Syurga di Bawah Telapak Kaki Ibu

Sedang viral chat WA dari ibu (yang bermaksiyat dengan menantunya) kepada putri kandungnya yang meminta agar hubungan mereka kembali baik lagi dengan menyitir hadīts "Syurga di bawah telapak kaki Ibu".


❓ Maka tentu pertanyaannya adalah bagaimana petunjuk Syari‘at Islām tentang hal ini…?

Jawabannya sangat jelas, yaitu…

📌 Firman Allōh ﷻ‎:

وَوَصَّيْنَا الْإِنسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ ۝‎ وَإِن جَاهَدَاكَ عَلَىٰ أَن تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا وَاتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَيَّ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ ۝‎

(arti) _“Dan Kami perintahkan kepada manusia (untuk berbuat baik) kepada kedua orang ibu-bapaknya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang ibu-bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. Dan apabila keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tiada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di Dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Aku beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.”_ [QS Luqmān (31) ayat 14-15].

⚠️ Berdasarkan firman Allōh ﷻ‎ pada ayat suci di atas, maka SEKALIPUN orangtua menyuruh anaknya untuk mempersekutukan Allōh ﷻ‎ – yang mana kita tahu bahwa tiada dosa yang lebih besar daripada kesyirikan, dosa yang takkan diampuni jika tak sempat bertaubat – maka si anak TETAP DILARANG untuk memperlakukan kedua orangtuanya dengan cara yang buruk.

Maka apalagi dosa yang di bawah (kesyirikan) itu? Tentunya lebih tak boleh lagi memperlakukan orangtua dengan cara buruk, bukan…?!

❔ Tetapi bukankah sangat berat bersikap baik begitu? Bukankah sangat sakit rasa hati dengan perbuatannya itu?

Silakan perhatikan lalu resapi baik-baik QS Luqmān ayat 15 itu… karena yang namanya jalan keta'atan kepada Allōh itu tak pernah mudah, sebab balasannya adalah Syurga-Nya yang kenikmatannya takkan pernah bisa terbayangkan oleh akal & pikiran kita.

‼️ Intinya, apapun dosa yang diperbuat oleh orangtua, seorang anak TETAP WAJIB mempergauli keduanya dengan cara yang baik (walau tak boleh menta'ati perintah / permintaan maksiyatnya tersebut).

❓ Bagaimana dengan "Syurga di bawah telapak kaki Ibu?"

Kalimat tersebut memang ada di dalam sebuah hadīts mulia yang diriwayatkan oleh Imām an-Nasā-ī bahwa Shohābat Mu‘āwiyah ibn Jāhimah as-Sulamī رضي الله تعالى عبه pernah mendatangi Baginda Nabī ﷺ‎ untuk meminta petunjuk Baginda Nabī terhadap keinginannya untuk ikut dalam jihād tempur. Lalu Baginda Nabī ﷺ‎ bertanya kepadanya apakah ibunya masih ada, yang dijawabnya "iya", maka…

📌 Baginda Nabī ﷺ bersabda:

فَالْزَمْهَا ، فَإِنَّ الْجَنَّةَ تَحْتَ رِجْلَيْهَا

(arti) _“Tetaplah membersamainya, karena sungguh-sungguh Syurga ada di bawah kedua kakinya.”_ [HR an-Nasā-ī no 3104 ~ dinilai shohīh al-Ḥakim, adz-Dzahabī, al-Mundzirī, al-Haitsamī, dan al-Albānī].

‼️ Para ‘ulamā’ menerangkan bahwa makna dari "Syurga di bawah telapak kaki ibu" itu adalah kewajiban seorang anak untuk selalu bersikap merendahkan dirinya di hadapan ibu kandungnya, mena'atinya dalam kaitan berbhakti kepadanya, dan tak menyelisihinya kecuali pada perkara yang diharōmkan oleh agama, yang mana keseluruhannya itu menjadi sebab untuk memasukkan seseorang ke dalam Syurga-Nya.

✅ Jadi tetap pergauli orangtua dengan cara yang baik, apapun juga perbuatannya.

Demikian, semoga dapat dipahami.

ٱللّٰهُمَ اغْفِرْ لِيْ وَلِوَالِدَيَّ وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِيْ صَغِيْرَا
{allōhummaghfirlī wa li wālidayya warḥamhumā kamā robbayānī shoghīrō}

(arti) _“Wahai Allōh, ampunilah dosaku dan (dosa) kedua orangtuaku. Sayangilah keduanya sebagaimana keduanya menyayangiku di waktu aku masih kecil.”_

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rules of Engagement

Selektif Dalam Mencari Guru – Sebuah Tinjauan

Sutroh