Adab Kalah Dengan Kemajdzuban?
Ketika menyaksikan video viral dari seorang ustādz muda yang nir-adab terhadap seorang habib tua, di mana si ustādz muda itu membiarkan tangannya dicium, lantas sambil rokok-an dan acuh saja melayani percakapan dari habib tua tersebut, langsung saya terpikir bahwa pasti pembelaan kaum itu (terhadap si ustādz muda tersebut) takkan jauh-jauh dari perkara "waliy majdzub".
Eh ternyata benar, langsung kaum itu mengatakan bahwa orang awam takkan bisa mengerti perlakuan nir-adab demikian karena bukan maqomnya.
Saya langsung senyum miris…
Ya begitulah kerusakan akal kaum itu, apa-apa dihubungkan dengan "waliy majdzub" sebagai pembenaran akan sesuatu yang menyelisihi keumuman bahkan Syari‘at.
Padahal jelas-jelas Baginda Nabī ﷺ mengatakan:
إِنَّمَا بُعِثْتُ ِلأُتَمِّمَ صَالِحَ اْلأَخْلاَقِ
(arti) _“Sungguh-sungguh aku diutus untuk menyempurnakan akhlāq yang baik.” [HR al-Bukhōrī, Adabul-Mufrod no 273; Ahmad no 8595].
Bahkan di dalam riwayat lain, Baginda Nabī ﷺ mengatakan:
إِنَّ مِنْ أَحَبِّكُمْ إِلَىَّ وَأَقْرَبِكُمْ مِنِّي مَجْلِسًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَحَاسِنَكُمْ أَخْلاَقًا وَإِنَّ أَبْغَضَكُمْ إِلَىَّ وَأَبْعَدَكُمْ مِنِّي مَجْلِسًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ الثَّرْثَارُونَ وَالْمُتَشَدِّقُونَ وَالْمُتَفَيْهِقُونَ
(arti) _“Sungguh-sungguh yang paling aku cintai di antara kalian dan yang paling dekat majlisnya denganku pada Hari Qiyāmat adalah yang paling baik akhlāqnya, dan sungguh yang paling tak kusukai dan paling jauh majlisnya dariku pada Hari Qiyāmat adalah ats-Tsartsarūn, al-Mutasyaddiqūn, dan al-Mutafaihiqūn.”_ [HR at-Tirmidzī no 2018].
📝 Catatan:
⑴. Ats-Tsartsarūn adalah orang yang banyak bicara, suka mendominasi pembicaraan bahkan menyerobot pembicaraan orang lain, seolah-olah tak boleh ada yang berbicara selain dirinya. Ini merupakan bentuk kesombongan.
⑵. Al-Mutasyaddiqūn adalah orang yang bicara dengan gaya bahasa yang selalu meninggi dan meremehkan orang lain seolah dialah yang paling ahli, paling fasih, dan paling tahu. Ini merupakan bentuk kesombongan.
⑶. Al-Mutafaihiqūn adalah yang orang yang bahasa tubuhnya menunjukkan keangkuhan dan meremehkan orang lain.
Dari hadīts-hadīts mulia tersebut kita bisa tahu bahwa TIDAK ADA ceritanya adab dan kesantunan itu dikesampingkan dengan alasan majdzub atau apapun. Apalagi mengambil qiyās bahwa air yang banyak takkan tercermari dengan najis yang sedikit. Itu qiyās ma’al-fāriq namanya!
Islām itu agama yang mudah dan sesuai dengan fithroh manusia. Apa yang terasa salah, ya salah. Adalah jelas bagi kaum Muslimin bahwa tidak ada agama buat orang gila (majdzub), bukan?
Demikian, semoga dapat dipahami.
Kita berdo'a:
اللَّهُمَّ جَنِّبْنِي مُنْكَرَاتِ الْأَخْلَاقِ وَالْأَهْوَاءِ وَالْأَعْمَالِ وَاْلأَدْوَاءِ
{allōHumma jannibnī munkarōtil-akhlāqi wal-aHwā-i wal-a‘māli wal-adwā’}
(arti) _“Wahai Allōh, jauhkanlah saya dari kemungkaran baik itu berupa akhlāq, keinginan hawa nafsu, perbuatan, maupun penyakit.”_
Komentar
Posting Komentar