḥusain (Àbdullōh) adalah pemimpin mereka, anak dari pemimpin mereka, seorang yang sangat àlim di antara mereka, dan anak seorang yang àlim pula. 

Maka Baginda Nabī ﷺ‎ pun bertanya bagaimana seandainya al-Ḥusain berislām? Maka orang-orang Yahūdi pun langsung menolak keras sambil mengejek dengan mengatakan bahwa itu adalah hal yang mustahil. Sampai 3x Baginda Nabī ﷺ‎ bertanya, dan orang-orang Yahūdi tetap memberikan jawaban mengejek yang sama.

Setelah pertanyaan itu disampaikan kepada mereka, maka Àbdullōh ibn Salām pun keluar dari persembunyinya seraya mengatakan bahwa dirinya telah berislām dan ia mengajak mereka untuk bertaqwa kepada Allōh ﷻ‎ dan berīmān kepada Baginda Nabī ﷺ‎.

Mendengar kata-kata Àbdullōh ibn Salām tersebut, orang-orang Yahūdi pun langsung marah besar dan mendakwa bahwa Àbdullōh telah berdusta. Bahkan mereka mengatakan bahwa Àbdullōh adalah orang yang paling buruk di antara mereka, anak dari orang yang buruk, dan orang yang paling bodoh di antara mereka dan anak dari orang yang bodoh.

Dengan demikian Àbdullōh ibn Salām رضي الله تعالى عبه langsung membuktikan di hadapan Baginda Nabī ﷺ‎ bahwa orang-orang Yahūdi adalah kaum penipu yang jahat yang memperturutkan hawa nafsu.

Demikian kisah di Aḥad pagi ini. Semoga bermanfaat.

نسأل الله السلامة والعافية في الدنيا والآخرة

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rules of Engagement

Selektif Dalam Mencari Guru – Sebuah Tinjauan

Sutroh