Ojo Kagetan, Ojo Gumunan

Orang Jawa itu, punya beberapa falsafah hidup yang salah satunya adalah: "ojo kagetan, ojo gumunan".

Artinya kira-kira: jangan gampang terkaget-kaget / terkejut, jangan gampang merasa heran / takjub.

Ayah mertua saya pernah menerangkan tentang falsafah "Ojo Kagetan, Ojo Gumunan" tersebut, di mana ojo kagetan itu dimaknai sebagai sikap tawakkal terhadap taqdir kekuasaan Robb Alam Semesta, sehingga tak berbesar kepala saat menyikapi keberhasilan, sekaligus juga tak mudah berputus-asa saat menghadapi kegagalan. Intinya adalah mengîmâni taqdir, bahwa segala sesuatu di Alam Semesta ini sudah ditentukan dan dicatatkan oleh Robb Yang Maha Mencipta, sehingga selalu sadar bahwa semua kejadian adalah taqdir Robb Semesta Alam. Sikap ojo kagetan mendidik kita untuk tidak latah berandai-andai: "aduhai, seandainya tadi demikian… maka akan demikian…", serta tidak gampang menuduh orang lain: "ini pasti gara-gara si Anu… makanya begitu…", tidak gampang mengutuk dan tidak gampang takabur.

"Ojo Gumunan" adalah sebuah falsafah untuk menyikapi peristiwa hidup dengan bijak, arif, jauh dari prasangka. Seseorang itu harus mengambil sikap yang wajar sesuai dengan proporsinya dan tak berlebihan. Sikap ojo gumunan mengingatkan kita untuk selalu eling dan waspada, karena banyak hal yang terlihatnya baik dan manis, namun ternyata acapkali menjerumuskan manusia ke situasi yang merusak lagi buruk. Sebaliknya juga begitu, jangan langsung takut ketika sekilas melihat hal-hal yang terlihat buruk dan pahit, ternyata sebenarnya baik. Intinya, tetap menggunakan akal sehat dan hati nurani yang lurus kemudian meminta petunjuk Robb Yang Maha Tahu dalam mempertimbangkan pilihan hidup.

Falsafah ini sangat luar biasa, dan itu jadi falsafah hidup kesehariannya masyarakat Jawa.

Apabila ordinary people saja wajib memiliki sikap tersebut dalam pandangan orang Jawa, maka apalagi bagi seorang leader?

Tentunya sikap "ojo kagetan, ojo gumunan" itu adalah sikap yang sangat penting sekali dimiliki oleh seorang leader, especially leader of a nation, dan hal itu dicontohkan pula oleh junjungan kita, Baginda Nabî صلى الله عليه و سلم.

Perhatikan sebuah kisah berikut ini yang diriwayatkan dari Shohâbat Anas ibn Mâlik رضي الله عنه.

📌 Kata Anas ibn Mâlik رضي الله عنه:

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم أَحْسَنَ النَّاسِ ، وَأَجْوَدَ النَّاسِ ، وَأَشْجَعَ النَّاسِ ، قَال َ: وَقَدْ فَزِعَ أَهْلُ الْمَدِينَةِ لَيْلَةً سَمِعُوا صَوْتًا ، قَالَ : فَتَلَقَّاهُمُ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم عَلَى فَرَسٍ لأَبِي طَلْحَةَ عُرْىٍ ، وَهُوَ مُتَقَلِّدٌ سَيْفَهُ فَقَالَ ‏:‏ لَمْ تُرَاعُوا ، لَمْ تُرَاعُوا ‏،‏ ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم ‏:‏ وَجَدْتُهُ بَحْرًا ‏،‏ يَعْنِي الْفَرَسَ

(arti) _“Adalah Rosûlullôh sholâllôhu ‘alayhi wa salam orang yang paling tampan, paling dermawan, dan paling berani di antara manusia. Suatu ketika penduduk Madînah menjadi ketakutan karena mendengar suara yang sangat keras di tengah malam. Langsung Nabî sholâllôhu ‘alayhi wa salam mendatangi mereka dengan menunggangi tanpa pelana kuda milik Abû Tholhah dengan pedang terselip di punggung Beliau. Kata Nabî kepada mereka: "Jangan takut! Jangan takut!", kemudian Beliau mengatakan: "Sungguh ini kuda ini sangat cepat larinya" (padahal kuda milik Abû Tholhah itu sebelumnya adalah kuda yang lamban larinya -pent)."_ [HR al-Bukhôrî no 2908, 2969, 3040; Muslim no 2307].

‼️ Perhatikan, ternyata Baginda Nabî malah telah kembali dari memeriksa apa yang terjadi, di mana dengan cool-nya Baginda Nabî menghadapi situasi genting tersebut sendirian, siap dengan pedang di punggung, dan kemudian kembali mendatangi para Shohâbat yang tengah berkumpul untuk menenangkan mereka setelah ternyata tak ada apa-apa.

Begitulah yang dicontohkan oleh sebaik-baik leader yang pernah berjalan di atas muka Bumi ini…!
✓ Tidak mudah kagetan dan tidak mudah heran.
✓ Langsung turun terdepan ketika keadaan genting dan siap dengan kemungkinan terburuk.
✓ Menenangkan rakyatnya.

Bukan yang dikit-dikit kaget, dikit-dikit heran, seperti:
- Para sopir truck dipalakin dan dipungli, terus kaget.
- Pengusaha anak negeri menguasai retail di negeri tetangga, terus kaget.
- Ketemu mantan gurunya, terus kaget.
- Nelayan perempuan menangkap buaya, terus kaget.
- Anaknya mau jadi penjual martabak, terus kaget.
- Perusahaan minyak tidak pernah eksplorasi besar sejak 70 tahun, terus kaget.
- Ojol tarifnya terlalu murah, terus kaget.
- Masjid di RRC ada 23 ribu, terus kaget.
- Ada fotonya lagi minum jamu di Museum Jamu, terus kaget.
- Renovasi kompleks stadion olah raga hasilnya memuaskan, terus kaget.
- Ada domba harganya puluhan juta, terus kaget.
- Car Free Day di kampungnya ternyata sekarang ramai, terus kaget.
- Ada ratusan galangan kapal di sebuah pulau industri, terus kaget.
- Dapat score lumayan di lomba panahan, terus kaget.
- Banyak orang yang dirawat karena kabut asap kebakaran hutan, trus kaget.
- Dan lain-lain kekagetan-kekagetannya yang bisa digoogling sendiri…

Semoga الله Subhânahu wa Ta‘âlâ mengaruniakan Ummat Islâam leader yang tak gampang kagetan dan tak gampang terheran-heran.

#2019PresidenBaru

نَسْأَلُ اللهَ الْسَلَامَةَ وَالْعَافِيَةَ

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rules of Engagement

Selektif Dalam Mencari Guru – Sebuah Tinjauan

Sutroh