Keluarga Yang Luar Biasa Hebat

Seorang Ayah yang berusia tua, bahkan sangat tua untuk ukuran orang di zaman now, akhirnya dikarunia anak laki-laki sehat dari istri keduanya.

Namun akibat cemburunya sang istri pertama, maka sang Ayah pun terpaksa membawa istrinya ke sebuah lembah yang jauh sekali dari tempat asalnya, lembah yang tak berpenghuni, dan sesampainya di lembah itu ia berjalan pergi tinggalkan istri dan anak bayinya itu di sana…

Istrinya pun mengikuti dari belakang sambil bertanya: "Wahai suamiku! Apakah kamu hendak pergi meninggalkan kami di lembah yang sama sekali tak berpenghuni dan tak ada apapun ini?"

Sang istri bertanya berulang kali, namun suaminya tak juga menolehnya…

Akhirnya sang istri pun bertanya, "Apakah Allōh yang memerintahkan hal ini kepadamu?"

Maka sang Suami pun akhirnya menoleh dan menjawab pelan dengan mata berkaca-kaca: "Benar…"

Maka istrinya pun langsung menimpali: "Kalau begitu, Allōh takkan menyia-nyiakan kami!"

Maka sang istri kemudian kembali ke tempat semula, membersamai bayinya… dan sang Suami pun pergi melanjutkan perjalanannya pulang ke rumahnya ribuan kilometer dari lembah itu.

Tak jauh dari perbatasan lembah itu, sang Suami pun mengangkat tangannya tinggi-tinggi, dan ia pun berdo'a:

رَبَّنَا إِنِّي أَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلَاةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ

(arti) _“Wahai Robb kami, sungguh saya telah menempatkan sebagian dari keturunan saya di lembah yang tak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah-Mu yang dihormati. Wahai Robb kami, (yang demikian itu) agar mereka mendirikan sholāt, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka, dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.”_

Itulah KEĪMĀNAN yang paripurna dari seorang Ayah dan seorang Istri. Keyakinan total kepada Allōh ﷻ‎ tanpa ada keraguan walau sedikitpun juga.

Ketika sang Istri bekalnya habis, sedangkan bayinya masih terus menangis karena lapar, maka naluri keibuannya pun membuatnya berlari kecil 7x bolak-balik di antara puncak 2 bukit… mencari kemungkinan ada kafilah yang lewat yang bisa berbagi bekal dengan ia dan bayinya.

Tatkala sang Ibu berada di atas puncak salah satu bukit (bernama Marwah), ia mendengar suara-suara, dan ia pun berkata pada dirinya: "Diamlah!"

Lalu ia pun mencari-cari dengar dengan seksama asal suara itu, namun ia tak menemukan sumber suara itu. Lalu ia pun berkata: "Kamu sudah memperdengarkan suaramu, apabila memang kamu bisa menolong, maka tolonglah?"

Ternyata ia dapati sesosok Malā-ikat perkasa yang sangat indah sedang menggali tanah dengan ujung sayapnya hingga tersemburlah air dengan kencang…

Sang Malā-ikat lalu berkata kepadanya: "Janganlah kamu takut akan kebinasaan! Sungguh-sungguh di sini ini adalah Baitullōh. Anak ini dan ayahnya akan meninggikan bangunannya. Sungguh-sungguh Allōh takkan akan menyia-nyiakan orang-orang dekat-Nya."

Sang Ibu pun segera membendung air tersebut lalu menciduknya ke dalam wadah airnya… apabila sang Ibu tak membendung maka sekarang sumber air itu akan menjadi sungai!

Sang Suami adalah Ibrōhīm ﷺ‎, bapak dari para Nabiyullōh, diberikan gelar sangat mulia oleh Allōh ﷻ‎, yaitu: "Kholilullōh" (teman dari Allōh), padahal Allōh ﷻ‎ yang Maha Perkasa lagi Maha Mulia sama sekali tak perlu "teman".

Sang Ibu adalah Hajar, Ibunda mulia, satu dari sangat sedikit perempuan yang diajak bicara oleh Malā-ikat yang sangat perkasa, penghulu dari para Malā-ikat, Jibrīl عليه السلام. Sedangkan bayinya adalah putra yang sangat shōlih, Ismā-īl عليه السلام.

Kisah mereka itulah yang Allōh ﷻ‎ abadikan menjadi ritual hajji, sa‘i, melontar jumroh, dan menyembelih hadyu.

Namun inti kisah keluarga yang sangat mulia itu adalah penyerahan diri secara total kepada Allōh ﷻ‎, dan itulah yang menjadikan sesiapa yang terbaik penyerahan dirinya diampuni seluruh dosanya oleh Allōh ﷻ‎ dengan Hajji Mabrur.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rules of Engagement

Selektif Dalam Mencari Guru – Sebuah Tinjauan

Sutroh