Tentang Siḥr

Siḥr atau sihir mungkin banyak yang tak paham apa itu dengan benar, namun Allōh ﷻ‎ telah menjelaskannya di dalam al-Qur-ān.

📌 Kata Allōh ﷻ‎ di dalam firman-Nya:

وَاتَّبَعُوا مَا تَتْلُو الشَّيَاطِينُ عَلَىٰ مُلْكِ سُلَيْمَانَ وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَانُ وَلَٰكِنَّ الشَّيَاطِينَ كَفَرُوا يُعَلِّمُونَ النَّاسَ السِّحْرَ وَمَا أُنزِلَ عَلَى الْمَلَكَيْنِ بِبَابِلَ هَارُوتَ وَمَارُوتَ وَمَا يُعَلِّمَانِ مِنْ أَحَدٍ حَتَّىٰ يَقُولَا إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلَا تَكْفُرْ فَيَتَعَلَّمُونَ مِنْهُمَا مَا يُفَرِّقُونَ بِهِ بَيْنَ الْمَرْءِ وَزَوْجِهِ وَمَا هُم بِضَارِّينَ بِهِ مِنْ أَحَدٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ وَيَتَعَلَّمُونَ مَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنفَعُهُمْ وَلَقَدْ عَلِمُوا لَمَنِ اشْتَرَاهُ مَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ وَلَبِئْسَ مَا شَرَوْا بِهِ أَنفُسَهُمْ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ

(arti) _“Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh Syaithōn-Syaithōn pada masa kerajaannya Sulaimān (dan mereka mengatakan bahwa Sulaimān itu mengerjakan siḥr -pent), padahal Sulaimān tidak pernah kāfir, hanya Syaithōn-Syaithōn itulah yang kāfir. Mereka mengajarkan siḥr kepada manusia, dan apa yang dulu diajarkan oleh dua orang Malā-ikat yang diturunkan di negeri Babilon, yaitu Hārut dan Mārut, sedang keduanya tidaklah mengajarkan kepada seseorang pun sebelum mengatakan: "Sungguh-sungguh kami hanyalah ujian (bagi kamu -pent), sebab itu janganlah kamu kāfir!". Maka tetap saja mereka mempelajari dari kedua Malā-ikat itu apa yang dengan (siḥr) itu mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan istrinya. Dan mereka (para ahli siḥr) itu tidaklah dapat memberikan mudhorot dengan (siḥr)nya kepada seseorangpun kecuali hanya dengan izin Allōh. Dan mereka mempelajari sesuatu yang hanya memberi mudhorot kepada dirinya sendiri dan sama sekali tak memberikan manfaat apapun. Dan sungguh-sungguh mereka mengetahui bahwa siapa saja yang membeli (melakukan siḥr itu), maka tiada baginya sama sekali bagian (kenikmatan) di Hari Ākhirot kelak. Dan sungguh amat jahatlah perbuatan mereka membeli (melakukan siḥr) itu jikalau mereka mengetahui.”_ [QS al-Baqoroh (2) ayat 102].


Poin-poin penting di dalam ayat suci ini adalah:

⑴. Siḥr itu ajarannya Syaithōn, sama sekali bukan apa yang dilakukan oleh Nabī Sulaimān عليه السلام.

Kenapa Syaithōn disebut di ayat suci tersebut?

Karena siḥr itu hanyalah dikerjakan oleh Syaithōn, dilaksanakan oleh Syaithōn, dan diajarkan oleh Syaithōn semata.

Seperti kita ketahui bahwa Syaithōn itu adalah kata shifat, sedangkan makhluqnya ada 2, yaitu: jinn dan manusia. Syaithōn dari kalangan manusia yaitu dukun, dan Syaithōn dari kalangan jinn yang melakukan aksi supranatural siḥr itu kepada manusia.

Adapun apa yang dilakukan oleh Nabī Sulaimān عليه السلام sama sekali bukan siḥr. Akan tetapi itu adalah mu‘jizat dari Allōh ﷻ‎ kepada Beliau. Adapun yang namanya mu‘jizat, maka ia khusus untuk para Nabiyullōh, dan khusus mu‘jizat bisa menguasai jinn hanya diberikan kepada Nabī Sulaimān saja.

📌 Kata Allōh ﷻ‎ di dalam firman-Nya:

قَالَ رَبِّ اغْفِرْ لِيْ وَهَبْ لِيْ مُلْكًا لَّا يَنْۢبَغِيْ لِاَحَدٍ مِّنْۢ بَعْدِيْۚ اِنَّكَ اَنْتَ الْوَهَّابُ

(arti) _“(Sulaimān) Berdo'a: "Wahai Robb-ku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tak seseorang pun juga bisa memilikinya sesudahku. Sungguh-sungguh Engkau lah yang Maha Pemberi."”_ [QS Shōd (38) ayat 35].

⑵. Apa sih siḥr itu sebenarnya?

Siḥr itu adalah hal-hal supranatural (yang tidak bisa dijelaskan oleh IPTek) yang dilakukan oleh Syaithōn dari kalangan jinn.

Contoh salah satu siḥr yang paling dahsyat adalah sebagaimana yang dikisahkan oleh Allōh ﷻ‎ tentang ‘Ifrīt.

📌 Kata Allōh ﷻ‎ di dalam firman-Nya:

قَالَ يَا أَيُّهَا الْمَلَأُ أَيُّكُمْ يَأْتِينِي بِعَرْشِهَا قَبْلَ أَن يَأْتُونِي مُسْلِمِينَ ۝‎ قَالَ عِفْرِيتٌ مِّنَ الْجِنِّ أَنَا آتِيكَ بِهِ قَبْلَ أَن تَقُومَ مِن مَّقَامِكَ وَإِنِّي عَلَيْهِ لَقَوِيٌّ أَمِينٌ ۝‎

(arti) _“Berkata (Sulaimān): "Wahai pembesar-pembesar, siapakah di antara kamu sekalian yang sanggup membawa singgasananya kepadaku sebelum mereka datang kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri?". Berkata ‘Ifrīt dari golongan jinn: "Saya akan datang kepadamu dengan membawa singgsana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu. Sungguh aku benar-benar kuat untuk membawanya, lagi dapat dipercaya."”_ [QS an-Naml (27) ayat 38-39].

ℹ️ Siḥr itu adalah aksi supranatural jinn.

Nabī Sulaimān tidak mengerjakan siḥr karena para jinn itu diperintahkan oleh Allōh ﷻ‎ untuk tunduk kepada Beliau.

⑶. Apa yang diajarkan oleh Hārut & Mārut?

Hārut & Mārut adalah dua Malā-ikat yang diturunkan ke kota Babilon (kota tertua dalam sejarah peradaban manusia). Jadi siḥr itu sudah sangat lama dikenal oleh manusia.

Hārut & Mārut itu memang mengajarkan siḥr, namun sebelum mengajarkannya, mereka telah memberikan dulu peringatan keras bahwa apa yang akan diajarkannya itu adalah kekāfiran.

Adapun yang diajarkan oleh Hārut & Mārut itu adalah cara berkomunikasi dengan Syaithōn dari kalangan jinn untuk meminta jinn melakukan sesuatu hal.

ℹ️ Dukun meminta jinn Syaithōn untuk melakukan aksi supranatural siḥr.

Jadi apapun siḥr yang dikenal sekarang, semisal: Voodo, papan Ouija, kartu Tarot, bola kaca, buhul benang yang dihembus, dlsb, semuanya berasal dari apa yang diajarkan oleh Hārut & Mārut di kota Babilon dulu, yaitu sesuatu yang bertujuan untuk menjahati manusia.

⑷. Siḥr takkan dapat memudhorotkan seseorang pun melainkan hanya dengan izin Allōh ﷻ‎ semata.

📌 Kata Allōh ﷻ‎ di dalam firman-Nya:

إِنَّ عِبَادِي لَيْسَ لَكَ عَلَيْهِمْ سُلْطَانٌ إِلَّا مَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْغَاوِينَ

(arti) _“Sungguh-sungguh kamu (Iblīs) tidak kuasa atas hamba-hamba-Ku, kecuali mereka yang mengikutimu, yaitu orang yang sesat.”_ [QS al-Ḥijr (15) ayat 42].

Di dalam ayat suci yang lain:

إِنَّهُ لَيْسَ لَهُ سُلْطَانٌ عَلَى الَّذِينَ آمَنُوا وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ ۝‎ إِنَّمَا سُلْطَانُهُ عَلَى الَّذِينَ يَتَوَلَّوْنَهُ وَالَّذِينَ هُم بِهِ مُشْرِكُونَ ۝‎

(arti) _“Sungguh-sungguh Syaithōn itu tiada kekuasaannya atas orang-orang yang berīmān dan bertawakkal kepada Robb-nya. Sungguh-sungguh kekuasaannya (Syaithōn) hanyalah atas orang-orang yang menjadikannya sebagai pemimpin dan atas orang-orang yang mempersekutukan Allōh dengannya.”_ [QS an-Naḥl (16) ayat 99-100].

⑸. Siḥr hanyalah memberikan mudhorot kepada diri pelakunya sendiri dan tak memberikan manfaat apapun juga.

Manusia yang mempelajari & melakukan siḥr itu hanya memudhorotkan dirinya sendiri.

Kenapa?

Karena para dukun itu sama sekali tidak menguasai jinn Syaithōn yang "disuruh-suruh"nya itu, akan tetapi jinn Syaithōn itulah yang menguasai diri si dukun.

Jinn Syaithōn itu melakukan sesuatu untuk para dukun itu tidaklah secara "gratis", tetapi ada "bayaran"nya.

Apa bayarannya?

Kemuliaan sebagai manusia…!

Iya, jinn itu tak butuh emas & perak, ataupun fulūs, apalagi cryptocurrency, tidak. Namun yang mereka butuhkan adalah merasa diri lebih mulia daripada manusia. Ingat kan saat Iblīs diperintahkan untuk bersujud kepada Nabī Ādam lalu ia menolak perintah Allōh ﷻ‎ tersebut karena merasa dirinya lebih mulia? Nah itulah yang diinginkan oleh jinn Syaithōn sebagai bayaran saat ia melakukan aksi supranatural siḥr itu.

Kemuliaan manusia itu adalah karena kita diberikan ‘aql yang menerima ‘ilmu yang Allōh ﷻ‎ ajarkan. Nah itulah yang ingin dihancurkan oleh para jinn Syaithōn. Caranya adalah dengan membuat manusia melakukan hal-hal yang bodoh, hina, buruk, dan rendahan, seperti: minum darah, makan kotoran, berbuat kemaksiyatan & kezhōliman (zina, membunuh, dlsb).

Dukun harus melakukan kehinaan, ia menghinakan diri kepada jinn Syaithōn dulu, baru jinn itu melakukan apa yang diminta oleh si dukun.

Itulah kenapa Allōh ﷻ‎ sebutkan orang yang melakukan siḥr itu sebagai "membeli" (اشتراه), dan para pelaku siḥr itu membeli sesuatu yang sangat buruk dengan kemuliaan mereka sebagai manusia sebagai mata uangnya.

⑹. Tukang siḥr takkan mendapat sedikitpun juga kenikmatan di Hari Ākhirot.

Karena apa yang mereka lakukan itu kekāfiran, sangat jahat, dan kehinaan, maka tidak ada sedikitpun kenikmatan di Hari Ākhirot yang akan mereka dapatkan.

📌 Kata Allōh ﷻ‎ di dalam firman-Nya:

وَلَا يُفْلِحُ السَّاحِرُ حَيْثُ أَتَى

(arti) _“Tukang sihir takkan pernah beruntung dari mana pun ia datang.”_ [QS Thō Hā (20) ayat 69].

Ayat suci itu sangat dalam maknanya, karena Allōh ﷻ‎ menjelaskan bahwa SELAMANYA TAKKAN PERNAH beruntung (mendapatkan kebaikan) di Dunia maupun di Ākhirot orang yang:
- melakukan sihir dalam bentuk apapun juga,
- mendatangi, apalagi meminta bantuan tukang sihir dalam bentuk apapun juga.

Demikian, semoga bermanfaat.

Kita berdo'a:

أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ ٱللهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ
{a‘ūdzu bi kalimātillāhit-tāmmāti min syarri mā kholaq}

(arti) _“Saya berlindung dengan kalimat-kalimat Allōh yang sempurna dari kejahatan makhluq-Nya.”_

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rules of Engagement

Selektif Dalam Mencari Guru – Sebuah Tinjauan

Sutroh