Childfree Lifestyle (Again)?

Dunia MedSos sedang ramai (lagi) perkara "child free lifestyle" gara-gara screenshot terlampir ini.


Sebenarnya ada satu hal yang sangat penting tentang perkara anak ini, yaitu: bahwa yang namanya punya anak itu adalah taqdir dari Allōh ﷻ‎ semata, BUKAN karena "keinginan" manusia.

📌 Kata Allōh ﷻ‎ di dalam firman-Nya:

لِلّٰهِ مُلْكُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ يَخْلُقُ مَا يَشَاۤءُ ۗيَهَبُ لِمَنْ يَّشَاۤءُ اِنَاثًا وَّيَهَبُ لِمَنْ يَّشَاۤءُ الذُّكُوْرَ ۙ ۝‎ اَوْ يُزَوِّجُهُمْ ذُكْرَانًا وَّاِنَاثًا ۚوَيَجْعَلُ مَنْ يَّشَاۤءُ عَقِيْمًا ۗاِنَّهٗ عَلِيْمٌ قَدِيْرٌ ۝‎

(arti) _“Kepunyaan Allōh lah Kerajaan Langit & Bumi. Dia menciptakan apa-apa yang dikehendaki-Nya. Dia memberikan kepada siapa yang dikehendaki-Nya anak-anak perempuan, dan Dia memberikan kepada siapa yang dikehendaki-Nya anak-anak laki-laki. Atau (Dia memberikan kepada siapa yang ia kehendaki) anak-anak laki-laki & perempuan. Dan Dia jadikan siapa yang dikehendaki-Nya mandul. Sungguh-sungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Berkuasa.”_ [QS asy-Syūrō (42) ayat 49-50].

Jadi kalau tak punya anak itu bukanlah karena memilih child free lalu berusaha untuk itu, tidak. Akan tetapi karena Allōh ﷻ‎ yang menghendakinya tak punya anak, lalu Allōh membuatnya berusaha untuk tak punya anak.

Dasarnya adalah firman-Nya:

وَمَا تَشَاۤءُونَ إِلَّاۤ أَن یَشَاۤءَ ٱللَّهُۚ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ عَلِیمًا حَكِیمࣰا

(arti) _“Tidaklah kalian mampu berkehendak kecuali apabila dikehendaki oleh Allōh. Sungguh Allōh Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”_ [QS al-Insān (76) ayat 30].

Makanya ada pasangan yang berusaha untuk tak punya anak dengan berbagai macam cara, ternyata tetap saja yang perempuannya hamil. Tak ada metode pencegahan kehamilan yang 100% foolproof, termasuk juga metode "kelas berat" semacam Tubektomi & Vasektomi. Demikian pula sebaliknya, ada pasangan yang sangat ingin punya anak, tetapi perempuannya tetap tak bisa-bisa hamil walau sudah segala cara mulai dari jamu-jamuan sampai dengan bayi tabung dicobanya.

Child free lifestyle itu adalah buah dari ‘aqīdah Materialisme - Liberalisme yang kufur. Bagaimana tidak? Coba lihat saja, yang diukurnya hanya keduniawian semata, seperti: rumah yang "tenang & tidak stress" karena teriakan anak, atau wajah yang "lebih lambat" keriput (yang berarti ia secara tak langsung mengatakan ia penyebab ibunya keriput karena melahirkan dirinya), atau biaya hidup yang lebih rendah karena hanya living cost berdua saja.

Sebaliknya, keinginan punya anak pun juga bisa tak terbebas dari ‘aqīdah Materialisme. Iya, bukankah ada idiom di masa lalu: "banyak anak banyak rezeki"? Tentunya itu karena anak-anaknya dianggap bisa menolongnya dalam bisnis atau usahanya, bukan? Makanya sampai-sampai si Lubenci Lunatic pun ingin punya anak.

Namun jikalau kita telaah dengan baik maka keinginan punya anak itu adalah keinginan dari orang-orang shōlih sepanjang masa.

Buktinya?

Nabī Ibrōhīm ﷺ berdo'a:

رَبِّ هَبْ لِيْ مِنَ الصّٰلِحِيْنَ

(arti) _“Wahai Robb-ku, anugerahkanlah kepadaku (anak) yang termasuk dari orang-orang yang shōlih.”_ [QS ash-Shōffāt (37) ayat 100].

Bahkan Nabī Zakariyyā berdo'a dengan suara lirih karena malu dirinya sudah tua sedangkan istrinya mandul:

رَبِّ هَبْ لِي مِن لَّدُنكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً إِنَّكَ سَمِيعُ الدُّعَاءِ

(arti) _“Wahai Robb-ku, berilah aku dari sisi-Mu seorang anak yang baik. Sungguh-sungguh Engkau Maha Pendengar Do'a.”_ [QS Āli ‘Imrōn (3) ayat 38].

atau pada ayat suci yang lain:

رَبِّ لَا تَذَرْنِيْ فَرْدًا وَّاَنْتَ خَيْرُ الْوٰرِثِيْنَ ۚ

(arti) _“Wahai Robb-ku janganlah Engkau biarkan aku hidup seorang diri (tanpa keturunan), sedang Engkau adalah sebaik-baik waris.”_ [QS al-Anbiyā’ (21) ayat 89].

Sekelas para Nabiyullōh pun ingin punya anak, namun anaknya untuk meneruskan da‘wah mereka, untuk mengajak manusia kepada Allōh ﷻ‎, sebagaimana do'a Nabī Ibrōhīm ﷺ:

رَبَّنَا وَاجْعَلْنَا مُسْلِمَيْنِ لَكَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِنَآ اُمَّةً مُّسْلِمَةً لَّكَۖ وَاَرِنَا مَنَاسِكَنَا وَتُبْ عَلَيْنَا ۚ اِنَّكَ اَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ

(arti) _“Wahai Robb kami, jadikanlah kami orang yang berserah diri kepada-Mu, dan anak cucu kami ummat yang berserah diri kepada-Mu, dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara melakukan ‘ibādah (hajji) kami, dan terimalah taubat kami. Sungguh-sungguh Engkau lah yang Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.”_ [QS al-Baqoroh (2) ayat 128].

Jadi, kalau memilih untuk punya anak, maka luruskan niyatannya adalah untuk Allōh. Demikian pula jika memilih untuk tak punya anak, maka luruskan pula niyatnya juga untuk Allōh, sebagaimana yang dilakukan oleh Imām Yaḥyā ibn Syarof an-Nawawi رحمه الله تعالى karena Beliau fokus pada ‘ibādah dan ‘ilmu (karena Beliau sangat tahu bahwa menikāh adalah Sunnah Nabī ﷺ).

Demikian, semoga bermanfaat.

نسأل الله السلامة والعافية في الدنيا والآخرة

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rules of Engagement

Selektif Dalam Mencari Guru – Sebuah Tinjauan

Sutroh