Dusta



Berdusta itu sebenarnya melelahkan, bahkan sangat-sangat melelahkan…

Bagaimana tidak…?

Dusta itu pasti menuntut seseorang untuk terus berdusta, karena sekali ia berdusta maka ia harus mengulang-ulang kedustaan yang sama agar ia terlihat konsisten. Orang yang berdusta itu harus terus mengingat-ingat apa saja kedustaan yang telah ia lontarkan agar ia terlihat "konsisten" dan "benar" di mata orang, karena kalau tidak begitu maka ia akan ketahuan telah berdusta. Selain itu, pada banyak situasi seorang pendusta dituntut untuk membuat kedustaan berikutnya hanya untuk menutupi kedustaan yang sebelumnya ia buat… kedustaan kedua menutup kedustaan pertama, kedustaan ketiga menutup kedustaan kedua, dst…

Bayangkan betapa banyak energy yang dibutuhkan untuk terus berdusta dan mengingat-ingat kedustaan apa saja yang sudah diucapkan…!?!

Itulah kenapa dusta itu dikatakan oleh orang-orang bijak terdahulu sebagai induk dari segala dosa, karena orang yang berdusta akan terus berbuat dosa. Dari sekedar berdusta kecil, lalu ia harus mengulang berdusta lagi, lalu ia harus berdusta untuk menutupi kedustaan… bahkan kita lihat betapa banyak orang yang sampai harus melakukan tindakan jahat lagi keji demi menutupi kedustaannya itu.

Makanya Baginda Nabī ﷺ menasihatkan ummatnya untuk jangan pernah berdusta…

📌 Kata Baginda Nabī ﷺ:

عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا

(arti) _“Wajib bagi kalian untuk selalu berlaku jujur, karena kejujuran membawa kepada kebaikan, sedangkan kebaikan mengantarkan seseorang ke Syurga. Apabila seseorang selalu berlaku jujur dan terus berjuang untuk bersikap jujur, maka ia akan dicatat di sisi Allōh sebagai orang yang jujur. Dan jauhilah oleh kalian berbuat kedustaan, karena kedustaan membawa seseorang kepada kejahatan, sedangkan kejahatan mengantarkan seseorang ke Neraka. Apabila seseorang senantiasa berdusta dan memilih untuk berdusta, maka ia akan dicatat di sisi Allōh sebagai pendusta.”_ [HR al-Bukhōrī no 6094; Muslim no 2607; at-Tirmidzī no 1971; Ahmad no 3456].

Bersikap jujur itu memang perlu perjuangan, dan ia tidak mudah… makanya bersikap jujur itu Allōh ﷻ katakan adalah shifat orang mu’min:

وَالصَّادِقِينَ وَالصَّادِقَاتِ

(arti) _“…laki-laki dan perempuan yang jujur…”_ [QS al-Aḥzāb (33) ayat 35].

Bahkan orang-orang pecinta kejujuran itu derajatnya sangat tinggi di dalam Islām sebagaimana firman Allōh ﷻ:

وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَٰئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ ۚ وَحَسُنَ أُولَٰئِكَ رَفِيقًا

(arti) _“Dan siapa saja yang mena'ati Allōh dan Rosūl-Nya, maka mereka itu akan bersama-sama dengan orang yang diberikan nikmat oleh Allōh, (yaitu) para nabī, para pecinta kebenaran (shiddīqīn), orang-orang yang mati syahīd, dan orang-orang shōlih. Mereka itulah sebaik-baik teman.”_ [QS an-Nisā’ (4) ayat 69].

Bahkan di dalam sebuah riwayat (walau riwayat ini didho’ifkan oleh sebagian ‘ulamā’ ahli hadīts, namun maknanya benar), disebutkan:

قِيلَ لِرَسُولِ اللّٰهُ ﷺ : أَيَكُونُ الْمُؤْمِنُ جَبَانًا ؟ ؛ فَقَالَ : نَعَمْ ؛ فَقِيلَ لَهُ أَيَكُونُ الْمُؤْمِنُ بَخِيلًا ؟ ؛ فَقَالَ : نَعَمْ ؛ فَقِيلَ لَهُ أَيَكُونُ الْمُؤْمِنُ كَذَّابًا ؟ ؛ فَقَالَ : لَا

(arti) _“Ditanyakan kepada Rosūlullōh ﷺ: "Apakah seorang mu’min itu bisa menjadi penakut?" ; Beliau ﷺ menjawab: "Bisa." ; Kemudian ditanyakan lagi: "Apakah seorang mu’min bisa menjadi bakhil?" ; Beliau ﷺ menjawab: "Bisa." ; Lalu ditanyakan lagi: "Apakah seorang mu’min bisa menjadi tukang dusta?" ; Beliau menjawab: "Tidak bisa!"”_ [HR Mālik no 1913].

Iya, seorang mu’min itu tidak bisa menjadi seorang tukang dusta, karena tukang dusta itu adalah shifat dari…

MUNĀFIQĪN…!

Demikian lintasan pemikiran pagi ini, semoga bermanfaat.

Kita berdo'a:

ٱللّٰهُمَّ طَهِّرْ قَلْبِيْ مِنَ النِّفَاقِ ، وَعَمَلِيْ مِنَ الْرِّيَاءِ ، وَلِسَانِيْ مِنَ الْكَذِبِ ، وَعَيْنِيْ مِنَ الْخِيَانَةِ ، فَإِنَّكَ تَعْلَمُ خَائِنَةَ الْأَعْيُنِ وَمَا تُخْفِيْ الْصُّدُوْرُ
{allōhumma thohhir qolbī minannifāqi, wa ‘amali minarriyā-i, walisāni minal-kadzibi, wa ‘ainī minal-khiyānati, fainnaka ta‘lamu khō-inatal a’yuni wamā tukhfishshudur}

(arti) "Wahai Allōh, bersihkanlah hati sanubariku dari shifat nifāq, dan ‘amalku dari riyā’, dan lisanku dari kedustaan, dan mataku dari pengkhianatan. Sungguh-sungguh Engkau Maha Mengetahui pandangan mata yang khianat dan apa yang disembunyikan di dalam dada."

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rules of Engagement

Selektif Dalam Mencari Guru – Sebuah Tinjauan

Sutroh