Aplikasi AI al-Qur-ān

🧕 : Bang, lagi ramai di media sosial aplikasi AI al-Qur-ān. Bagaimana menurut Abang?

🧔 : First of all, ini hal yang sebenarnya positive, karena menandakan para developer Muslim tanggap dengan AI wave yang sedang hip. Memang tak bisa dipungkiri bahwa AI akan menjadi bagian kehidupan masa kini dengan kemunculan ChatGPT, Bing, CoPilot, Google Bard, dlsb. Bahkan mungkin sudah banyak juga yang punya sarana komputasinya kalau punya komputer dengan processor Apple M series, atau hape-hape yang ada NPU di SoCnya.

Akan tetapi, setelah saya saksikan videonya, saya menilai aplikasi ini belum bisa (bahkan takkan mungkin bisa!) untuk menggantikan belajar al-Qur-ān secara talaqqī.

Kenapa?

Karena dulu sekali saya termasuk yang berpikir bahwa belajar al-Qur-ān cukup dasar-dasar tajwīdnya saja, lantas setelahnya cukup mendengarkan rekaman tilāwah dari maṡaiḳ semisal Ṡaiḳ Dr Aḥmad Ȉsā al-Maȁṣrōwiyy atau Ṡaiḳ Dr Aimān Ruṡdi Suwaid, lalu diemulasi.

Tetapi ternyata saya salah, sebab belajar membaca al-Qur-ān tidaklah. sesederhana itu. Makanya setelah saya lihat video aplikasi itu, maka terlihat ia tidak bisa mengkoreksi semisal iḳfa dan idġom. Pun saya yakin AI belum bisa mengkoreksi huruf yang mana harus dibaca tarḳim, atau madd yang mana harus 2, mana yang bisa 2/4/5, dan mana yang harus 6. Atau bagaimana membaca huruf "ر" sukūn apabila sebelumnya huruf berḥarokat kasroh (yang asalnya tarqiq tapi bisa jadi tarḳim pada kondisi tertentu). Atau beda dengung "ن" sukūn bila bertemu "ك" dengan bila bertemu "ق".

Ada banyak lagi detail terkait dengan tilawah al-Qur-ān, dan ada perkara yang sangat mendasar, yaitu: "maḳorijul-ḥuruf".

Iya, maḳorijul-ḥuruf ini harus ada guru yang mendengar dan bahkan melihatnya (sebab kadang tak cukup dengan hanya mendengar, harus dilihat).

Mungkin AI bisa membantu untuk kesalahan tertentu, tetapi jika ingin bisa membaca al-Qur-ān dengan benar dan tepat, maka jalan satu-satunya hanyalah dengan talaqqī.

🧕 : Apa ada landasan dalīlnya, Bang?

🧔 : Ada banget!

Landasan talaqqī ṡafāhi (muṡāfahah) adalah firman-Nya:

لَا تُحَرِّكْ بِهِ لِسَانَكَ لِتَعْجَلَ بِهِ

(arti) _“Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) al-Qur-ān, karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya.”_ [QS al-Qiyāmah (75) ayat 16].

Para ùlamā’ menjelaskan bahwa ayat suci ini menunjukkan bahwa Allōh ﷻ‎ mewahyukan kepada Baginda Nabī ﷺ‎ tentang cara belajar membaca dan menghapal al-Qur-ān. Allōh memberikan teguran kepada Baginda Nabī ﷺ‎ untuk tidak membaca al-Qur-ān hingga Jibril selesai membacakannya terlebih dulu.

Dari ayat suci ini kita bisa mengambil pelajaran yang sangat penting…

🧕 : Apa pelajarannya, Bang?

🧔 : Yaitu belajar al-Qur-ān selain harus sabar, juga HARUS dengan berguru.

Karena bukankah Allōh ﷻ‎ itu Maha Kuasa, di mana Allōh bisa saja langsung menanamkan al-Qur-ān di dada Baginda Nabī ﷺ‎ secara langsung.

Akan tetapi Allōh membuat Jibrīl عليه السلام yang mengajarkannya kepada Baginda Nabī ﷺ‎ secara berkesinambungan selama 22 tahun 2 bulan masa kenabīan Baginda Nabī ﷺ‎. Bahkan Jibrīl melakukan pengecekan bacaan Baginda Nabī ﷺ‎ setiap tahun sekali, dan tahun menjelang Baginda Nabī ﷺ‎ wafat, Jibrīl melakukannya 2x.

Itu menunjukkan bahwa kita HARUS demikian juga dalam belajar al-Qur-ān. Tak bisa belajar mandiri tanpa guru sama sekali hanya dengan dibantu aplikasi AI saja.

🧕 : Iya juga ya, Bang. Terima kasih atas penjelasannya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rules of Engagement

Selektif Dalam Mencari Guru – Sebuah Tinjauan

Penguasa Zhōlim Belum Tentu Cerminan Rakyat Yang Buruk