Jilbab, Nasionalisme, & Respect

Lagi-lagi jilbab dipermasalahkan gara-gara seorang perempuan ditegur seorang jamā‘ah. Teguran itu sebenarnya hanya sekedar isyarat supaya menutupi rambut, tapi si perempuan itu membuatnya seolah-olah ia telah dizhōlimi sangat, lalu si perempuan itu baper dan bikin video dan membawa-bawa identitas nasional segala.

Subḥānallōh… benar-benar playing victim yang sangat menjijikkan…!

Saya jadi bertanya (lagi-lagi), kenapa yang digembar-gemborkan oleh so-called "Gerakan Nasional Kembali ke Busana Nasional Identitas Bangsa" itu hanyalah pakaian kebaya yang terbuka dan tidak menutup aurōt…?

Apakah yang lain tidak nasionalis gitu… kenapa nasionalisme dikaitkan dengan cara berpakaian…?

Apakah berani menuduh dua perempuan mulia yang fotonya saya tampilkan di sini tidak nasionalis…?

Ini adalah: Syaikhoh Rahmah el-Joenoesiah رحمها الله تعالى.


Beliau adalah tokoh pendidikan asal Ranah Minang yang dikukuhkan sebagai "Syaikhoh" (professor tertinggi perempuan) yang pertama di Universitas al-Azhar (Mesir).

Adapun yang ini adalah: Rangkayo Rasoena Said رحمها الله تعالى.


Beliau adalah tokoh pendidikan dan seorang jurnalis asal Ranah Minang yang merupakan pendiri dari Persatuan Muslimin Indonesia.

Keduanya punya prestasi yang diakui oleh Dunia Internasional, dan keduanya adalah pejuang kemerdekaan RI yang mendapatkan penghargaan dan pengakuan dari Pemerintah Republik Indonesia.

Lantas apakah karena pakaian mereka yang berjilbab itu berani memvonis tidak nasionalis…?

Siape elooo…???

Nasionalisme itu adanya di dada, dan di ‘amal yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Bukan di pakaian. Sebab kalau pakaian yang jadi standar nasionalisme, maka apakah Bung Karno & Bung Hatta ketika membacakan teks Proklamasi memakai pakaian asli Nusantara? Tidak, mereka pakai baju jas!

Lagian kenapa sih ribut banget dengan masuk Masjid menutup rambut? Kenapa kalau ke Bali masuk Pura disuruh pakai sarung tidak pada ribut?

Oya, dulu Michelle Obama saat mengunjungi Masjid Istiqlal saja memakai scarf yang menutupi kepalanya kok?


Nggak ada ia ribut, padahal ia adalah istri the most powerful man in the world. 

Atau ini, Queen Elizabeth II of England saat mengunjungi Masjid di Abu Dhabi.


Atau ini, Queen Beatrix of Netherland di Muscat, Oman.


Atau ini, Queen Mathilde of Belgium juga di Muscat, Oman.


Mereka semua orang-orang hebat, istri presiden, bahkan ratu yang Kepala Negara!

Bahkan ini Brigitte Macron juga menutupi kepalanya saat berkunjung ke Masjid di Abu Dhabi.


Tahu dong bagaimana chauvinistic-nya orang Prancis itu dan bagaimana mereka allergy sama Islām? Tapi tetap tuh dia tutup kepalanya.

Mereka semua itu kāfir, but they donned hat and scarf out of respect to the Mosque…!

Lah ini retjehan yang nggak jelas saja berisik sangat…? Disgusting…!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rules of Engagement

Selektif Dalam Mencari Guru – Sebuah Tinjauan

Penguasa Zhōlim Belum Tentu Cerminan Rakyat Yang Buruk