Memakai Barang Mewah & Branded = Sombong?

Sombong itu bukanlah karena suka memakai barang branded berkelas atau mewah yang berharga mahal…

Tidak, bukan itu…

Sebab ternyata Allōh ﷻ senang tanda nikmatnya tampak pada diri hamba-Nya.

📌 Kata Baginda Nabī ﷺ:

إِنَّ اللَّهَ يُحِبَّ أَنْ يُرَى أَثَرُ نِعْمَتِهِ عَلَى عَبْدِهِ

(arti) _“Sungguh-sungguh Allōh suka melihat terlihatnya nikmat Allōh pada hamba-Nya.”_ [HR at-Tirmidzī no 2819; Ahmad no 7759].

Jadi bukan berarti memakai jam Rolex, bermobil Mercedes, sepatu Prada, tas LV, kacamata Oakley, hape iPhone 13 ProMax, lantas jadi sombong ya… tidak begitu juga…

Karena hakikat dari kesombongan itu adalah…

📌 Kata Baginda Nabī ﷺ:

الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ

(arti) _“Kesombongan itu adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia.”_ [HR al-Bukhōrī , Adabul-Mufrod no 556; Muslim no 91; Abū Dāwūd no 4092; at-Tirmidzī no 1999; Ahmad no 3600].

‼️ Jadi yang namanya kesombongan itu adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia.

Contoh kesombongan itu mahkluq yang bernama Iblīs. Dulu, sebelum diciptakan Nabī Ādam عليه السلام, Iblīs itu dikenal sebagai makhluq yang sangat shōlih lagi sangat ta'at kepada Allōh ﷻ. Bahkan Iblīs itu disebutkan dalam riwayat "kelasnya" sudah bersama dengan para Malā-ikat di Langit.

☠ Kesalahan Iblīs akarnya adalah: "sombong", ia merasa dirinya lebih baik daripada Ādam karena penciptaan dirinya adalah dari api, sedangkan Ādam adalah dari tanah. Akibat kesombongannya itu, maka timbullah rasa hasad dalam diri Iblīs, ia merasa lebih baik daripada Ādam, sehingga ia merasa tak pantas Ādam mendapat keutamaan dibanding dirinya. Karena shifat sombong yang menimbulkan hasad itu, Iblīs nekad berani durhaka menolak perintah langsung dari Allōh ﷻ Robbul-‘Ālamīn untuk bersujud kepada Ādam.

📌 Kata Allōh ﷻ di dalam firman-Nya mengisahkan:

وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلاَئِكَةِ اسْجُدُوا لأَدَمَ فَسَجَدُوا إِلاَّ إِبْلِيسَ أَبَى وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الكَافِرِينَ

(arti) _“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para Malā-ikat: "Sujudlah kalian kepada Ādam!", maka bersujudlah mereka semua kecuali Iblīs, ia enggan dan sombong, dan ia termasuk golongan orang-orang yang kāfir.”_ [QS al-Baqoroh (2) ayat 34].

Luar biasa nekad bukan?

Iblīs berani menolak perintah langsung Allōh ﷻ! Semua adalah akibat ia dikuasai rasa sombong, sehingga ia menolak kebenaran, yaitu perintah Allōh ﷻ Robbul ‘Ālamīn yang Maha Benar!

☠ Bahkan Iblīs terus menyombongkan dirinya dengan menantang Allōh ﷻ bahwa ia akan menyesatkan anak-keturunannya Ādam karena Allōh ﷻ telah memvonis dirinya sesat.

📌 Kata Allōh ﷻ di dalam firman-Nya mengisahkan:

قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ ۝ ثُمَّ لَآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ ۖ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ

(arti) _“(Iblīs) Menjawab: "Dikarenakan Engkau telah menghukumi saya sesat, maka saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan-Mu yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari depan dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka, dan Engkau takkan mendapati kebanyakan dari mereka bersyukur!"”_ [QS al-A‘rōf (7) ayat 16-17].

‼️ Namun perhatikan, walau Iblīs itu telah nekad durhaka kepada Allōh ﷻ, tetapi ia masih berdo'a kepada Allōh ﷻ [lihat: QS al-A‘rōf ayat 14-15, QS Shōd ayat 78], Iblīs masih bersumpah dengan kemuliaan Allōh ﷻ [lihat: QS Shōd ayat 82].

🔥 Maka bayangkan betapa buruknya manusia yang tidak mau untuk berdo'a kepada Allōh ﷻ, atau bersumpah bukan atas nama Allōh ﷻ???

نَعُوْذُبِاللهِ مِنْ ذَلِكَ

Kembali ke perkara memakai barang mewah, maka memakai barang mewah dan branded itu bukan sombong ya, kecuali:

❌ ia memakai barang mewah dan branded itu dengan niyat meninggikan dirinya di hadapan manusia lain,

atau:

❌ berlebih-lebihan sehingga jadi mubadzīr.

Tentang berlebih-lebihan ini jelas larangannya di dalam Islām.

📌 Kata Allōh ﷻ di dalam firman-Nya:

يَا بَنِي آَدَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ

(arti) _“Wahai anak Ādam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) Masjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sungguh-sungguh Allōh tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.”_ [QS al-A‘rōf (7) ayat 31].

☠ Bahkan di dalam ayat suci yang lain, Allōh ﷻ mengaitkan berlebih-lebihan itu dengan pemborosan (mubadzīr), sedangkan para pemboros itu adalah saudara dari Syaithōn!

📌 Kata Allōh ﷻ di dalam firman-Nya:

وَآَتِ ذَا الْقُرْبَى حَقَّهُ وَالْمِسْكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَلَا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا ۝ إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِرَبِّهِ كَفُورًا

(arti) _“Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang di dalam perjalanan, dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sungguh-sungguh pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara Syaithōn, sedangkan Syaithōn itu adalah sangat ingkar kepada Robb-nya.”_ [QS al-Isrō’ (17) ayat 26-27].

Baginda Nabī ﷺ juga melarang berlebih-lebihan itu dan mengaitkannya dengan sombong.

📌 Kata Baginda Nabī ﷺ:

كُلُوا وَاشْرَبُوا وَالْبَسُوا وَتَصَدَّقُوا ، فِى غَيْرِ إِسْرَافٍ وَلاَ مَخِيلَةٍ

(arti) _“Makan dan minumlah, berpakaianlah, dan bershodaqohlah tanpa bersikap berlebih-lebihan dan sombong.”_ [HR an-Nasā-ī no 2559; Ahmad no 6408, 6421].

Bahkan Baginda Nabī ﷺ menasihati tentang keutamaannya keutamaan agar berlaku sederhana.

📌 Kata Baginda Nabī ﷺ:

مَنْ تَرَكَ اللِّبَاسِ تَوَاضُعًا لِلَّهِ وَهُوَ يَقْدِرُ عَلَيْهِ دَعَاهُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى رُءُوسِ الْخَلاَئِقِ حَتَّى يُخَيِّرَهُ مِنْ أَىِّ حُلَلِ الإِيمَانِ شَاءَ يَلْبَسُهَا

(arti) _“Siapa saja yang meninggalkan pakaian (yang bagus -pent) disebabkan tawādhu‘ (merendahkan diri -pent) di hadapan Allōh sedangkan ia sebenarnya mampu, niscaya Allōh akan memanggilnya pada Hari Qiyāmat di hadapan segenap makhluq dan ia disuruh memilih jenis pakaian mana saja yang ia kehendaki untuk dikenakan.”_ [HR at-Tirmidzī no 2481; Ahmad no 15078].

Kita berdo'a:

اَللّٰهُمَّ أَحْيِنِي مِسْكِيْنًا ، وَأَمِتْنِي مِسْكِينًا ، وَاحْشُرْنِي فِيْ زُمْرَةِ الْمَسَاكِيْنِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
{allōHumma ahyinī miskīnan, wa amitnī miskīnan, wahsyurnī fī zumrotil-masākīn yaumal-qiyāmaH}

(arti) _“Wahai Allōh, hidupkanlah aku dalam keadaan miskin (khusyu’ dan rendah hati -pent), dan matikanlah aku dalam keadaan miskin (khusyu’ dan rendah hati -pent), dan kumpulkanlah aku (pada Hari Qiyāmat) dalam rombongan orang-orang yang miskin (khusyu’ dan rendah hati -pent).”_

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rules of Engagement

Selektif Dalam Mencari Guru – Sebuah Tinjauan

Sutroh