Hati-Hati Saat Menerima & Menyebar Berita

Seorang Muslim itu wajib untuk berhati-hati ketika menerima berita, apalagi dari akun-akun yang tak jelas seperti yang mengambil nama manusia mutant berwarna hijau dari komik Marvel itu.

☠ Sebab isinya hanya predikisi / analisa, sedangkan ia seseakun yang tak jelas siapanya, sehingga tak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya.

Bisa jadi memang ada 1 atau 2 berita dan analisanya yang benar, atau terlihat / terasa benar, namun apakah semuanya itu kemudian bisa dianggap sebagai kebenaran yang nyata sehingga pikiran dan hati sanubari kita yakin bahwa ia adalah muthlaq kebenaran yang tak tercampur dengan kedustaan?

⚠ Ingatlah bahwa adalah termasuk adab dari seseorang yang cerdas adalah saat menerima berita yang datang dari orang maka akan dicheck dan dikonfirmasi terlebih dahulu, tidak diterima mentah-mentah begitu saja. Sebab sikap asal-asalan menerima berita itu sangatlah berbahaya dan dapat menjerumuskan seseorang ke dalam dosa. Apalagi jika berita yang diterima mentah-mentah itu dari pemberita yang tidak jelas siapa orangnya dan bagaimana kredibilitasnya.

📌 Kata الله Subhânahu wa Ta‘âlâ:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ

(arti) _“Wahai orang-orang yang berîmân, apabila datang kepadamu orang fâsiq membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu mushibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang kemudian menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”_ [QS al-Hujurôt (49) ayat 6].

⇛ Intinya, الله memperingatkan kita untuk melakukan "check & recheck", tidak gampangan main iya-iya (membenarkan) saja membenarkan suatu berita begitu saja, lalu bertindak atas dasar berita yang tak jelas tersebut sehingga melakukan aksi yang kemudian menjadi penyesalan.

Berita-berita seperti dari akun-akun tak jelas itu sangat berbahaya, sebab ia tercampur antara kebenaran dengan kedustaan. Atau bahkan lebih buruk lagi, pencitraan kebenaran dengan kedustaan, alias full 100% kedustaan.

☠ Ini persis seperti berita yang dicuri-curi Syaithôn dari Langit.

📌 Kata Baginda Nabî صلى الله عليه و سلم:

الْمَلاَئِكَةُ تَتَحَدَّثُ فِى الْعَنَانِ – وَالْعَنَانُ الْغَمَامُ – بِالأَمْرِ يَكُونُ فِى الأَرْضِ ، فَتَسْمَعُ الشَّيَاطِينُ الْكَلِمَةَ ، فَتَقُرُّهَا فِى أُذُنِ الْكَاهِنِ ، كَمَا تُقَرُّ الْقَارُورَةُ ، فَيَزِيدُونَ مَعَهَا مِائَةَ كَذِبَةٍ

(arti) _“Para Malâ-ikat saling berbicara di atas awan dan awan-awan yang gelap tentang berbagai urusan yang akan terjadi di Bumi, kemudian pembicaraan itu didengar oleh Syaithôn-Syaithôn, kemudian Syaithôn-Syaithôn itu membisikkannya pada telinga para dukun sebagaimana botol yang ditiup, di mana Syaithôn-Syaithôn itu menambah urusan yang didengarnya itu dengan 100 kedustaan.”_ [HR al-Bukhôrî no 3288].

⇛ Intinya, ketika 1-2 kebenaran dicampur dengan banyak kedustaan, lalu diterima begitu saja tanpa ada saringan dan check dan recheck, tanpa ada penolakan sedikitpun karena orang seperti sudah tersihir.

🔥 Di situlah akhirnya yang menyebabkan orang lain menjadi korban, atau malah dirinya sendiri yang menjadi korban.

❗ Berjuang itu wajib bagi setiap pribadi yang mengaku muslim, namun ia harus dilakukan dengan cara yang benar, cara yang baik, serta dengan perhitungan. Sebab kebenaran tidak bisa ditegakkan dengan cara-cara yang bâthil seperti dengan kedustaan atau fitnah.

☠️ Maka dari itu, janganlah karena keluguan dalam menerima berita, malah menjadi penebar kedustaan. Takutlah akan adzab kubur bagi para penebar kedustaan.

📌 Kata Baginda Nabî صلى الله عليه و سلم:

لَكِنِّي رَأَيْتُ اللَّيْلَةَ رَجُلَيْنِ أَتَيَانِي فَأَخَذَا بِيَدِي ، فَأَخْرَجَانِي إِلَى الأَرْضِ الْمُقَدَّسَةِ ، فَإِذَا رَجُلٌ جَالِسٌ ، وَرَجُلٌ قَائِمٌ بِيَدِهِ كَلُّوبٌ مِنْ حَدِيدٍ ـ قَالَ بَعْضُ أَصْحَابِنَا عَنْ مُوسَى إِنَّهُ ـ يُدْخِلُ ذَلِكَ الْكَلُّوبَ فِي شِدْقِهِ ، حَتَّى يَبْلُغَ قَفَاهُ ، ثُمَّ يَفْعَلُ بِشِدْقِهِ الآخَرِ مِثْلَ ذَلِكَ ، وَيَلْتَئِمُ شِدْقُهُ هَذَا ، فَيَعُودُ فَيَصْنَعُ مِثْلَهُ‏.‏ قُلْتُ مَا هَذَا … قَالاَ نَعَمْ ، أَمَّا الَّذِي رَأَيْتَهُ يُشَقُّ شِدْقُهُ فَكَذَّابٌ يُحَدِّثُ بِالْكَذْبَةِ ، فَتُحْمَلُ عَنْهُ حَتَّى تَبْلُغَ الآفَاقَ ، فَيُصْنَعُ بِهِ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ‏

(arti) _“Tetapi aku tadi malam bermimpi tentang dua orang Malâ-ikat yang mendatangiku kemudian keduanya memegang tanganku lalu membawaku ke al-Muqoddasah (negeri yang disucikan), ternyata di sana ada seorang laki-laki sedang duduk dan yang satunya lagi sedang berdiri yang di tangannya memegang sebatang besi yang ujungnya bengkok (kait) - kait besi tersebut dimasukkan ke dalam satu sisi mulut  orang yang sedang duduk itu hingga menembus pangkal rahangnya. Kemudian dilakukan hal yang sama terhadap sisi mulut yang satunya lagi, sementara sisi yang tadi telah rusak ternyata telah menjadi utuh kembali, maka kemudian kait tadi dimasukkan kembali ke sisi (yang sudah utuh) itu lagi, dan begitu seterusnya berulang-ulang. Nabî bertanya: "Apa ini maksudnya?" … Kata (Malâ-ikat): "Baiklah, adapun orang yang kamu lihat mulutnya dirobek dengan kait besi itu adalah seorang pendusta dan biasa berdusta, ia menebar kedustaan hingga orang pun menyebarkan kedustaannya tersebut sampai ke Cakrawala. Jadi ia akan disiksa seperti itu hingga Hari Qiyâmat."”_ [HR al-Bukhôrî no 1386].

⇛ Itulah adzab kubur bagi seorang seorang pendusta dan penebar kedustaan, mulutnya dicabik dengan kait besi dari sebelah sisi hingga pangkal rahang, lalu dicabik lagi sisi yang satunya. Namun sebelum sisi yang satunya selesai dicabik, ternyata sisi yang telah tercabik sebelumnya, sudah utuh kembali. Maka proses pencabikan itupun diulang ke sisi yang tadi, dan begitu seterusnya berulang-ulang sampai Hari Qiyâmat.

Perhatikan tentang jawaban siapa dia yang disiksa sedemikian rupa itu…

⇨ Yaitu pendusta yang menebarkan kedustaan, di mana orang menebar kedustaannya tersebut hingga mencapai Cakrawala!

Luar biasa bukan?

Cakrawala itu jarak yang sangat jauh! Tetapi Baginda Nabî telah menyebutkan lebih 1.400 tahun lalu bahwa ada yang menebar kedustaan sebegitu cepat dan menyebar sedemikian jauhnya. Maka di Zaman Now terbukti kebenaran perkataan Baginda Nabî tersebut…!

Click copy, click paste, click post…
Atau malah langsung click share / forward…

Dan beritanya pun menyebar ke seluruh penjuru Dunia melalui jaringan internet at the speed of fibre optic light and cellular wave…!

سُبْحَانَ اللهُ  

Last but never the less…

❗ Tidak semua berita yang didengar itu layak untuk disebar ulang, karena bisa jadi itu benar tetapi ia adalah ghîbah, atau malah menyebabkan kepanikan dan kemudhorotan yang besar.

📌 Kata Baginda Nabî صلى الله عليه و سلم:

كَفَى بِالْمَرْءِ كَذِبًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ

(arti) _“Cukuplah seseorang dikatakan sebagai pendusta apabila ia menceritakan semua apa yang didengarnya.”_ [HR Muslim no 5; Abû Dâwud no 4992].

Berhati-hatilah dalam menyebar berita.

نَسْأَلُ اللهَ الْسَلَامَةَ وَالْعَافِيَةَ

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rules of Engagement

Selektif Dalam Mencari Guru – Sebuah Tinjauan

Sutroh