Dukun Zaman Now & Sihir




Hebohnya kasus Pesulap Merah yang membongkar trick para dukun itu bagus, bahwa memang dukun itu dari masa ke masa menggunakan trick-trick mekanis untuk mengelabui manusia. Di zaman Nabī Mūsā عليه الصلاة والسلام pun ribuan tukang sihir yang disewa oleh Fir‘aun juga menggunakan tali-tali untuk mengelabui manusia.

Iya… bukankah ketika adu pembuktian kebenaran pada waktu dhuha di hari raya, para tukang sihir itu melemparkan tali temali? Namun jangan lupa, para tukang sihir itu bukan hanya mengandalkan trick mekanis saja, tidak. Sebab ada bantuan Syaithōn yang membuat silap mata sehingga manusia melihat ribuan tali temali itu sebagai ular yang merayap.

Itulah sihir Syaithōn yang mengelabui mata yang bahkan sekelas Nabī Mūsā pun sempat gentar juga hingga Allōh ﷻ‎ pun menenangkan Beliau…

Sihir bantuan Syaithōn itu riil… bukan cuma trick mekanis semata. Bukankah Allōh ﷻ‎ mengisahkan di dalam al-Qur-ān bahwa 2 Malā-ikat bernama Hārut dan Mārut pernah Allōh ﷻ‎ utus ke negeri Babilonia untuk menguji manusia dengan mengajarkan ‘ilmu sihir yang mampu memisahkan suami dengan istrinya, sedangkan siapa saja yang mempelajari itu kāfir?

Sihir itu bahkan Baginda Nabī ﷺ‎ pun pernah terkena sebagaimana pada surah al-Falaq, dan Baginda Nabī ﷺ‎ diruqiyah oleh Malā-ikat yang Allōh ﷻ‎ utus.

Tukang sihir itu sepanjang masa telah menipu dan menjahati manusia… baik itu dengan trick mekanis dan ‘ilmu hitam bantuan Syaithōn. Adapun dukun yang paling berbahaya yaitu adalah yang selain menguasai trick tipu-tipu mekanis, menguasai ‘ilmu sihir yang diajarkan Syaithōn, juga diberikan "kelebihan" ‘ain oleh Allōh ﷻ‎.

Itulah perlunya kita selalu meminta perlindungan kepada Allōh ﷻ‎ dari gangguan sihir dan ‘ain, yaitu dengan merutinkan dzikir pagi dan petang. Meminta perlindungan dari sihir para dukun tukang sihir maupun dari fitnah dukun yang menyamar menjadi kiyai / ajengan / orang pintar.

Kita berdo'a:

أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللّٰهِ التَّامَّةِ مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ وَهَامَّةٍ وَمِنْ كُلِّ عَيْنٍ لاَمَّةٍ
{a-‘udzu bikalimātillāhit-tāmmati min kulli syaithōnin wa hāmmatin wa min kulli ‘ainin lāmmatin}

(arti) “Saya berlindung dengan kalimat-kalimat Allōh yang telah sempurna dari godaan Syaithōn, binatang berbisa, dan dari pengaruh ‘ain yang buruk.”

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rules of Engagement

Selektif Dalam Mencari Guru – Sebuah Tinjauan

Sutroh