Bakar Buku = Freedom of Speech?

"Dort wo man bücher verbrennt, verbrennt man auch am ende menschen" – Henrich Heine


Pada tahun 1822, Christian Johann Heinrich Heine seorang sastrawan Jerman keturunan Yahūdi mengatakan kalimat di atas (di dalam karyanya Almansor) yang terjemahan bebasnya adalah: "Di mana mereka membakar buku-buku, mereka akan pada akhirnya membakar manusia juga".

Setelah Rasmus Paludan membakar al-Qur-ān di depan KeduBes Turkiy di kota Stockholm, Denmark, pada hari Sabtu (22/I), kemudian diikuti pula oleh Edwin Wagensveld yang merobek al-Qur-ān di kota Den Haag, Belanda pada hari Aḥad (23/I), di mana kedua-duanya malah mendapatkan pengawalan dari Polisi setempat. Maka pertanyaannya adalah, "apakah itu sekedar pernyataan kebebasan berpendapat saja, atau mungkinkah akan berlanjut ke hal lain?"

Terus terang terasa sekali bahwa itu bukan sekedar pernyataan pendapat, tetapi memang kebencian itulah yang ada di hati orang-orang kāfir Ahlul-Kitāb, sebagaimana telah Allōh ﷻ‎ peringatkan di dalam firman-Nya.

📌 Kata Allōh ﷻ‎ di dalam firman-Nya:

قَدْ بَدَتِ الْبَغْضَاءُ مِنْ أَفْوَاهِهِمْ وَمَا تُخْفِي صُدُورُهُمْ أَكْبَرُ

(arti) _“Sungguh telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan di dalam hati mereka adalah jauh lebih besar lagi.”_ [QS Āli ‘Imrōn (3) ayat 118].

Itu semua karena kaum Muslimīn tidak mengikuti jalan hidup mereka.

📌 Kata Allōh ﷻ‎ di dalam firman-Nya:

وَلَن تَرْضَىٰ عَنكَ الْيَهُودُ وَلَا النَّصَارَىٰ حَتَّىٰ تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ

(arti) _“Selamanya orang-orang Yahūdi dan Nashrōnī takkan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti millah mereka.”_ [QS al-Baqoroh (2) ayat 120].

Mari kita lihat siap-siapa saja di dalam sejarah yang kerjanya membakari buku-buku?

Kaisar Qin Shi Huang di China yang hidup di Abad III BCE yang membakari buku-buku filosofi, dan diduga menyebabkan kematian jutaan orang dengan perang penaklukkan dan pembangunan "The Great Wall"-nya.

Kaisar Diocletian di Roma di Abad IV CE, yang awalnya membakari Injīl lalu kemudian membakari kaum Nashrōnī.

Kaisar Theodosius I di Abad IV yang memerintahkan untuk membakar buku-buku di Perpustakaan Alexandria, di mana peristiwa ini diikuti dengan pembantaian (salah satunya yang ikut tewas adalah ilmuwan perempuan Hypatia).

Hulagu Khan di Abad XIII yang memerintahkan membakar buku-buku di Perpustakaan Besar Bahgdad, sekaligus membantai sekira 1.000.000 orang penduduk Baghdad.

Sebenarnya ada banyak lagi kisah pembakaran buku di masa lalu, dan tentunya di masa modern, yang paling terkenal adalah pembakaran buku oleh rezim Nazi-nya Hitler yang kemudian berakhir dengan Perang Dunia II yang mengakibatkan tewasnya puluhan juta jiwa manusia.

Oya, jangan lupa peristiwa pembakaran buku pada masa "Great Proletarian Cultural Revolution"nya Mao Ze-Dong di 1966-1976 yang mengakibatkan tewasnya ratusan ribu orang.

Jadi, ya memang kelakuan bakar-bakar buku, apalagi dilindungi oleh otoritas keamanan dengan dalih "freedom of speech", adalah sama sekali bukan bagian dari kebebasan berbicara, tetapi kebencian yang nyata, dan ini sangat mengkhawatirkan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rules of Engagement

Selektif Dalam Mencari Guru – Sebuah Tinjauan

Sutroh