A Chicken for Every Pot

Sekitar tahun 1928, Herbert C Hoover berkampanye untuk menjadi presiden Amrik. Karena Hoover pernah menjabat sebagai kepala dari US Food Administration (sebuah lembaga yang mengatur produksi dan distribusi bahan makanan, atau kira-kira mirip BULog lah), partainya (Republican) membuat slogan:

"A chicken for every pot"

Maksudnya, pada setiap kali makan malam, setiap keluarga Amrik (yang saat itu besar rata-ratanya ada 4,34 orang per keluarga) harus makan satu ekor ayam.

Kenapa ayam?

Karena ayam dianggap sebagai sumber protein yang murah.

Kebijakan pemenuhan gizi rakyat itu betul-betul dijaga oleh rezim-rezim pemerintahan di Amrik apapun juga partai asalnya, sehingga saat ini ayam pun menjadi sumber protein utama bagi warga Amrik.

Karena ayam harganya relative murah, maka rata-rata orang Amrik mengkonsumsi 43,74kG daging ayam per tahun (atau 120 Gram per hari). Itu belum termasuk telur yang mana rata-rata konsumsi per orang per tahunnya adalah 293 (0,8 telur per hari) dan daging sapi yang 25kG (68 Gram per hari). Belum termasuk protein-protein dari sumber lain ya?

Dengan asupan gizi seperti itu, maka tak heran perusahaan-perusahaan Amrik menjadi pemuncak pemilik patent terbesar di Dunia, jauh di atas KorSel, Jepang, China, dan Jerman.

Kalau dilihat data KorSel, Jepang, China, dan Jerman pun sama, asupan gizi protein rakyatnya sangat tinggi.

Idenya: asupan protein tinggi → rakyat cerdas → hak kekayaan intelektualitas tinggi

Ya memang ada faktor lain juga berperan seperti kualitas dan ketersediaan pendidikan, serta research environment yang mendukung.

Tetapi bagaimana mau menghasilkan insan-insan yang bermutu tinggi untuk dididik dan kemudian melakukan penelitian, jika insan-insannya sendiri berkualitas "kurang"?

Bagaimana mau menghasilkan generasi yang bermutu kalau asupan proteinnya kurang jika harga telur saja tak terkendali melulu? Tak usah bicara ayam apalagi sapi deh… sudah tak terbeli… makanya saat-saat ‘Id al-Ad-ha itu betul-betul ditunggu, karena saat itulah banyak dari saudara-saudari bisa mencicipi daging melalui pembagian daging qurban.




Kurang asupan protein itu riil, kalau tak percaya, lihat saja data "stunting" yang sekitar 24,4% itu.

Sementara, apa langkah riil dari rezim penguasa untuk memperbaikinya?

Kalau dulu zaman saya SD s/d SMA, rezim OrBa itu jelas mengampanyekan "Swasembada Pangan", jelas targetnya mau apa. Pangan itu nomor 1, Abraham Maslow yang menciptakan "Maslow's Hierarchy of Needs" jelas meletakkan Physiological Needs itu sebagai yang paling mendasar dan paling utama. Sebab, bagaimana orang mau memikirkan berkreasi, let alone mendaftarkan karya intelektual, kalau makan saja tak terpenuhi?

So, selama makanan tak tersedia dengan layak, lupakan saja aspirasi menjadi First World Country itu. Karena ia cuma mimpi berdiri di tengah terik siang bolong sambil ileran…!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rules of Engagement

Selektif Dalam Mencari Guru – Sebuah Tinjauan

Sutroh