Tentang Cinta

Perasaan yang ada di dalam hati sanubari kita seperti: cinta – benci, sayang – marah, gembira – sedih, berani – takut, semua itu adalah di luar kendali kita.

Tak ada seseorang pun yang bisa mengatur kapan ia mau sayang, kapan ia mau benci, kapan ia mau senang, kapan ia mau marah, kapan ia mau gembira, atau kapan dia mau sedih.

Tidak ada…!

Karena perasaan yang ada di dalam hati sanubari itu الله Subhânahu wa Ta‘âlâ lah yang mengaturnya…

Sangat jelas di dalam al-Qur-ân disebutkan bahwa الله Subhânahu wa Ta‘âlâ menjadikan pembatas antara manusia dengan hati sanubarinya.

📌 Kata الله Subhânahu wa Ta‘âlâ:

وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ يَحُولُ بَيْنَ الْمَرْءِ وَقَلْبِهِ وَأَنَّهُ إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ

(arti) _“Ketahuilah, sungguh Allôh telah menjadikan pembatas antara manusia dengan hati sanubarinya, dan sungguh kepada-Nya-lah kamu akan dikumpulkan.”_ [QS al-Anfâl (8) ayat 24].

📌 Kata Baginda Nabî صلى الله عليه و سلم:

مَا مِنْ قَلْبٍ إِلَّا وَهُوَ بَيْنَ أُصْبُعَيْنِ مِنْ أَصَابِعِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

(arti) _“Tak ada satu hati sanubari pun kecuali ia berada di antara dua jari dari jari-jemari Robb Semesta Alam.”_ [HR Ahmad no 16972].

⚠ Jadi jelas berdasarkan nash, bahwa tiada seseorang pun yang mempunyai kendali atas hati sanubarinya.

Adapun yang bisa kita kendalikan perwujudan dari perasaan yang ada di dalam hati sanubari itu.

Misalnya apabila kita merasa marah, maka luapan amarah itu kita kendalikan sehingga tidak jadi memaki-maki di luar batas, atau bahkan sampai kebrutalan pukulan dan terjangan tanpa kendali.

Begitu pun dengan perasaan cinta…

Cinta itu juga sesuatu yang muncul di hati sanubari kita yang kita tak punya kendali atasnya…

That's why it's said that: "falling in love is by chance", karena kita tidak bisa mengendalikan hati sanubari kita kepada siapa kita jatuh cinta.

Jadi tidak ada yang salah dari "cinta".

Namun… perwujudan dari cinta itu jelas bisa kita kendalikan.

Perwujudan cinta dalam bentuk kata-kata dan ‘amalan anggota badan jelas bisa kita kendalikan, sehingga ia tidak menjadi cinta yang zhôlim apalagi cinta yang terlarang.

Maka dari itu junjungan kita, Baginda Nabî صلى الله عليه و سلم, selalu berdo'a tentang perkara cinta ini…

📌 Do'a Beliau صلى الله عليه و سلم:

اللَّهُمَّ هَذَا قَسْمِي فِيمَا أَمْلِكُ فَلاَ تَلُمْنِي فِيمَا تَمْلِكُ وَلاَ أَمْلِكُ
{allôhumma hadzâ qosmî fîmâ amliku falâ talumnî fîmâ tamliku wa lâ amlik}

(arti) _“Wahai Allôh, inilah pembagianku pada perkara yang aku mampu, maka janganlah Engkau mencelaku pada perkara yang Engkau miliki dan tidak aku miliki.”_ [HR Abû Dâwud no 2134; at-Tirmidzî no 1140; an-Nasâ-î no 3943; Ibnu Mâjah no 1971].

⇛ Perkara yang dimampui Baginda Nabî itu adalah perkara pembagian nafkah / belanja dan waktu menginap di antara isteri-isteri Beliau. Sedangkan perkara yang Beliau صلى الله عليه و سلم tidak miliki itu adalah kekuasaan atas hati sanubari untuk membagi rata rasa cinta Beliau.

نَسْأَلُ اللهَ الْسَلَامَةَ وَالْعَافِيَةَ

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rules of Engagement

Selektif Dalam Mencari Guru – Sebuah Tinjauan

Sutroh