DNA

DNA (deoxyribo nucleic acid) adalah "manual genetik" yang berisi instruksi untuk protein yang menyusun dan memberi daya pada tubuh seluruh makhluq hidup, dari virus sampai dinosaurus.


Hampir setiap sel di dalam tubuh seseorang memiliki DNA yang sama. Sebagian besar DNA terletak di inti sel (yang disebut Nuclear DNA), akan tetapi sejumlah kecil DNA juga dapat ditemukan di Mitochondria (yang disebut Mitochondrial DNA atau mtDNA). Mitochondria adalah struktur di dalam sel yang mengubah energi yang terkandung dalam makanan menjadi sesuatu yang dapat digunakan oleh sel.

Informasi dalam DNA disimpan sebagai kode yang terdiri dari empat senyawa basa kimia, yaitu: Adenin (A), Guanine (G), Cytosine (C), dan Thymine (T). DNA manusia terdiri dari sekitar 3 milyar basa kimia, di mana lebih dari 99,9% tersebut sama pada semua orang. Urutan dari basa-basa ini menentukan informasi yang tersedia untuk membangun dan memelihara suatu organisme, serupa dengan cara munculnya huruf alfabet dalam urutan tertentu untuk membentuk kata dan kalimat.

Oleh para ilmuwan, dari sekira 3milyar basa kimia itu, kurang dari 2% DNA kita yang benar-benar mengkodekan "siapa kita", sedangkan sisanya – 98,5% dari urutan DNA – dijuluki oleh para ahli "Junk DNA" karena dianggap tidak berguna.

Kenapa para ahli mengatakan 98,5% urutan DNA kita sebagai "sampah", karena dengan makhluq lain kita berbagi kesamaan urutan DNA, yaitu:
- Simpanse 98,8% DNA,
- Anjing 94,%,
- Kucing 93%,
- Sapi 80%
- Lalat buah 60%

Namun hal yang penting untuk diperhatikan adalah walau "secara genetik mirip dengan sesuatu" adalah berbeda dengan "berbagi DNA yang sama". Itu karena gen (bagian dari DNA yang bertanggung jawab untuk membuat protein) hanya berjumlah hingga 2% saja dari keseluruhan DNA kita, sedangkan genome kita lainnya terdiri dari apa yang disebut para ilmuwan sebagai "Non-Coding DNA".

Jadi, meskipun sapi 80% mirip secara genetik dengan manusia, tetapi hanya 1,6% dari DNA manusia yang sama dengan sapi.

Siapapun yang mempelajari DNA pasti mau tak mau ia akan mengakui keMaha Agungan penciptanya, yaitu Allōh ﷻ‎. Sebab DNA itu memiliki kapasitas data yang luar biasa hebat, di mana 1 Gram dapat menyimpan data hingga 455milyar gigabyte.

Berapa banyak 455milyar gigabyte itu…?

Well, bayangkan anda punya 100milyar keping DVD, nah itulah data yang bisa disimpan dalam 1 Gram DNA…!!!

Iya, dalam 1 Gram loh…

Super duper cool ya…?!?

Jadi sebenarnya DNA itu bisa menjelaskan sangat banyak hal, namun ‘ilmu kita saja yang belum sampai. Kalau ilmuwan mengatakan ada "Junk DNA", maka itu karena mereka saja yang belum menemukan apa gunanya. Kata mendiang Ayahanda saya roḥimahullōh, pengetahuan dan keahlian nenek moyang kita itu kemungkinan besar diturunkan lewat DNA. Makanya kita temui ada keluarga turun temurun seniman, ada keluarga turun temurun dokter / tabib, ada keluarga turun temurun pendekar. Itu bukan hanya karena lingkungan yang membentuk, tapi faktor genetika juga berperan.

Seperti kita ketahui, DNA kita itu utamanya diturunkan dari garis ayah, maka ketika saya bertemu dengan ḥadits mulia tentang keturunan dari para Nabiyullōh di mana kata Baginda Nabī ﷺ‎:

الْأَنْبِيَاءُ إِخْوَةٌ مِنْ عَلَّاتٍ وَأُمَّهَاتُهُمْ شَتَّى وَدِينُهُمْ وَاحِدٌ
 
(arti) _“Para nabī itu adalah saudara dari satu ayah dengan ibu yang berbeda-beda, sementara agama mereka satu.”_ [HR al-Bukhōrī no 3433; Muslim no 2365; Aḥmad no 7900, 9868, 10558].

Maka saya pun terdiam, dan langsung terpikir bahwa kemungkinan besar salah satu makna ḥadits ini adalah tentang DNA…!

Alasannya: jelas para Nabiyullōh itu memiliki kemampuan fisik yang terbaik, kecerdasan yang jauh di atas manusia biasa, pokoknya top banget lah shifatnya, dan adanya "cap kenabian" di pundak kiri mereka. Para Nabiyullōh itu adalah manusia-manusia utama pilihan, dan tentunya kita yakin bahwa Allōh ﷻ‎ telah memilihkan pula DNA mereka dari DNA yang terbaik.

Demikian lintasan pemikiran sore ini. Silakan kalau ingin diskusi.

نسأل الله السلامة والعافية في الدنيا والآخرة

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rules of Engagement

Selektif Dalam Mencari Guru – Sebuah Tinjauan

Sutroh