Romadhôn Bukan Hanya Tentang Puasa & Qiyamulail

Diwajibkannya shoum (puasa) di bulan Romadhôn pertama kalinya adalah pada tahun ke-2 Hijriyyah, yaitu dengan turunnya wahyu ayat 183-184 pada surat al-Baqoroh.

📌 Kata الله Subhânahu wa Ta‘âlâ:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ ۞ أَيَّامًا مَّعْدُودَاتٍ

(arti) _“Wahai orang-orang mu’min, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa, yaitu pada hari-hari tertentu (bulan Romadhôn).”_ [QS al-Baqoroh (2) ayat 183-184].

Bertepatan dengan Romadhôn tahun ke-2 Hijriyyah tersebut, turun pula wahyu yang memerintahkan kaum Mu’minîn untuk membalas memerangi kaum Kâfir Quraisy, yaitu ayat 39-40 pada surat al-Hajj.

📌 Kata الله Subhânahu wa Ta‘âlâ:

أُذِنَ لِلَّذِينَ يُقَاتَلُونَ بِأَنَّهُمْ ظُلِمُوا ۚ وَإِنَّ اللَّهَ عَلَىٰ نَصْرِهِمْ لَقَدِيرٌ ۞ الَّذِينَ أُخْرِجُوا مِن دِيَارِهِم بِغَيْرِ حَقٍّ إِلَّا أَن يَقُولُوا رَبُّنَا اللَّهُ

(arti) _“Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan sungguh Allôh benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu, (yaitu) orang-orang yang telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang dapat dibenarkan, kecuali hanya karena mereka mengatakan: "Robb kami hanyalah Allôh".”_ [QS al-Hajj (22) ayat 39-40].

Maka pada tanggal 12 Romadhôn tahun 2 Hijriyyah tersebut, Baginda Rosûlullôh صلى الله عليه و سلم keluar dari Madînah bersama dengan sekitar 313 orang Shohâbat dari kaum Muhajirîn dan kaum Anshôr.

❕ Yang perlu diketahui adalah bahwa pasukan Baginda Rosûlullôh itu tujuannya adalah untuk mencari rombongan dagang Quraisy (trade caravan) yang baru pulang dari Syâm, yang menurut informasi akan melewati wilayah Madînah. Jadi itu adalah "raiding party", bukan "full battle force" dengan "combat mission". Makanya Baginda Nabî tak membawa pasukan yang berjumlah besar dan peralatan tempur (senjata dan baju tempur) lengkap, tetapi secukupnya saja. Karena misinya hanya membalas perampasan harta yang dilakukan kaum Kâfir Quraisy terhadap harta kaum Muhajirîn di Makkah.

Jadi sekali lagi, pada Romadhôn pertama saja sudah langsung dijalani dengan perjuangan. Bukan hanya sibuk-sibuk di Masjid belaka.

Tidak begitu…!

Padahal Baginda Nabî jelas sudah punya Masjid sendiri di Madînah, sehingga bisa dibilang sudah "aman" untuk ber‘ibadah dan menyelenggarakan kajian ‘ilmu. Para Shohâbat pun sudah aman untuk mencari nafkah, bisa tenang berkeluarga dan mengembangkan keturunan, bahkan bisa santai kongkow-kongkow dengan teman.

Tetapi…

Tidak ada cerita yang kita dengar bahwa Baginda Nabî lantas mengatakan kepada para Shohâbat: "Sibukkan diri kalian dengan ‘ilmu, berapa ribu ayat dan hadîts yang belum kalian hafalkan?!?"

Juga tak ada ceritanya Baginda Nabî mengadakan kajian ‘ilmu dengan judul "Nikmat Aman".

Tidak pernah ada…!

☠ Sebab ‘aqidah yang bisa seperti itu hanyalah ‘aqidah rusak mutant hybrid abominasi "murji-ah ma‘al hukkâm, khowârij ma‘ad du‘ât" yang sesat lagi menyesatkan!

Kenapa…?

Karena bagi orang mu’min itu Dunia ini adalah "penjara".

📌 Kata Baginda Nabî صلى الله عليه و سلم:

الدُّنْيَا سِجْنُ الْمُؤْمِنِ وَجَنَّةُ الْكَافِرِ

(arti) _“Dunia adalah penjara bagi orang mu’min dan Syurga bagi orang yang kâfir.”_ [HR Muslim no 2956; at-Tirmidzî no 2324; Ibnu Mâjah no 4113; Ahmad no 6560, 7939, 8694, 9898].

Orang mu’min itu pasti diuji oleh الله Subhânahu wa Ta‘âlâ.

📌 Kata الله Subhânahu wa Ta‘âlâ:

أَحَسِبَ النَّاسُ أَن يُتْرَكُوا أَن يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ

(arti) _“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka akan dibiarkan begitu saja mengatakan: "kami telah berîmân", sedang mereka tidak diuji lagi?”_ [QS al-Ankabût (29) ayat 2].

Bahkan, orang-orang yang paling berat ujiannya itu adalah para Nabiyullôh dan orang-orang yang mengikutinya dalam menegakkan kebenaran, yaitu agama الله.

Baginda Nabî pernah ditanya tentang siapa orang-orang yang paling berat ujiannya di muka Bumi ini.

📌 Jawab Baginda Nabî صلى الله عليه و سلم:

الأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الأَمْثَلُ فَالأَمْثَلُ فَيُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَإِنْ كَانَ دِينُهُ صُلْبًا اشْتَدَّ بَلاَؤُهُ وَإِنْ كَانَ فِى دِينِهِ رِقَّةٌ ابْتُلِىَ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَمَا يَبْرَحُ الْبَلاَءُ بِالْعَبْدِ حَتَّى يَتْرُكَهُ يَمْشِى عَلَى الأَرْضِ مَا عَلَيْهِ خَطِيئَةٌ

(arti) _“Para Nabî, kemudian yang semisalnya dan semisalnya lagi. Seseorang akan diuji sesuai dengan kondisi keagamaannya. Apabila agamanya kuat (kukuh), maka semakin berat pula ujiannya. Apabila agamanya lemah, maka ia akan diuji sesuai dengan kualitas agamanya. Seorang hamba senantiasa akan mendapatkan cobaan hingga ia berjalan di muka Bumi dalam keadaan bersih dari dosa.”_ [HR at-Tirmidzî no 2398; Ibnu Mâjah no 4023; ad-Dârimî no 2825; Ahmad no 1400, 1412, 1473, 1521].

Jadi kalau ada gerombolan yang mengaku-ngaku: "memurnikan ketauhîdan, menebar cahaya Sunnah dengan pemahaman Salafush-Shôlih", tetapi maunya kajiannya hanya di tempat dingin ber-a/c, yang banyak yang pilihan kulinernya. Sehabis mengaji lalu kongkow-kongkow gossip, dengan obrolan tak lebih dari seputar  perkara selangkangan, janda cantik lagi kaya, kemudian ghîbah.

Tetapi lucunya dengan bangga mengaku-ngaku diri mereka sebagai al-ghuroba’.

Maka sungguh hakikatnya mereka itu cuma "gerobak reyot"…!

⚠ Karena al-Ghuroba’ itu adalah terasing karena ‘aqidah yang lurus, bukan karena adab yang buruk dan tak punya kesantunan.

Al-Ghuroba’ itu adalah orang yang menegakkan Sunnah membela kebenaran pada saat manusia telah rusak, bukan malah abai terhadap kerusakan dengan beralasan "syubhât menyambar-nyambar, sementara hati ini lemah", kemudian meninggalkan amar ma‘rûf nahyi munkar dengan alasan "menjauhi fitnah".

Perhatikan apa kata Imâm Ibnu al-Qoyyim رحمه الله yang dengan cerdik menyindir orang-orang yang berleha-leha padahal tahu bahwa sebenarnya jalan dari para Nabî dan Rosûl itu tak pernah mudah.

📍 Kata Imâm Ibnul Qoyyim رحمه الله: “Wahai orang yang berjiwa banci, di manakah kamu dari jalan para Nabî? Jalan di mana Âdam kelelahan, Nûh mengeluh, Ibrôhîm dilempar ke dalam api, Ismâ‘îl ditelentangkan untuk disembelih, Yûsuf dijual dengan harga murah dan dipenjara selama beberapa tahun, Zakariyyâ digergaji, Yahyâ disembelih, Ayyûb menderita penyakit, Dâwûd menangis melebihi kadar semestinya, ‘Îsâ berjalan sendirian, dan Muhammad صلى الله عليه و سلم mendapatkan kefaqiran dan berbagai gangguan, sementara kamu bersantai-santai ria dan bermain-main???” [lihat: al-Fawâ-id].

❕ Jadi sekali lagi, jalan orang-orang berîmân itu tidak pernah mudah – it has never been and will never be an easy path…!

🔥 Jadi jikalau merasa-merasa diri ada di jalan yang benar menegakkan al-haq, tetapi jalannya adem-ayem, aman dan nyaman saja, maka yakinlah itu telah salah jalan!

Beradalah di sisi kebenaran yang sebenarnya.

Tegakkanlah kebenaran dengan harta, jiwa, dan lisan, dengan akhlâq yang tinggi.

Raihlah pahala ‘amalan tertinggi berjuang di jalan الله pada bulan yang penuh kemuliaan ini.

نَسْأَلُ اللهَ الْسَلَامَةَ وَالْعَافِيَةَ

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rules of Engagement

Selektif Dalam Mencari Guru – Sebuah Tinjauan

Sutroh