Nafsu Para Pemegang Microphone

Saya perhatikan para oknum pemegang microphone di Masjid-Masjid kalau Romaḍōn ini jadi "salanteh angan" (berlaku melampaui batas).


Bagaimana tidak?

Jam 03:00 pagi sudah teriak-teriak, "sahuuur… sahuuur…" yang dilakukan ada kali 5 menit dengan settingan volume TOA (speaker corong) yang hampir maksimum.

Alasannya membangunkan orang sahur, padahal sekarang setiap orang sudah punya hape yang bisa disetting alarm.

Pun mengapa juga sampai 1½ jam sebelum waktu Ṣubuh, padahal waktu sahur Baginda Nabī ﷺ‎ itu adalah sekira bacaan 50 ayat saja jaraknya ke ṣolāt Ṣubuh.

Berapa itu 50 ayat?

Hitunglah dengan QS al-Baqoroh, 50 ayat itu adalah 3 halaman. Kalau itu dibaca santai, maka paling sekitar 20 menit. Jadi sahur itu tak jauh menjelang Ṣubuh.

Balik ke para pemegang microphone TOA itu, lalu setelah jam 04:00 mereka mulai ṣolāwatan. Bahkan ada yang nyanyi-nyanyi bahasa daerah atau diisi oleh anak-anak yang jelang remaja (puber) dengan suara yang sedang berubah dan irama yang fals.

Kemudian setelah ṣolāt Ṣubuh, ada lagi żikir-żikir dan disambung lagi dengan ṣolāwatan sampai jam 6 kurang.

Jelas Islām yang diajarkan oleh Baginda Nabī ﷺ‎ dan diàmalkan oleh para Salafuṣ-Ṣōliḥ itu tidaklah demikian.

Karena Islām itu roḥmatan lil àlamīn. Tidak mungkin mengganggu manusia…

Nastaġfiruka wa natubu ilaika yā Allōh…

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rules of Engagement

Selektif Dalam Mencari Guru – Sebuah Tinjauan

Sutroh