Ketika Mau Menulis Status

Menulis di FB itu bukan hanya sekadar untuk memenuhi syahwat menulis, tapi harus ada manfaat yang didapatkan oleh pembacanya.

Kalau menulis ‘ilmu, maka tulislah ‘ilmu yang benar, dengan pemahaman yang benar.

Kalau menulis pendapat, maka tulislah pendapat yang dapat dipertanggungjawabkan.

Kalau mau menghibur, maka hiburlah dengan benar pula.

⚠ Intinya, you will be held responsible on everything you do.

📌 Kata الله Subhânahu wa Ta‘âlâ:

وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا

(arti) _“Dan janganlah kamu mengikuti apa-apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sungguh pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggungjawabannya.”_ [QS al-Isrô’ (17) ayat 36].

Apapun yang kita lakukan, semua harus merujuk kepada kebenaran, karena kalau tidak, kita ada dalam keadaan merugi sebagaimana peringatan Robbul ‘Âlamîn dalam QS al-‘Ashr.

📌 Kata الله Subhânahu wa Ta‘âlâ:

إِنَّ الْإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ ۞ إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْر

(arti) _“Sungguh-sungguh manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang berîmân dan mengerjakan ‘amal sholîh, dan wasiat-mewasiati agar mena'ati kebenaran, dan wasiat-mewasiati agar menetapi kesabaran.”_ [QS al-‘Ashr (103) ayat 2-3].

🚫 Kalau tidak bisa wasiat-mewasiati untuk mena'ati kebenaran atau menetapi kesabaran, maka lebih diam saja. Tak usah menulis!

❔ Kenapa?

📌 Kata Baginda Nabî صلى الله عليه وسلم:

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَليَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُت

(arti) _“Siapa saja yang berîmân kepada Allôh dan Hari Âkhirot, maka hendaklah ia berkata baik atau hendaklah ia diam.”_ [HR al-Bukhôrî no 6018; Muslim no 47].

❕ Diam adalah lebih selamat daripada menulis panjang-lebar, tetapi tak jelas maksudnya apa, sok-sok inshof, bahkan yang ada malah menjerumuskan orang kepada pemikiran yang bâthil.

Penjelasan panjang lebar belum tentu benar, bahkan bisa jadi itu adalah kebâthilan.

📌 Bukankah kata Baginda Nabî صلى الله عليه وسلم:

َإِنَّ مِنْ الْبَيَانِ سِحْرًا

(arti) _“Sebagian dari kata-kata penjelasan itu adalah sihir.”_ [HR Muslim no 869; Ahmad no 17598; ad-Darimî no 1597].

🚫 Tak usah menulis panjang-lebar dibumbui segala kata-kata yang dibuat-buat bijak, tetapi hakikatnya tak ada mutunya, bahkan sampah.

Adalah lebih baik menulis singkat, padat, dan jelas mudah dimengerti.

Kalau dalam istilah akademisnya: "Occam's Razor" (lex parsimoniae) – the simplest explanation tends to be the right one.

⚠ Intinya: jangan ribet.

📍 Kata Kholîfah ‘Alî ibn Abû Thôlib رضي الله عنه:

حَدِّثُوا النَّاسَ بِمَا يَعْرِفُونَ أَتُحِبُّونَ أَنْ يُكَذَّبَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ

(arti) _“Berbicaralah kepada manusia sesuai dengan kadar pemahaman mereka, apakah kalian ingin jika Allôh dan Rosûl-Nya didustakan?”_ [Atsar Riwayat al-Bukhôrî no 127].

نسأل الله السلامة والعافية

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rules of Engagement

Selektif Dalam Mencari Guru – Sebuah Tinjauan

Sutroh